Harga Sebuah KONSISTENSI

Juli 12, 2012

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Pagi, 12 Juli 2012, sehari pasca Pilkada DKI putaran satu. Seorang sahabat senior mengkritik PKS yang katanya tidak konsisten. Justru PDIP yang jelas-jelas partai nasionalis (sekuler) malah konsisten. Beliau berkata kira-kira, “Selugu-lugunya Megawati, dia sejak dulu sampai sekarang tetap anti SBY. Beda dengan partai-partai Islam, malah seperti laron dan walang.”

Lebih keras lagi kritik beliau ke PAN, PKB, PPP. Partai-partai ini nyaris tidak punya harga diri, mencla-mencle, tukang jilat kesana-sini. Saya hanya tertawa mendengar kritikan yang penuh semangat itu. Apalagi saat beliau menyebut mereka seperti laron dan walang (belalang), tambah meriah saja rasanya. Seperti misal, tadinya PPP mendukung Alex Noerdin; tapi menjelang Pilkada menyebrang ke Foke-Nara. Begitu Pilkada, apes-lah para belalang dan laron itu; Foke tidak seideal yang diharapkan.

Kalau melihat kenyataan begini…saya ada kekhawatiran, nanti para politisi berlabel Islam itu, mereka akan ramai-ramai menjadi penyanyi Dangdut; atau menciptakan goyang “lebih ngebor” dari versi Inul; atau membentuk Boybands yang lebay dan mata jelalatan sejenis Smash; atau membentuk grup komedi semacam OVJ dan Sule; atau ramai-ramai berjualan pulsa elektrik. Ya…namanya orang oportunis (kaum laron dan walang), ya apapun kesempatan akan mereka gunakan. Apalagi selama ini tubuh mereka, daging dan darahnya, dibentuk dari rizki hasil mengkhianati amanah jutaan rakyat. Apalagi yang ditakutkan Bro…

Khusus untuk PKS, ada sedikit catatan. Mestinya, mereka konsisten untuk mendukung Bang Sani dalam Pilkada DKI Juli 2012. Tidak apa-apa suara jeblok atau kalah sekalian; tetapi yang penting mereka punya konsistensi. Tapi sejak zaman Partai Keadilan (PK) dulu sikap tidak konsisten itu juga sudah ada. Katanya semula, tidak mau masuk Pemerintahan (Gus Dur), tapi waktu ditawari jadi Menteri Kehutanan (Nurmahmudi), ternyata diterima juga.

Tentang sosok Hidayat Nur Wahid, ini juga ada masalah. Tahun 1997 beliau ikut sebuah acara besar di Masjid Istiqlal, dalam rangka mengkaji kesesatan Syiah Rafidhah. Waktu itu pakar kesesatan Syiah, KH. Irfan Zidni masih hidup (beliau pernah berguru langsung ke imam-imam Syiah di Iran). Hidayat Nur Wahid sebagai pakar Syiah, mendukung acara itu. Tetapi ketika disana ditanda-tangani “Deklarasi Istiqlal”, beliau tidak ikut menanda-tangani. Malah kemudian, beliau mengklaim, dirinya bukan termasuk golongan yang suka menyesat-nyesatkan, suka mengkafirkan. Padahal puluhan tahun beliau sudah belajar akidah Salaf, bahwa Syiah itu memang sesat.

Ya bilamana kini PKS mendapat hasil begitu (dalam Pilkada DKI 2012), dan Hidayat Nur Wahid semakin meredup pamornya…ini semua tak lepas dari sikap INKONSISTEN yang selalu dipelihara.

Oke itu dulu…yang jelas Al Qur’an mengajarkan sikap KONSISTEN di atas Al Haq. Dalam Al Qur’an, “Wa idza ‘azzamta fa tawakkal ‘alallah” (jika engkau sudah berazzam, tawakal lah kepada Allah).  Nabi Saw bersabda, “Qul amantu billahi tsumma istaqimu” (katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamah-lah).

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

(Ayah Syakir).