Alhamdulillah, pada tahun ini kita merayakan Idul Fithri bersama-sama. Semua serentak merayakan Yaumul Fithri pada 1 Agustus 2012 M (hari Ahad). Baik ormas Islam seperti JAT, Muhammadiyah, NU, Departemen Agama RI, para ahli hisab dan rukyat; semua sepakat menetapkan Yaumul Fithri pada hari yang sama. Hebatnya, alhamdulillah, secara global kaum Muslimin juga berhari-raya pada hari Ahad itu. Seolah ini sebuah pertanda Ilahiyah, kaum Muslimin sedunia sepakat berhari-raya pada hari Ahad. Ahad kan artinya satu atau tauhid; sebuah gambaran Kesatuan Ummat.
Penetapan hari raya esok hari (1 Syawwal 1433 H atau 19 Agustus 2012) berdasarkan pertimbangan…
[1]. Pantauan hilal pada sore hari tanggal 18 Agustus 2012, hilal sudah terlihat di Kupang (NTT), Makassar 6 derajat, Gresik di atas 3 derajat, Sukabumi di atas 2 derajat, dan di Lembang (Boscha). Dengan demikian, sesuai Sunnah “Wa afthiruu li ru’yatihi” (dan berbukalah dengan melihat hilal). Syarat ini terpenuhi sudah, walhamdulillah.
[2]. Hasil keputusan Sidang Itsbat Departemen Agama, tanggal 18 Agustus 2012, sekitar pukul 18.30, di Jakarta, sudah memutuskan esok hari 19 Agustus 2012 telah masuk 1 Syawwal 1433 H. Dalam sidang ini disebutkan dua kesaksian hilal di Kupang dan Makassar oleh tim Depag RI, anggota ormas Islam, dan ahli astronomi.
[3]. Keputusan negara-negara Timur Tengah dan kaum Muslimin di Barat, mereka serentak melaksanakan Idul Fithri pada esok hari, 19 Agustus 2012. Hal ini bisa dianggap sebagai hasil keputusan berdasarkan suara mayoritas kaum Muslimin.
Intinya, alhamdulillah kita esok hari bisa berhari raya Idul Fithri scara serentak, di seluruh dunia. Kalaupun ada yang menyelisihi adalah Jamaah An Nazhir di Sulawesi, Naqshabandiyah di Padang, dan orang-orang semisal. Mereka punya ketentuan sendiri yang menyelisihi kaidah Al Jamaah kaum Muslimin sedunia. Pesan Nabi Saw, “‘Alaikum bil jamaah, wa iyyakum minal furqah” (hendaklah kalian bersatu dengan jamaah kaum Muslimin, dan tidak berpecah-belah).
Sejujurnya, inilah yang kita harapkan, yaitu adanya kesatuan kaum Muslimin. Kalangan Islam yang sering berseberangan dengan pemerintah; kalangan Muhammadiyah yang kukuh dengan metode hisab; perwakilan pemerintah (Departemen Agama RI); ormas-ormas Islam; para ahli falak dan astronomi; masyarakat Muslim independen; negara-negara Muslim, khususnya Arab Saudi; serta saudara-saudara kita kaum Muslimin di Barat; semua serentak menetapi hari raya yang sama. Saya masih ingat, bahwa Al ‘Allamah Nashiruddin Al Albani rahimahullah; beliau termasuk sangat mendambakan kondisi kesatuan seperti ini.
Sebagian kalangan mengkritik pendapat Syaikh Al Albani rahimahullah tentang Jihad. Disebutkan Asy Syaikh berpendapat, bahwa saat ini belum berlaku hukum Jihad Fi Sabilillah, karena belum adanya sebuah kepemimpinan Islami. Pendapat ini mendapat kritik keras dari berbagai sisi, khususnya saudara-saudara kita kalangan Jihadis. Apa yang dikatakan Asy Syaikh ialah terkait Jihad ofensif seperti yang dulu dilakukan Sultan-sultan Islam; sedangkan terkait Jihad defensif, pastilah beliau mendukung. Karena dalam Sunnah, membela harta-benda saja, kalau sampai wafat, statusnya syahid.
Di sisi lain, ada sebuah makna yang terlewat dari pandangan Asy Syaikh rahimahullah. Makna itu adalah, bahwa saat ini belum ada satu kepemimpinan Islami (baca: Khalifah) yang bisa menyatukan suara kaum Muslimin. Kita mesti memahami, bahwa ternyata Syaikh Al Albani juga mengakui bahwa saat ini belum ada kepemimpinan Islam secara global; dengan lain kata, beliau tidak ridha dengan kepemimpinan non Islami yang ada saat ini. Untuk selevel ulama, ya tidak harus bicara secara blak-blakan; kaum Muslimin mesti bisa memahami makna tersirat di balik yang tersurat.
Dalam kesempatan lain, Asy Syaikh rahimahullah ditanya tentang hukum menonton TV. Dalam sebagian fatwanya, beliau mengatakan, kurang-lebih: “Andaikan ada sebuah Daulah Islam yang bisa mengatur tayangan TV ini sebaik-baiknya, sehingga bisa memaksimalkan maslahat dan menghindari madharat, maka ketika itu aku tidak hanya akan mengatakan boleh menonton TV, bahkan aku akan mengatakan wajib menonton TV.” Fatwa ini bisa dibaca secara rinci dalam Biografi Syaikh Al Albani, karya Mubarak Bamu’allim. Ternyata, Syaikh Albani juga pro Daulah Islamiyyah, seperti kerinduan beliau atas tayangan TV yang Islami.
Bagi saudara-saudaraku dari kalangan Mujahidin rahimahumullah jami’an, semoga ke depan bisa menerima kenyataan ini, bahwa Asy Syaikh rahimahullah adalah seperti kita-kita juga; sama-sama mendambakan kemenangan Islam, sama-sama mendambakan Daulah Islamiyyah serta kepemimpinan Islam sedunia, yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Adapun tentang tafsiran “kufrun duna kufrin”, mungkin itu sebuah kekhilafan; dan setiap manusia bisa khilaf; atau beliau memaksudkan hal itu agar tidak muncul takfir global yang nanti bisa menjadi fitnah yang lebih besar. Tidak ada salahnya kita berikan udzur untuk ulama-ulama yang telah mengabdikan hidupnya dengan Khidmah Islami; layaknya kita berikan udzur kepada sosok seperti An Nawawi, Ibnu Hajar, As Suyuthi, atau yang semisal itu rahimahumullah.
Kerinduan Asy Syaikh rahimahullah terhadap satu kepemimpinan Islam (baca: Khalifah) adalah kerinduan kita semua. Kaum Muslimin saat ini -meminjam istilah Rizki Ridyasmara- adalah laksana anak ayam yang kehilangan induk, hidup “menggelandang” tanpa kepemimpinan yang jelas. Dan momen Idul Fithri 1433 H ini sedikit mengobati kerinduan itu. Alhamdulillah ya Allah, hamdan laka ya Ra’uf tahmidan katsira kamaa ‘adada nikmatika ‘ala kulli khalqika. Ya ikhwah sekalian, kita berharap kesatuan Ummat di hari Ahad esok adalah cerminan kembalinya Khilafah Islamiyah di muka bumi. Amin ya Mujibas sa’ilin.
Inilah makna indah dari Idul Fithri 1433 H ini. Kita diberi nikmat oleh Allah Azza Wa Jalla untuk berhari-raya secara serentak di muka bumi, di hari Ahad, 1 Syawwal 1433 H (19 Agustus 2012 M). Di sisi lain, bagi kami (pengelola blog ini), ingin memberikan apresiasi, penghormatan, serta doa kebaikan bagi Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah. Bagaimanapun juga, beliau adalah seorang ulama yang mendambakan satu kepemimpinan Islam (Khilafah Islamiyyah).
Akhirnya, terucap seindah-indah kata dari blog abisyakir…
Selamat Merayakan Idul Fithri 1433 H. Taqabbalallahu minna wa minkum. Ja’alanallahu wa iyyakum minal a’idina wal fa’izin, kullu aamin wa antum bi khair. Mohon dimaafkan atas segala salah, khilaf, dan kekeliruan, secara lahir dan bathin. Semoga Allah memberkahi kehidupan kita semua. Semoga esok hari lebih baik dari sebelumnya; semoga hidup kita kelak berakhir dalam Husnul Khatimah. Amin Allahumma amin.
Malang, 18 Agustus 2012.
(AM. Waskito, Keluarga, & Seluruh Pembaca Budiman).