Analisis: Perampokan Bank CIMB di Medan

Agustus 21, 2010

Rabu, 18 Agustus 2010, hanya sehari setelah peringatan HUT RI ke-65, terjadi perampokan sangat spektakuler di Medan. Bank CIMB Niaga di Jl. Aksara menjadi sasaran tindak perampokan. Menakjubkan, ini adalah perampokan yang sangat “menyengat”. Selain dilakukan di siang hari bolong, juga kerapian aksinya luar biasa. Seakan para pelaku perampokan itu ingin menyampaikan pesan, “Begini nih, aksi yang handal. Jangan seperti Densus88 saat menangkap ABB di Banjar itu.”

"Lo nanti ngisi bensin di SPBU itu. Tunggu gue ya!"

Tentu saja, kita sudah sama-sama maklum bahwa perampokan seperti itu melanggar hukum negara. Itu sudah dimaklumi. Tetapi yang ingin dikaji adalah cara para perampok itu mengorganisir aksi. Luar biasa! Sejak peristiwa pembebasan pesawat di Woyla dan pembebasan sandera di Papua, pada era Orde Baru, belum ada lagi operasi militer di Indonesia yang sangat handal. Operasi oleh Densus88 maupun para tertuduh teroris rata-rata kurang berkualitas. Justru, tanggal 18 Agustus 2010, hanya sehari setelah peringatan HUT RI, kita disuguhi pameran aksi bersenjata di Medan. Dari sisi seni operasi kemiliteran -di luar konteks tindak kriminal- perampokan di Medan sangat menarik untuk dikaji.

Coba kita analisis satu per satu elemen-elemen aksi perampokan di Bank CIMB Niaga Medan itu:

1. Perampokan ini dilakukan secara kolektif, sekitar 16 atau 17 orang. Mengorganisir perampokan secara kolektif jauh lebih sulit ketimbang mengorganisir perampokan lewat unit-unit kecil.

2. Surve sasaran. Sebelum melakukan aksinya, para pelaku itu jelas melakukan surve yang matang. Itu terlihat dari penguasaan mereka terhadap medan/sasaran. Mereka sangat tenang, tidak tampak gelisah. Ini menandakan mereka telah melakukan surve mendalam. Bahkan mereka bisa menakar secara cermat kekuatan keamanan di bank yang jadi sasaran, serta kondisi di luar bank saat jam-jam sibuk siang hari.

3. Para pelaku memakai kendaraan sepeda motor biasa. Ada yang bilang 7 kendaraan, ada juga yang menyebut 8 kendaraan. Sepeda motor ini jenis biasa, bukan jenis “jagoan kebut-kebutan” seperti RX King. Semua motor ini ada nomer polisinya. Waktu di-cek, katanya semua nomer itu palsu. Kalau benar, berarti mereka sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelumnya.

4. Semua pelaku memakai helm. Helm ini menyulitkan polisi melacak mereka melalui kamera CCTV di Bank. Helm itu tertutup kaca hitam, sehingga sulit sekali terlihat jati diri pelakunya. Bahkan mereka memakai masker yang biasa dipakai pengendara motor untuk menutupi mulut. Masker ini sangat jelas ditujukan untuk menutupi mulut, kumis, janggut, serta bentuk dagu. Luar biasa, sampai dipikirkan sejauh itu.

5. Semua pelaku memakai tangan panjang, atau jaket, dan pakaian rapi, seperti orang kantoran. Dengan memakai motor, lalu dengan busana rapi, mereka akan dikira sebagai karyawan yang biasa lalu-lalang di jalan menuju kantornya. Dengan memakai lengan panjang, jika di lengan itu ada tattoo, tidak akan ketahuan. Bahkan mereka semua memakai sarung tangan, tujuannya jelas untuk menghindari tertinggalnya sidik jari pelaku.

6. Para pelaku memakai senjata laras panjang, seperti M16, AK47, SS1. M16 produksi Amerika, AK47 senjata legendaris produksi Rusia, dan SS1 artinya Senapan Serbu, produksi Pindad Indonesia. SS1 biasanya milik TNI/Polri, kalau M16 dan AK47 senjata khas di berbagai medan konflik. Selain itu, juga memakai pistol, katanya berjenis Revolver. Hebatnya, saat operasi selesai, mereka masukkan senjata laras panjang itu ke tas raket badminton, sehingga tidak mencurigakan. Mereka telah berpikir sedemikian detail.

7. Dari gaya para pelaku saat membawa senjata, jelas itu bukan gaya orang biasa. Itu gaya orang-orang yang terlatih memakai senjata. Jika bukan dari kesatuan militer/polisi, setidaknya mereka milisi bersenjata. Para anggota kriminal murni sulit melakukan cara serupa itu.

8. Komunikasi saat aksi dilakukan, bukan dengan suara, tetapi dengan isyarat-isyarat. Ini juga untuk mempersulit polisi dalam melacak karakter suara mereka. Karakter suara bisa dikenali dialeknya dari mana, dari suku apa, bahkan dari orang yang mana? Meskipun tentu tetap butuh proses untuk memastikan identifikasi melalui suara itu. Pendek kata, aksi di Bank CIMB Niaga Medan ini sangat rapi. Para pelaku jelas telah melakukan “gladi resik” secara berulang-ulang, sebelum aksi dilakukan.

9. Dalam aksi itu tetap ada komando dan komunikasi dengan pihak di luar. Ini menandakan, mereka memakai komando dan komunikasi. Meskipun aksi itu dilakukan di Bank CIMB, para pelaku didukung oleh tenaga-tenaga lain yang terus memantau aksi tersebut. Ini benar-benar “profesional”.

10. Aksi ini hanya dilakukan dalam waktu yang cepat, sekitar 15-20 menit. Seluruh aksi selesai dalam waktu cepat, lalu secara kolektif mundur dari tempat kejadian. Para pelaku berhasil menembus jantung bank itu sendiri, yaitu brankas. Jika diibaratkan sebuah missi, sasaran intinya sudah tercapai, yaitu membuka brankas bank dengan aman.

11. Pelaku secara mental sangat terkendali, sehingga mereka tidak menembak ke arah karyawan bank, kecuali petugas keamanan bank. Padahal kalau perampokan biasa, pelaku kerap menganiaya, membunuh, atau melukai karyawan/staf yang tak berdaya.

12. Aksi perampokan dilakukan siang hari bolong, saat ramai-ramainya lalu lintas manusia di Jl. Aksara Medan. Sungguh, hanya pelaku yang bernyali besar yang mampu melakukan perbuatan seperti itu. Secara nyali mereka sangat pemberani, bahkan nekad.

13. Para pelaku bisa datang dan pergi secara rapi. Datangnya tak terduga, perginya tak terlacak. Seolah mereka telah merancang rute pulang-pergi secara rapi. Sampai saat ini polisi masih terus mencari para pelaku.

Aksi perampokan di Medan ini, sekali lagi di luar konteks tindak melanggar UU negara, mencerminkan suatu bentuk operasi semi militer yang sangat terorganisir dan rapi. Para pelakunya bukan orang biasa, atau perampok umum yang bermotif materi.

Sepertinya, para pelaku hendak MENYAMPAIKAN PESAN kepada Pemerintah, aparat kepolisian, atau rakyat Indonesia. Kalau hanya target materi, katanya uang yang berhasil dibawa sekitar Rp. 400 juta. Jumlah ini tidak sebanyak hasil-hasil perampokan lain,  baik di Medan atau di daerah lain. Sepertinya, “pesan politik” itu yang ingin disampaikan. Entahlah, pesan apa yang ingin mereka sampaikan. Kita seperti disuruh memahami sendiri, dengan kepala masing-masing.

Tapi yang jelas, siapapun yang mengerti seni operasi kemiliteran, akan terkesan dengan cara pengorganisasian aksi itu. Anggota militer biasa, belum tentu mampu merancang operasi seperti itu. Bahkan Densus88 pun belum tentu bisa melakukannya. Ini operasi setingkat kerja pasukan-pasukan elit. Polisi pun dibuat geleng-geleng kepala.

Indonesia ini memang ada-ada saja… Kadang ada yang sangat narsir. Kadang ada yang suka bohong. Kadang ada yang master munafik. Kadang ada yang membuat temuan teknologi hebat. Kadang ada yang mendapat medali emas olimpiade sains. Kadang ada yang sangat empatik. Termasuk, ada juga yang membuat “pameran aksi bersenjata” seperti di Medan itu.

Akhirnya, selamat menjalankan ibadah shaum Ramadhan 1431 H. Semoga kita semua selalu mendapat curahan rahmat, ilmu, hikmah, amal shalih, ampunan, dan istiqamah. Allahumma amin.

AMW.