Tentu kita sudah sangat sering mendengar ucapan seperti ini, “NKRI harus dijaga. Semua pihak harus komitmen dengan keutuhan NKRI. Kesatuan NKRI sudah harga mati, final, tak bisa ditawar-tawar. TNI berjuang mempertahankan NKRI. Kalau NKRI hancur, hancur pula Indonesia.” Ya, kalimat-kalimat semisal itu.
Tapi masalahnya, KEMUNAFIKAN sudah menjadi budaya nasional orang Indonesia. Berbohong, mendustai rakyat, berkhianat, melacurkan diri, bersikap amoral; sudah menjadi menu sehari-hari. Mulutnya berbusa-busa teriak soal “keutuhan NKRI”, tetapi amal perbuatannya justru merusak NKRI itu sendiri.
INDONESIA: Sebuah Negeri Harmonis yang Sedang Dihancurkan!
Para pejabat birokrasi (bersikap) munafik, para politisi munafik, para pakar/pengamat munafik, para wartawan media munafik, para tokoh agama munafik, para mahasiswa munafik, aktivis LSM munafik, para seniman munafik…dan lain-lain. Seolah, tiada hari tanpa kemunafikan. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. Begitu sulitnya mencari para pejabat dan kaum elit yang amanah, jujur, dan patriotik? Kebanyakan mengidap penyakit kemunafikan. Setidaknya, mereka egois.
Lalu, apa itu munafik?
Nabi Saw mengatakan, “Idza ahda-tsa kadzaba, wa idza wa’ada akh-lafa, wa idza’ tumina khana” (kalau berkata bohong, kalau berjanji ingkar, kalau dipercaya khianat). Hal-hal begini ini sudah menjadi budaya nasional yang dianut para pejabat, politisi, pakar/pengamat, media massa, tokoh agama, aktivis LSM, mahasiswa, dll.
Katanya pro NKRI, cinta keutuhan bangsa, hidup-mati memperjuangkan nasib rakyat; tetapi fakta-fakta yang ada jauh sama sekali dari klaim-klaim semacam itu. Rasanya sudah bosan mengungkap kebobrokan elit-elit politik, elit birokrasi, elit pengusaha. Kalau bicara tentang mereka, seolah semuanya tampak gelap saja.
Mari kita coba sebut sedikit contoh realitas-realitas yang sangat membahayakan masa depan NKRI, sangat membahayakan nasib bangsa, dan masa depan generasi ke depan. Di antaranya sebagai berikut:
[o] Hari ini banyak orang berkoar-koar di media tentang pembubaran ormas anarkhis. Ya, kita tahu yang dibidik disini adalah FPI. Kapolri sampai menghasut DPR agar setuju dengan agenda pembubaran ormas (khususnya FPI). Andaikan ada aktivis-aktivis FPI yang berbuat kerusakan, paling yang rusak motor, kaca, lampu, meja, kursi, perabot rumah/kantor. Tetapi bagaimana dengan mafia hukum di tubuh Polri? Bagaimana dengan rekening gendut perwira-perwira Polri? Kerusakan yang timbul akibat korupsi aparat kepolisian itu bisa membahayakan kehidupan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Mengapa Si Bambang tidak mengusulkan juga agar Polri dibubarkan, karena telah meresahkan kehidupan bangsa Indonesia?
[o] Sangat menjengkelkan kalau mendengar ucapan-ucapan rusak Thamrin Amal Tamagola, khususnya terkait usulan membubarkan ormas Islam seperti FPI. Begitu nafsunya dia ingin melihat FPI dibubarkan. Padahal menurut saya, pengamat/pakar pengkhianat seperti Thamrin Tamagola inilah yang banyak merusak bangsa Indonesia. Pakar/pengamat brutus seperti ini, sangat destruktif. Sekali waktu, kita lihat Si Thamrin ini marah-marah di gedung DPR, lalu walk out. Itu saat lagi mencuat kasus Bibit-Chandra. Di lain waktu, saat bicara di TV, dalam kasus video Ariel-Luna, dia membela kedua pasangan itu. Katanya, Ariel-Luna tak bisa dipidanakan, yang dipidanakan ialah yang menyebarkan. Padahal dalam UU Pornografi pembuat rekaman mesum, juga dipidanakan. Lalu Si Thamrin bejat ini, menyalahkan UU Pornografi, menyalahkan proses hukum, menyalahkan moral masyarakat. Si Thamrin ini tak malu-malu mengaku dirinya dulu saat masih muda juga senang menikmati media-media pornografi. Orang seperti ini diklaim sebagai pengamat, halah rubbish.
[o] Kini anggota DPR sedang sibuk mengkaji rencana pembangunan Gedung DPR baru, dengan nilai proyek sekitar Rp. 1,6 triliun. Waktu itu, ide memperbaiki Gedung DPR yang miring tidak sukses. Kini mereka bawa ide yang lebih mahal lagi, Rp. 1,6 triliun. Allahu Akbar! Beritanya bisa dibaca disini: Gedung Baru DPR Rp. 1,6 Triliun. Mau Kerja atau Rekreasi? Anggota DPR saat ini rata-rata masih muda, sekolah tinggi-tinggi. Tetapi ya itu tadi, mentalitas luar biasa parah. Tampang keren, mental ambles. Ide membangun gedung baru DPR itu kan sama saja dengan makin membuat masyarakat sakit hati.
[o] Kini juga mencuat ide konfrontasi dengan Malaysia. Allahu Akbar, sebegitu parahnya bangsa Indonesia ini. Bagaimana mereka akan berperang dengan tetangga sendiri, bangsa serumpun? Andaikan terjadi perang, siapa yang akan terjun kesana? Berapa lama durasi perang? Lalu seberapa kuat kita membiayai perang itu? Ekonomi sedang seperti ini, mau membiaya perang? Hatta Rajasa itu bilang, sisa APBN kita satu periode hanya sekitar 8 %. Sebagian besar APBN untuk biaya operaional Pemerintah. Dengan sisa 8 % itu mau perang apa, bos? Amerika saja bangkrut membiayai perang di Irak dan Afghanistan, apalagi kita?
[o] Skandal Century saat ini tidak jelas mau diapakan. Sidang paripurna DPR sudah memutuskan opsi C, tapi realisasi membawa kasus itu ke pengadilan, entah sampai kapan? Sebagai orang berakal, kita jelas bertanya-tanya, mau kemana arah Skandal Bank Century ini? Jika skandal ini tak ada ujungnya, lalu bagaimana dengan Mega Skandal BLBI yang nilai kerugian negara sekitar 100 kali Skandal Century? Atau skandal-skandal lain, di BI, BNI, Bank Mandiri, yang sampai sekarang tidak karuan penyelesaiannya.
[o] Kebijakan negara yang terus menambah hutang lewat SUN (surat utang negara). Bunga SUN ini tinggi. Menurut informasi, sekitar Rp. 60 triliun per tahun. Atau sekitar 40 kalinya anggaran pembangunan gedung baru DPR yang menelan Rp. 1,6 triliun itu. Kalau Pemerintah sulit anggaran, enak saja dengan menerbitkan surat utang baru. Dengan bunga sangat tinggi. Lha, nanti siapa yang menanggung beban hutang itu? Jelas, masyarakat luas.
[o] Kebijakan energi yang awut-awutan. Distribusi gas meleduk disana-sini, harga minyak tanah mahal, wacana menaikkan harga bensin, kenaikan tarif dasar listrik, dll. Seperti benang kusut dimana-mana. Semakin diatur, semakin kusut saja. Sementara itu harga-harga kebutuhan pokok terus melambung. Masyarakat semakin pening, sementara Pemerintah sibuk menjadikan “para teroris” sebagai sasaran untuk disalahkan. Keji, keji, sangat keji.
[o] Sejak jaman Abdurrahman Wahid jadi Presiden RI, sejak itu polisi lepas dari TNI. Polisi tidak sekedar lepas, tetapi menjadi institusi istimewa di bawah kendali Presiden langsung. Kalau 3 angkatan TNI semua di bawah Departemen Pertahanan, adapun polisi tak mau di bawah Departemen Dalam Negeri. Nanti takut disamakan dengan Polisi Pamong Praja. Lepasnya polisi berkonsekuensi diabaikannya pengembangan kekuatan TNI. Banyak pihak menilai, kekuatan TNI saat ini diacak-acak, agar kekuatan bela negaranya, dalam rangka mempertahankan NKRI, melemah. Kalau TNI lemah, proses merusak NKRI diharapkan berjalan lancar.
[o] Kalau mau melihat fakta kemiskinan di Indonesia, saat sekarang ini waktu yang tepat. Sekarang banyak pembagian zakat, pembagian sedekah Ramadhan, bingkisan, dll. Lihat itu saat-saat pembagian sembako! Disana sangat jelas ada fakta telanjang tentang sengsaranya bangsa ini. Sangat telanjang!
[o] Menurut sebagian sumber, saat ini Israel sudah memiliki “kantor dagang misterius” di Jakarta. Tempatnya dimana, tetapi ada. Sebagian media sudah mengendus kehadiran kantor dagang misterius itu. Lho, katanya dalam diplomasi internasional kita pro Palestina? Kok ada kenyataan seperti itu ya? Bagaimana dengan masuknya Amdocs ke Telkomsel? Bukankah Amdocs berafiliasi juga kepada kepentingan Israel? Katanya anti penjajahan, kok Israel diberi tempat, meskipun “misterius”?
[o] Dan lain-lain.
Kalau dipikir-pikir, bangsa Indonesia itu cuma di MULUT DOANG mengaku pro NKRI. Hanya di mulut belaka. Dalam praktiknya, bangsa ini tidak sungguh-sungguh memperbaiki kondisi NKRI. Justru yang tampak di depan mata, ada kesan membiarkan NKRI bubar dengan sendirinya.
Bangsa kita saat ini SENGAJA DIHANCURKAN. Ini sesuai dengan agenda negara-negara imperialis dunia untuk memecah Indonesia menjadi 3 negara independen: Indonesia Barat, Indonesia Tengah, Indonesia Timur. Timor Timur sudah lepas, Papua sedang diprovokasi agar lepas, George Soros masuk Aceh juga memprovokasi agar nanti Aceh lepas. Begitulah, politik devide et impera sedang berjalan lagi.
Zionisme internasional sangat berkepentingan terhadap ekonomi Indonesia. Indonesia itu sangat kaya-raya, maka itu banyak negara asing cari makan dan buang kotoran, di negeri ini. Zionisme membutuhkan Indonesia untuk mensuplai agenda besarnya membangun Israel Raya. Selama Indonesia masih bersatu dalam tatanan NKRI, niat Zionis itu akan terhalang. Indonesia harus diacak-cak dulu, baru niat mereka akan sukses. (Baca analisis pakar intelijen, Dr. AC. Manullang berikut ini: Penangkapan Ba’asyir Adalah Grand Strategi Amerika Serikat).
Sementara Zionis sudah tahu sejak dulu sebuah teori besar tentang Indonesia. Teori itu bunyinya, “Indonesia masih akan terus eksis selama dua hijau masih solid.” Hijau pertama adalah TNI, dan hijau kedua adalah kekuatan santri/aktivis Islam. Oleh karena itu, kita sangat heran mengapa sejak tahun 2001 lalu (waktu itu jaman Gus Dur dan Megawati), bangsa Indonesia menempuh 2 kebijakan yang sangat membahayakan NKRI: (1) Memerangi aktivis Islam dengan isu pemberantasan terorisme, sambil mempromosikan kehebatan aparat polisi. (2) Melemahkan struktur TNI, dengan segala kebijakan yang tidak berorientasi penguatan. Di sisi lain, kepolisian terus dikuat-kuatkan.
Dua agenda itu sangat jelas kemana arahnya, yaitu menghancurkan dua pilar kekuatan NKRI, yaitu: TNI dan aktivis Islam. Jika kedua hijau ini sudah hancur, maka apa lagi yang bisa menjaga keutuhan NKRI? Apa yang terjadi selama ini adalah benar-benar CARA SISTEMATIK MENGHANCURKAN = N.K.R.I !!!
Performa Pemerintahan SBY yang sangat MENJAGA CITRA DIRI dan MENGABAIKAN penderitaan rakyat, bukanlah sesuatu yang kebetulan. Itu memang dirancang seperti itu. Targetnya, dari sisi citra sudah bagus, tetapi realitas penderitaan rakyat diingkari sama sekali. Dr. AC Manullang menyebut orang-orang di sekitar SBY banyak yang menjadi agen CIA. Ini adalah kesengajaan, Saudaraku!
Dari semua ini tampak jelas, siapa patriot dan siapa pengkhianat? Sangat jelas. Para aktivis Islam dan anggota TNI yang masih sangat komitmen dengan NKRI, mereka adalah patriot. Sedangkan politisi, pejabat birokrasi, pakar/pengamat, media massa, aktivis LSM, mahasiswa, dll. yang terus membuat keruh kehidupan berbangsa-bernegara, agar nanti akhirnya NKRI ini rusak berantakan, mereka adalah PENGKHIANAT BANGSA!!!
Ya, kita sebagai Muslim jelas komitmen dengan NKRI. Kalau bangsa ini terpecah belah menjadi negara-negara kecil, nasib kita akan semakin hancur. Kita akan diadu-domba oleh kekuatan-kekuatan imperialis asing. Kita akan terus konflik dengan saudara sendiri, sementara mereka enak-enakan mengeruk kekayaan kita.
Masalah terbesar kita kini, FENOMENA ORANG MUNAFIK itu. Terlalu banyak orang munafik, bejat moral, pengkhianat bangsa, tetapi pintar bicara, pandai berbohong, dan menguasai media-media massa. Para brutus itu –semoga Allah merusak usaha mereka, mengalahkan mereka, menghinakan mereka- tak henti-hentinya membohongi masyarakat dengan kepalsuan-kepalsuan. Agenda penghancuran NKRI sangat terbantu dengan sepak-terjang kaum brutus itu.
Di sisi lain, istilah KEBEBASAN PERS menjadi bumerang tersendiri bagi bangsa ini. Banyak agen-agen imperialis memanfaatkan dalih kebebasan pers untuk merusak budaya masyarakat, membohongi masyarakat, merusak moral, meracuni opini, memecah-belah bangsa, sekaligus mempercepat hancurnya NKRI ini. Media-media TV menjadi penyumbang terbesar hancurnya karakter bangsa Indonesia, sejak 20 tahun terakhir. Belum pernah bangsa kita mengalami kehancuran sedemikian hebat, melainkan setelah munculnya TV-TV liberal, kapitalistik, dan pro kepentingan asing itu.
Hari ini, banyak pengkhianat dan agen asing berkeliaran. Mereka mencari makan dengan jalan menjual masa depan bangsanya sendiri. Allahu Akbar. Sungguh, bisnis yang mereka tempuh, tidak akan menguntungkan. Mereka akan rugi dan menggali kebinasaannya sendiri! Suatu saat, Allah Ta’ala akan memperlihatkan kepada mereka harga sangat mahal akibat pengkhianatan mereka. Mereka akan diinjak-injak oleh tuan-tuan imperialis yang mereka ibadahi selama ini. Mereka akan diperlakukan seperti keset yang diinjak-injak belaka.
Kini mereka senang karena mendapat hadiah-hadiah dari imperialis. Tetapi ingat Bung, “There is no free lunch,” tidak ada makan siang gratis. Anda baru diberi DP oleh imperialis-imperialis terlaknat itu –semoga Allah melaknat mereka, menghancurkan rumah-rumah dan kehidupan keluarga mereka–, namun nanti jika makar imperialis sudah mendapatkan hasil, Anda akan dibumi-hanguskan oleh imperialis-imperialis itu. Siapapun di dunia ini tak ada yang suka kepada PENGKHIANAT. Tidak ada! Hanya waktu yang akan membuktikan, bahwa para agen imperialis itu kelak akan hancur binasa di tangan para imperialis sendiri!
Wal akhir, dalam Al Qur’an disebutkan, “Wa annallaha laa yahdiy kaidal kha’inin” (dan sesungguhnya Allah tidak meridhai makar para pengkhianat).” [Surat Yusuf: 52].
Semoga kita mendapatkan pelajaran berharga! Allahumma amin.
Bandung, 22 Ramadhan 1431 H.
AMW.