Raja Saudi dan Perang

Bismillahir rahmanir rahiim. 

>> Dr. Musa Alu Nashr mengungkapkan rasa suka citanya melihat Saudi memimpin pasukan koalisi ke Yaman.

>> Apa yg beliau rasakan, tidaklah berlebihan. Itu sesuai hikmah sejarah yg panjang.

>> Sejatinya, raja Saudi yg mahir perang adalah Raja Abdul Aziz, pendiri Saudi modern. Tapi perang beliau lokal, seputar Najd dan Hijaz.

>> Raja Faisal pun tidak trlibat perang. Tapi mendukung lewat tekanan-tekanan politik.

>> Yang pertama kali terlibat perang secara terbuka adalah Raja Salman, raja saat ini.

>> Tapi perlu dicatat, dalam 10 TAHUN terakhir, Saudi sangat aktif dalam belanja militer/senjata. Itu trjadi di era Raja Abdullah kmarin.

>> Saudi memutuskan belanja senjata dan memperkuat angkatan perang, belajar dari PERANG TELUK 1990-1991. Mereka waktu itu meminta perlindungan militer AS; hasilnya nombok sangat besar; sampai mengguncang ekonomi bangsa.

>> Persiapan perang itu sudah lama. Mengantisipasi gejolak politik regional. Bayangkan, sebelum musim Arab Springs, Saudi sudah bersiap-siap. Sampai ketika itu para pemerhati merasa heran. Kenapa belanja militer besar-besaran? Ternyata skarang ia digunakan.

>> Tapi unt perang itu sendiri tidak mudah. Hanya pemimpin bernyali yang mampu melakukannya. Raja Salman lah tokoh itu.

>> Salah seorang perwira AL Indonesia pernah berkata: “Kami siap berperang, unt mencapai perdamaian.” Kontras ya. Tapi begitulah, sebenar-benar damai sering dihasilkan lewat perang.

>> Maka, pernyataan ulama hadits asal Yordan, skaligus murid Al Albani rahimahullah di atas; bisa dipahami dg JELAS.

>> Adapun tentang kritik orang (kaum haters) terhadap perang ini…BIARKAN SAJA. Toh kalau Saudi diam saja, mereka juga akan mengkritik. Bahkan andai Saudi bersikap “antara diam dan bergerak”, mereka tetap mengkritik. Di mata mereka: “Saudi selalu salah, Iran selalu benar!” Iya tho… 

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

Komentar ditutup.