“Kiamat” Pencitraan

Oktober 13, 2014
Pencitraan The End...

Pencitraan The End…

Tanggal pelantikan presiden baru masih sekitar 7 hari lagi. Tepatnya, 20 Okt 2014. Tapi gelagat ketakutan pihak KIH dan think-tank-nya sdh begitu membuncah. Bukan soal PENJEGALAN pelantikan, karena KMP kemungkinan tidak akan masuk kesana (menurut kami).

Lalu apa penyebab kegentaran dan grogi luar biasa ini?

Simple saja. Ini soal PEMBUKTIAN atas PENCITRAAN SANG PRESIDEN. Selama ini kan dia dicitrakan serba hebat, kreatif, merakyat, sederhana, terbuka, dan seterusnya.

Tapi saat dia jadi presiden itu akan benar-benar KETAHUAN modal dan skill aslinya. Bayangkan saja, sekelas Dirut PLN, Pertamina, atau Garuda saja; merasa berat unt jadi presiden.

Kami selama ini meyakini, kemampuan sang presiden terpilih baru selevel bupati/walikota. Belum bisa “ditarik” ke level nasional. Sama seperti kemampuan Gusdur dulu. Dia sebatas pemimpin ormas atau kyai nyentrik yang tidak tahu urusan administrasi negara.

Teringat ucapan Dr. Mahmudi Ismail, saat baru menjabat walikota Depok. Kata dia, ternyata memimpin kota itu lebih rumit dan komplek daripada memimpin Departemen (Kehutanan). Ini membuktikn, jabatan politik itu berat.

Media-media telah melahirkan sosok IDOLA HEBAT, tapi yang bersangkutan tak mampu menjadi sosok seperti itu. Inilah yang akan menyebabkan terjadi “kiamat” pencitraan. Sudah begitu, andai terjadi apa-apa pada sang presiden; penggantinya sudah kakek-kakek, udzur. Naik sepeda dalam jarak sekilo saja sudah tak kuat. Masalah lagi kan?

Sulit membayangkan situasi nanti. Malah sangat mungkin, nanti sang presiden akan dicaci-maki para pendukungnya sendiri. Apalagi kabarnya, dia mau naikkan BBM 3000 rupiah.

Seperti kata pepatah: “Sepandai-pandai menyimpan bangkai, lama-lama kan tercium juga busuknya.” Sepintar-pintar membuat pencitraan nanti akan terbukti juga benar atau tidaknya.

Selamat menyaksikan!

(Weare).