Suara JK Kok Rendah Sekali?

Menarik mengamati hasil perolehan suara pasangan JK-Wiranto, meskipun masih menurut versi quick count. Hasilnya sekitar 12 % sampai 15 %, menurut beberapa lembaga pelaksana quick count. JK-Wiranto menduduki peringkat ke-3, setelah Mega Prabowo dan tentu SBY-Boediono.

Hasil ini jelas sangat aneh dan tidak normal. Alasannya sebagai berikut:

[o] Perolehan suara Golkar dan Hanura sendiri, sebagai partai pendukung pasangan JK-Wiranto, sekitar 18 % sampai 19 % suara. Kok bisa hasil Pilpres justru lebih kecil dari potensi suaranya?

[o] Menurut berbagai surve sebelum Pilpres digelar, suara JK-Wiranto cukup lumayan, sekitar 25 % sampai 30 %. Meskipun masih jauh dari pasangan SBY-Boediono.

[o] Menurut pooling SMS waktu ada debat Capres-Cawapres di TV yang diselenggarakan oleh KPU, suara JK-Wiranto tidak pernah turun dari angka 20 %. Masyarakat Indonesia menyaksikan semua itu. Padahal kita tahu, pooling SMS tidak menjadi penentu.

[o] Di Aceh yang masyarakatnya merasakan benar hasil dari perjuangan JK untuk perdamaian di Aceh, JK hanya mendapatkan sekitar 7 % suara (versi quick count).

[o] Bahkan di Sulawesi Selatan, yang rakyatnya baru marah setelah mendengar pernyataan rasis Andi Malarangeng, JK-Wiranto juga kalah oleh SBY-JK.

Perolehan suara -versi quick count- sebesar 12 % sampai 15 % yang diperoleh oleh pasangan JK-Wiranto, memiliki arti politik sangat penting. Hal ini benar-benar sangat besar artinya, jika dilihat dengan perhitungan politik versi apapun. Makna politik itu adalah:

==> Berarti suara perolehan JK-Wiranto itu benar-benar dari kalangan yang rasional, well educated, open minds, rich informed, perkotaan, kalangan kritis, dan sebagainya. Artinya, tidak ada sedikit pun kalangan akar rumput yang memilih pasangan ini. Luar biasa terjadi hal demikian di Indonesia.

==> Berarti semua upaya marketing, promosi, kampanye, penggalangan, dll. yang ditempuh tim JK-Wiranto selama ini dianggap gagal 100 %. Bahkan gagal dalam mempertahankan suara tradisional Golkar dan Hanura. Luar biasa, bisa terjadi hal demikian. Padahal iklan-iklan JK-Wiranto itu sudah sangat bagus dan baik. Ia menjangkau segala lapisan masyarakat dengan pendekatan slogan “lebih cepat lebih baik”.

==> Tidak ada satu pun wilayah di Indonesia yang bisa dimenangkan oleh pasangan JK-Wiranto. Di seluruh negeri, termasuk Indonesia Timur dan Sulawesi, JK-Wiranto gagal total. Hal ini sungguh sangat tidak mungkin. Dalam Pileg 9 April 2009 saja, suara Golkar masih cukup kuat. Ia menjadi pemenang ke-2 setelah Demokrat.

Lalu pertanyaannya, mengapa bisa terjadi kondisi seperti ini?

Melalui analisis politik dengan model apapun, tidak mungkin hasil perolehan suara JK-Wiranto bisa jeblok seperti itu. Bahkan dibandingkan mekanisme Pemilu sewaktu Pileg April 2009 lalu, hasilnya tidak akan seburuk itu. Ini adalah fenomena yang tidak bisa diterangkan dengan analisis politik normal. Pasti telah terjadi hal-hal luar biasa sehingga posisi JK-Wiranto sangat jeblok.

Kemungkinannya ada 3, yaitu:

<1> Ada suatu kesengajaan melakukan demarketing (penghancuran pengaruh politik) ke kantong-kantong pendukung tradisional Golkar-Hanura. Misalnya dengan melakukan black campaign, seperti: “Awas, dia mau mendirikan negara Islam! Awas nanti terjadi Kerusuhan Mei lagi! Awas, nanti wanita Indonesia diwajibkan berjilbab semuanya!” Dan lain-lain. Atau dengan memberikan janji-janji berupa pekerjaan, modal, atau tawaran menjadi PNS bagi yang mendukung kandidat tertentu.

<2> Ada suatu gerakan penggembosan di internal partai Golkar sendiri. Misalnya, elit-elit politik Golkar menyebar kadernya ke daerah-daerah untuk tidak memilih JK-Wiranto. Hal ini dilakukan oleh kalangan Golkar sendiri, misalnya oleh kelompok tertentu yang selama ini tidak suka dengan kepemimpinan JK di Golkar. (Ya disini ada kesalahan dari tim sukses JK-Wiranto sendiri. Mereka concern mencari tambahan suara dari luar, tetapi kurang perhatian terhadap suara yang sudah diperolehnya selama ini. Tetapi itu dimaklumi).

<3> Ada suatu gerakan kontra suksesi yang massif dan sistematik terhadap program pemenangan politik tim JK-Wiranto. Ya, gerakan itu tidak tahu siapa pelakunya dan bagaimana caranya. Yang jelas, sasaran gerakan itu, kandidat JK-Wiranto harus berada di posisi ke-3. JK-Wiranto tidak boleh ada di posisi ke-2, sebab kalau di posisi itu, lalu terjadi Pilpres putaran ke-2, JK-Wiranto bisa mengalahkan kandidat in cumbent. Di mata SBY, dalam putaran Pilpres ke-2, lebih mudah menghadapi Mega Pro daripada JK-Wiranto.

Kalau memahami kenyataan seperti ini, kita terus terang merasa sedih. Bukan hanya soal pasangan yang didukung ormas-ormas Islam itu kalah; tetapi caranya itu lho, tidak gentle. Kok mau menang, tapi caranya begitu ya? Tapi ya sudahlah, memang Ummat Islam sejak dulu selalu menjadi bulan-bulanan trik politik. Bukan hanya sekarang, tetapi sejak dulu. Sepertinya, tidak ada tempat bagi Ummat Islam untuk memimpin negara ini ke arah kebaikan. Saya masih ingat, bagaimana seorang BJ. Habibie disikat habis-habisan pasca Pemilu 1999 lalu. Katanya, alasan satu-satunya Habibie mendapat perlakuan itu: Dia Muslim!

Sedih dan sedih sekali. Bangsa ini merdeka dengan darah, keringat, dan air mata kaum santri, para pejuang Islam, dan tokoh-tokoh Muslim. Sejak Belanda datang ke Indonesia, sampai keluar dari Indonesia, darah pejuang Muslim Indonesia, tidak henti-hentinya membasahi bumi ini. Mengapa ya, kok susah amat seorang Muslim yang baik menjadi pemimpin di negeri ini? Padahal tujuannya, bukan mendirikan negara Islam, bukan mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan Syariat Islam. Tujuannya, hanya agar kaum Muslimin di negeri ini hidupnya baik, aman, sejahtera, bermartabat, tidak terhina-dina.

Pantas saja, negeri ini tidak pernah aman dari musibah, bencana, kekacauan, kemiskinan, wabah penyakit, penghinaan, kejahatan, kekerasan, dll. sebab tidak memberi tempat bagi lahirnya pemimpin-pemimpin yang baik. Tempat hanya diberikan kepada “kaum ambtenar” keturunan Boedi Oetomo, atau kaum “American Boys” yang tidak memiliki keberpihakan sama sekali kepada rakyat Indonesia.

“Ya, sudahlah…” Inilah kalimat yang pantas diucapkan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita sudah berusaha sekuat kesanggupan. Allah Maha Tahu amal-amal hamba-Nya.

Allah pasti akan melindungi hamba-hamba-Nya yang senantiasa menegakkan amar makruf nahi munkar. Hanya kepada-Nya kita tawakkal. Allahumma Rabbana ya Azizal Hakim,  najjina min qaumiz zhalimina wal fasiqina wal hasidin, wanshurna ‘alal qaumil kafirin, innaka Anta Maulana Ni’mal Maula wa Ni’man Nashir. Amin Allahumma amin. Wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

Terus terang, saya sangat terharu dengan ucapan Sujiwo Tedjo. Dia tulus mendukung Pak JK, sebagaimana kita tidak memiliki tendensi apa-apa di balik dukungan kita kepadanya.

Hanya kepada Allah kita berserah diri. Alhamdulillah Rabbil ‘alamin, wallahu A’lam bisshawaab.

AMW.

2 Responses to Suara JK Kok Rendah Sekali?

  1. rthamrinr berkata:

    menurut lembaga survey dan hasil tabulasi sms di kpu.
    pasangan JK masih menang di sulsel,sultra,gorontalo,maluku,dan maluku utara.
    jadi masih ada daerah yang dimenangkan.

    tapi hasil akhirnya masih menunggu dari real count

  2. ady berkata:

    kali ini anda terlalu tendensius dalam membela JK dan kali ini anda sangat subjektif dalam berpendapat. kali ini anda kurang peka dalam melihat bagaimana tim sukses JK banyak yang kurang santun dan sering mencela pihak lawan (Fuad bawasir, indra j piliang, poempida hidayatullah, dan masih banyak lagi) meski JK secara pribadi orang baik….ini yang membuat pemilih tidak simpati terhadap JK win, seandainya timses JK lebih santun dalam berpolitik mungkin hasilnya sedikit lebih baik dari sekarang.

Tinggalkan komentar