Janji Janji JOKOWI…

Maret 28, 2014

Nun di sana, sebuah arena kampanye Pilpres. Seorang capres dengan pencitraan bombastik, JOKOWI, tampil sebagai bintang. Di atas panggung raksasa, hasil paduan antara altar pemujaan, panggung konser Metalica, dan stage jumpa fans, sang calon presiden tampil memukau di tengah masa pendukung PDPI.

Seperti biasa, capres Jokowi menyampaikan semua janji-janji politiknya. Orasinya begitu memukau. Banyak orang tersihir oleh kemampuan retorikanya.

JOKOWI: “Saudara-saudara, sebangsa dan setanah air. Kita ini manusia. Kita memiliki kehidupan. Kita ingin bahagia. Kita ingin sukses. Kita butuh uang. Kita harus makan setiap hari. Kita butuh teman. Kita punya hobi. Kita ingin menabung.”

"The Master of Big Lies"

“The Master of Big Lies”

Tukang gorengan: “Ya pasti, Pak. Tak usah ditanyakan lagi.” Kata seseorang berteriak menimpali.

JOKOWI: “Saudara-saudara, kita akan membangun Indonesia Baru. Indonesia yang tertata rapi, dengan manajemen hebat. Yang penting adalah leadership. Tidak usah banyak bicara. Yang penting kerja dan kerja. Manajemen saudara, manajemen!”

Tukang baso: “Gimana dengan janji Anda di depan warga DKI Jakarta, Pak? Kan Bapak waktu itu juga mau membuat Jakarta Baru?”

JOKOWI: “Saudara-saudara setanah air, kita akan bangun manusia Indonesia yang sehat. Kami akan gulirkan KIS, Kartu Indonesia Sehat. Semua warga Indonesia dapat asuransi kesehatan penuh.”

Tukang tambal ban: “Bagaimana realisasinya di Jakarta, Pak? Kan program Bapak itu membuat kemelut kesehatan di Jakarta. Anda diprotes para tenaga medis dan perawat.”

JOKOWI: “Saudara-saudara, kita akan membuat Indonesia bebas bencana alam?”

Tukang fotokopi: “Bagaimana dengan Jakarta, Pak. Apakah Jakarta sudah bebas banjir?”

JOKOWI: “Saudara-saudara sepancasila dan sebhineka tunggal ika, kita akan bereskan perumahan kumuh, kita rapikan kota-kota, orang miskin kita berikan perumahan gratis.”

Tukang lipat kertas: “Bagaimana dengan Jakarta, Pak? Katanya Bapak mau bereskan rumah-rumah kumuh di kanan kiri Kali Ciliwung? Mana realisasinya?”

JOKOWI: “Saudara-saudara pendukung Soekarno, pendukung revolusi rakyat, kita akan gratiskan semua biaya sekolah bagi anak Indonesia, sejak masih dalam kandungan sampai ke liang lahat. Belajar selamanya, gratis tis tis.”

Tukang bikin sambel: “Bagaimana dengan Jakarta, Pak? Apa sekolah-sekolah di Jakarta sudah pada gratis? Banyak orangtua menjerit Pak soal biaya sekolah. Bagaimana realisasi janji Anda?”

JOKOWI: “Saudara-saudara yang setipe denganku, wajah polos, kurus, murah senyum. Kita akan tertibkan birokrasi negara. Tidak pakai lelet. Semua serba cepat, tepat, akurat. Semua tercatat dengan rapi, akuntabilitas, validitas, prioritas, sportivitas, dan tas-tas yang lain. Okeh!”

Tukang sapu: “Bagaimana dengan Jakarta, Pak? Birokrasi masih lambat, banyak kolusi, berbelit-belit. Gimana nih janjinya?”

JOKOWI: “Saudara-saudara seperguruan Kungfu, seguru seilmu. Kita akan bereskan masalah lalu lintas, kendaraan. Zero kecelakaan, zero kemacetan, zero pemborosan BBM.”

Tukang jaga toko: “Tapi Pak, janji Bapak bereskan kemacetan di Jakarta belum dilakukan? Apa bisa mau bereskan lalu lintas perhubungan Indonesia?”

JOKOWI: “Saudara-saudara sedarah, seiman, sejiwa, secinta. Kita akan pakai manajemen manusiawi. Tidak ada penggusuran, tidak ada pentungan. Semuanya damai, kooperatif. Tidak ada cara main paksa. Semua manusiawi saudara.”

Tukang jual buah: “Tapi Pak, di Jakarta Satpol PP tetap main kasar, main ganyang, main paksa, main bubarkan para pedagang. Janji Anda tak terbukti Pak di sini.”

JOKOWI: “Saudara-saudara, kita akan bangun Indonesia bebas korupsi. Indonesia bebas penyalah-gunaan uang APBN. Indonesia maju dengan zero korupsi.”

Tukang parkir: “Itu buktinya ada korupsi di Pemda DKI tentang pengadaan bus TransJakarta. Malahan ada data-data korupsi Bapak selama menjabat Walikota Solo. Mana yang benar? Janji atau kenyataan?”

[Mungkin karena terus diinterupsi, terus diprotes, terus dikritik, lama-lama capres Jokowi jadi marah besar. Mukanya merah padam. Setelah sekian lama memendam amarah, akhirnya meledaklah caci-maki dan umpatan dia].

JOKOWI: “Diam! Diam, kalian semua! Kalian cuma bisa ngebacot aja. Sana pergi makan IAT. Kalian ini teroris! Kalian ini gembel. Kalian cuma nasi bungkus. Dasar tikus got. Sana kalian pergi! Pergi!!!”

[Karena tampak marah sekali. Beberapa panitia kampanye dari PDPI (Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia) dengan terpaksa harus meredam amarah capres Jokowi atau lengkapnya Joko Widagdo. Sang capres didudukkan di kursi, lalu diberi minum air putih. Cewek-cewek penyanyi dangdut yang baru disewa untuk membuat video porno di atas panggung kampanye, ikut memijit tangan Jokowi, supaya amarahnya mereda. Setelah beberapa lama, Jokowi berdiri lagi, meneruskan kampanye].

JOKOWI: “Saudara-saudara… Siapa sih saya ini? Saya ini memang orang bodo. Sejak dulu saya tahu kalau saya memang bodo. Meskipun begitu, sebagai manusia saya ingin terkenal, punya uang banyak, bisa happy-happy. Boleh kan happy-happy? Rakyat kita ini masih bodo-bodo, sama seperti saya. Kita bisa makmur dan sukses dengan memanfaatkan kebodohan rakyat. Rakyat itu ladang bisnis, tambang kesejahteraan, ceruk income pasif. Dengan sedikit sentuhan fiktif, ditambah rekayasa opini, plus dukungan dana sponsor, kita bisa hidup happy.”

JOKOWI: “Saya ini sudah biasa dicaci-maki, difitnah, dikata-katain. Saya sudah biasa. Tapi semua itu tak saya hiraukan. Saya tahu orang menyerang karena memang saya punya kesalahan. Tak mungkin orang tak bersalah akan diserang. Saya tahu orang mencaci-maki karena saya khianat, saya tidak jujur, saya hanya pencitraan. Saya tahu itu. Tidak mungkin orang mencaci-maki tanpa alasan. Ini pasti karena kesalahan saya. Tapi saya tak peduli, asalkan bisa happy-happy. Iya gak? Iya dong!”

Komunitas tukang: “Glembukss….”

(T.A.M.M.A.T)