Pejabat Indonesia dan “Muka Badak”

April 21, 2013

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Salah satu sebab Allah Ta’ala memberi kemakmuran atau kesejahteraan kepada suatu bangsa, kalau bangsa itu menerapkan PRINSIP KEADILAN dalam kehidupannya. Meskipun mereka negara kafir, kalau menegakkan prinsip keadilan di masyarakatnya, mereka berhak mendapat kesejahteraan. Hal ini tak dipahami oleh umumnya bangsa kita.

Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala berfirman: “Wa aqsithuu innallaha yuhibbul muqsithin” (berbuat adil-lah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil). Sikap adil adalah kebalikan dari zhalim. Sedangkan terhadap kezhaliman, Allah Ta’ala mengatakan: “Innallaha laa yahdi qaumaz zhalimin” (sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim).

Prinsip keadilan itu sangat penting ditegakkan, berlaku bagi orang kecil dan para pembesar, bagi kaum laki-laki dan wanita, bagi orang biasa maupun para bangsawan. Selama manusia menegakkan prinsip keadilan ini, dia bisa berharap tumbuhnya kesejahteraan dalam kehidupan mereka. Selama prinsip ini tak ditegakkan, jangan berharap ada kesejahteraan.

Gue Gak Korupsi, Gak Cari Muka, Gak Gila Jabatan. Gue Alami, Bro!

Gue Gak Korupsi, Gak Cari Muka, Gak Gila Jabatan. Gue Alami, Bro!

Kita tahu Ujian Nasional (UN) tahun 2013 ini sangat kacau. Esensi UN yang bersifat nasiona, serentak, dan seragam jadi hilang karena ada yang ditunda, ada yang diganti jadwalnya, ada yang belum bisa dilaksanakan karena soalnya tak sampai, ada penyediaan soal yang carut-marut (harus memakai mesin fotokopi), dan seterusnya. Sedianya Departemen Pendidikan Nasional ingin membuat prestasi dengan membuat 20 paket soal UN, tetapi malah akibatnya babak-belur luar biasa.

Dalam kondisi begini, Mendiknas Muhammad Nuh sudah secara terbuka meminta maaf kepada masyarakat Indonesia. Tetapi sangat-sangat memalukan kalau hanya meminta maaf. Sangat tidak pantas dia hanya meminta maaf. Dalam sehari dia bisa meminta maaf 100 kali karena maaf itu di mata masyarakat kita sangat murah.

Para penjahat dan pendurhaka bisa kapan saja berbuat buruk, lalu setelah itu mereka berkata: “Kami minta maaf!” Tetapi maaf ini tak menghasilkan perubahan apapun.

Kami menyarankan kepada Bapak Muhammad Nuh, agar dia memulai suatu tradisi yang baik di kalangan pejabat Indonesia. Kami menyarankan beliau agar setelah kegiatan UN ini berakhir, dia segera mundur dari jabatan sebagai Mendiknas. Ini sangat baik, teladan, dan gentle; para pejabat harus menunjukkan sikap tanggung-jawab dan mengasihi masyarakat. Kalau memang tidak mampu memimpin Departemen Pendidikan, ya sudah mundur saja. Anda akan diingat sebagai pejabat yang baik dan mulia, kalau mau mundur.

Kalau Anda hanya meminta maaf, sangat senang dengan segala gaji, posisi, otoritas, kehormatan, dan seterusnya; sementara Anda sendiri tak mampu memimpin urusan dengan baik; kami hanya bisa mendoakan, semoga setiap kezhaliman yang Anda lakukan terhadap rakyat Indonesia, baik yang Anda sadari atau tidak, dikembalikan oleh Allah Ta’ala kepada Anda dan keluarga Anda, dalam bentuk kehancuran, kepedihan, dan kekalahan. Amin Allahumma amin.

Ya bagaimana lagi, kalau memimpin tak mampu, mundur tak mau, tetapi terus menzhalimi kepentingan kaum Muslimin (dan rakyat Indonesia) lewat institusi yang dipimpinnya, ya didoakan saja agar kezhalimannya dibalas oleh Allah Ta’ala. Semoga Allah memusnahkan semua impian dan capaian orang zhalim, lalu menggantinya dengan penderitaan panjang.

Kita tunggu sikap gentle Bapak Muhammad Nuh untuk mundur jabatan secepatnya, setelah UN selesai. Juga kami menunggu sikap rasa malu dari pejabat-pejabat bermuka badak yang zhalim, tak mampu memimpin, banyak gaya, dan serakah makan harta negara (masyarakat). Semoga Allah menyadarkan mereka, menjadikan hati-hati mereka berlaku adil, bersikap pengasih kepada rakyat dan bangsa Indonesia; amin Allahumma amin. Kalau mereka tak jua bertaubat, semoga Allah musnahkan semua impian dan capaian duniawi mereka, lalu digantinya dengan penderitaan panjang. Amin Allahumma amin.

Kami sangat menantikan teladan baik dari Bapak Muhammad Nuh, semoga Allah menunjuki hatinya untuk berbuat adil di mata rakyat Indonesia, khususnya kaum Muslimin. Kami tunggu, Pak!

(Mine).