Menguak Misteri Penyembuhan PONARI

Februari 19, 2009

Puluhan ribu orang datang ke Jombang, ke kampung dukun cilik Ponari untuk mencari kesembuhan atas penyakit yang mereka derita. Dari sejarah perdukunan di Indonesia, mungkin praktik dukun Ponari ini paling menghebohkan. Orang mau desak-desak mengantre, mau datang dari jauh, mau gencet-gencetan, sampai 4 orang dinyatakan tewas. (Lha, mau cari sembuh kok malah tewas?).

Mengapa sampai ribuan orang mau datang ke tempat Ponari? Mengapa sampai ada yang memaksa tinggal di sekitar rumah Ponari, sambil menuntut supaya praktik perdukunan digelar lagi? Mengapa ada yang memburu air sumur, air comberan, sampai air sisa mandi Ponari? Mengapa sampai ada yang mengambil tanah, lumpur, atau apa yang bisa mereka bawa, yang diduga kuat disana terdapat “jejak kaki” Ponari? (Jadi ingat film Blue’s Clues yang digemari anak-anak).

Mengapa bisa terjadi semua kenyataan itu? Jawabnya sederhana, sebab khabar telah tersebar luas tentang kesaktian dukun Ponari yang terbukti mampu menyembuhkan banyak pasien. Konon, ada orang lumpuh, stroke, muntaber, dan lain-lain bisa sembuh setelah berobat dengan cara Ponari. Ada puluhan orang sudah terbukti sembuh, malah ada yang mengklaim ratusan orang sudah sembuh.

Ibarat dukun atau “wong pinter”, Ponari ini sudah istemewa sekali. Dia bisa melakukan pengobatan secara kolektif kepada banyak orang dan “sudah terbukti”. (Jadi ingat kampanye Dada Rosyada di Bandung waktu itu. Slogannya “sudah terbukti”. Kalau orang Jawa Timur ngomongnya ditambahi, “Sudah terbukti ngono!”). Dukun amatiran, biasanya mengobati 100 orang, 6 atau 7 bisa sembuh, selebihnya ngapusi (menipu). Nah, ini dukun Mbah Ponari. (Padahal usianya masih anak-anak kelas III SD, tapi sudah dipanggil Si Mbah). Di tangan Mbah Ponari, ratusan orang berhasil sembuh. Lagi-lagi “sudah terbukti”.

Karakter Opini Awam

Cara berpikir orang awam sangat simple. Apa yang tampak di mata, apa yang terdengar di telinga, apa yang teraba oleh telapak tangan; seketika itu juga dipercaya, diyakini, lalu diikuti. Easy, man!

Ibarat seseorang yang baru menurunkan buah nangka masak dari pohonnya. Begitu buah menyentuh tanah, seketika diserbu sampai habis tandas. Sampai tinggal dami, beton, kulit, dan getahnya saja. Itulah ciri selera orang awam. Tetapi di mata orang berwawasan, buah nangka bisa diolah sedemikian rupa sehingga nikmatnya berlipat ganda. Ada yang digoreng dengan tepung, ada yang dibuat dodol (jenang), ada yang diawetkan menjadi keripik, ada yang dibuat campuran kolak, es campur, puding, dan lain-lain. Jadi tidak main asal serbu saja.

Di mata orang awam, begitu mereka mendengar ada seorang bocah kecil kejatuhan batu setelah disambar petir, seketika menyebar berbagai macam opini seperti gelombang air bah. Mereka mulai bercerita, “Katanya, konon, jarene, ceuk si eta, qala fulan…,” dan sebagainya. Nah, inilah dia hidup di atas “jalan katanya”. Saat mendengar berita berikut: “Di Jombang ada dukun sakti. Dukun tiban. Masih anak SD kelas III. Dia bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan jimat watu gluduk.” Setelah mendengar itu, tidak pikir-pikir lagi, tidak tunda-tunda lagi; meskipun dirinya lagi makan, lagi di angkot, lagi menggendong anak, lagi di WC, lagi rapat seru, lagi bergumul dengan isterinya, lagi ini lagi itu, dan seterusnya. Seketika semuanya ditinggalkan hanya karena mendengar berita kesaktian dukun hebat.

Lho, kok mereka bodoh amat ya? Jangan dibilang bodoh amat lah, tapi cukup disebut sangat awam. Mereka terlalu lugu, terlalu polos. Seperti analogi buah nangka tadi; begitu sampai di tanah langsung diserbu. Mereka bukan tidak berilmu atau tidak pernah mendengar informasi, tetapi mentalitasnya lebih menyukai hal-hal yang simple, instant, dan sensasional. Kalau mereka disuruh memilih antara segera makan mie instan atau menunggu gulai kepala kakap (ala masakan Padang) matang, mereka akan memilih makan mie instan. Jiwanya mudah menyerah dengan sesuatu yang praktis, tanpa mau capek-capek melakukan pendalaman.

Nah, orang-orang awam itulah yang saat ini menjadi “target market” utama perdukunan ala Mbah Ponari Al Jombangi. Mereka mudah diperdaya oleh sensasi menyesatkan. Bahkan yang seperti itu merupakan klien utama praktik kemusyrikan dimanapun. Na’udzubillah wa na’udzubillah minasy syirki.

Baca entri selengkapnya »