Kurma Bisa Berbuah di Indonesia

Oktober 11, 2015
Lewat Metode Budidaya, Kurma Bisa Berbuah di Negeri Kita

Lewat Metode Budidaya, Kurma Bisa Berbuah di Negeri Kita

SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH. Pohon kurma bisa berbuah di Indonesia. Tepatnya di Banyuwangi. Melalui proses “perangsangan”. Subhanallah…

RANGSANG KURMA BERBUAH: Kini petik buah kurma dengan tangan telanjang tidak perlu jauh-jauh ke Timur Tengah atau ke California. Dengan perangsangan kurma setinggi 1 m sudah dapat berbuah.

Ir Eko Mulyanto sukses merangsang kurma berbuah di tanahair. Kurma yang tumbuh di pekarangan rumah dr A Bakarman SpB di Banyuwangi, Jawa Timur, itu sangat istimewa. Tanaman asal Timur Tengah itu memunculkan 7 tandan buah Phoenix dactylifera sarat buah dari batang setinggi 1 m. Total tinggi hingga ke tajuk 2,8 m. Posisi buah di bagian timur lingkar batang.

Eko meracik beragam unsur hara seperti klor (Cl), mangan (Mn), molibdenum (Mo), boron (Bo), dan kalsium (Ca) dengan asam amino dan zat perangsang tumbuh. Bakarman lalu mengencerkan pupuk itu dengan seember air bersih dan menyiramkan semua pupuk di sekitar pangkal batang kurma.

Sam Hikmat.


Teori Evolusi dan SYARIAT

Juni 12, 2015

Bismillahirrahmaanirrahiim.

* Sebuah pandangan Islami untuk membantah Teori Evolusi Darwin. Berdasar Kitabullah & fakta sains.

* BAHWA manusia bukanlah makhluk bumi. Tapi makhluk dari langit, yaitu sejak Adam As & Hawwa’ diturunkan ke dunia. Dalilnya Surat Al Baqarah: 30-39.

"Manusia Turun ke Bumi Sudah SEMPURNA"

“Manusia Turun ke Bumi Sudah SEMPURNA”

* JADI kita manusia ini, termasuk Darwin, tidak mengalami PROSES EVOLUSI di bumi. Kita turun ke bumi sudah dalam KEADAAN SEMPURNA as human being.

* MUNGKIN saja hewan-hewan mengalami evolusi, jika merujuk teori Darwin. Tapi manusia TIDAK. Manusia sudah sempurna.

* APA manusia sendiri tidak mengalami evolusi?

* SECARA hakiki manusia mengalami evolusi postur, bentuk, warna kulit. Tapi masih dalam RANAH KERAGAMAN manusia.

* Dulunya Nabi Adam As sangat tinggi besar, lalu manusia smakin kecil. Awalnya wajah Nabi Adam satu bentuk, lalu jadi aneka etnis & warna kulit. Itu evolusi juga. Tapi dalam lingkup manusia.

* Secara pemikiran, spiritual, budaya manusia juga evolusi. Maka SYARIAT para Nabi/Rasul semakin lama semakin maju dan komplek.

* YAKINI sebenar-benarnya, bahwa manusia adalah MAKHLUK LANGIT. Tidak mengalami proses evolusi biologis seperti teori Darwin. Andai terjadi evolusi, ia terbatas dalam LINGKARAN KEMANUSIAAN.

* FAKTA: adanya sisa-sisa kehidupan kaum-kaum masa lalu yang sudah Allah binasakan. Mereka manusia, sama seperti kita.

* KONTRA FAKTA: Adapun terkait fosil-fosil yang macam-macam, dengan bentuk aneh, usia sekian juta atau ribu tahun.

JAWAB: Kita tak tahu hakikat benda-benda itu karena TAK ADA INFORMASI dari Allah dan Rasul-Nya. Tapi jika bentuknya beda dengan manusia, berarti mereka itu MAKHLUK BUMI. Beda dengan manusia yang turun dari langit dalam keadaan SEMPURNA.

* Demikian, semoga bermanfaat. Amin. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

(Mine).

Note: Sebenarnya, secara sains teori Darwin itu juga tidak benar. Hanya lain kali kami sampaikan, insya Allah.


Teknologi Minyak Goreng

Maret 3, 2015

Ini ilmu unik. Anda perlu tahu. Gak rugi, insya Allah.

COBA PERHATIKAN: Saat Anda menggoreng kerupuk dan merebus kerupuk, bagaimana hasilnya? Saat digoreng kerupuk mengembang; saat direbus kerupuk hancur lebur.

Padahal SAMA-SAMA memakai Zat Cair; minyak dan air; tapi hasil beda. Apa rahasianya?

Baiklah, akan profesor jelaskan… He he he ingat gaya “profesor kura-kura” seri kartun Dancow. Tapi sekarang sudah tak ada.

Sebagai Sarana Penghantar Panas

Sebagai Sarana Penghantar Panas

* Saat menggoreng pakai minyak, fungsi minyak hanya sebagai PENGHANTAR PANAS saja. Jadi ia tidak merusak bahan yang digoreng. Kecuali kalau pemanasan terlalu lama, hasilnya gosong.

* Saat merebus, air berfungsi sebagai PELARUT juga, maka obyek yang direbus kalau strukur lemah akan hancur.

* Apa semua cairan bisa dipakai sebagai PENGGORENG? Tidak. Hanya cairan yang berkarakter tertentu: a. Dia tidak LEBUR bersama makanan, hanya menghantar panas saja; b. Dia tidak beracun dan pahit; c. Dia tidak mengubah warna makanan. Itulah dia ZAT MINYAK.

* Zat minyak bisa diambil dari bahan sawit, mentega, lemak hewan, minyak kelapa, jagung, kacang, zaitun, dll. Pokoknya yg mengandung sifat-sifat minyak.

* Sejak zaman dulu manusia membuat minyak dari bahan lemak hewan (minyak samin), zaitun (olive oil), minyak kelapa (klentik), susu (mentega), dll. Jadi ini sudah dikenal lama.

* Fakta menakjubkan, ternyata PASIR HALUS juga bisa dipakai untuk menggoreng. Kerupuk bisa digoreng pakai pasir. Itu tandanya, pasir hanya penghantar panas saja. Sama seperti minyak.

Demikian sekedar wawasan. Smoga bermanfaat. Amin.

(WeAre).


Hebatnya Pohon Baobab…

November 5, 2014

*) Pernah dengar nama pohon Baobab? Mungkin pernah ya, tapi jarang yang dengar. Ini pohon hebat. Di Indonesia ada sebagian versi pohon Baobab, tapi yang di Madagaskar sangat hebat kontruksi dan bentuknya.

*) National Geographic pernah mengangkat tema pohon ini. Bagus sekali. Bagus isi, bagus juga covernya. Sampai diperlihatkan penampang pohon ketika ditebang secara melintang. Luar biasa.

*) Kadang heran ya, meskipun majalah NG itu berakidah evolusi, tapi secara penampilan, pendalaman informasi, serta kualitas grafis dan cetak, kok bagus ya. Kami sering geleng-geleng kalau baca majalah itu. Bukan karena ideologinya, tapi karena kualitas teknisnya bagus. (Ternyata, “untuk masuk neraka saja, orang perlu kerja profesional”).

*) Inilah pohon BAOBAB. Pohon dengan karakter unik. Batang besar, tinggi, tapi dedaunan terkumpul di atas membentuk semacam formasi payung. Pohon ini laksana legenda Afrika. Banyak terdapat di Madagaskar. Ia bisa berusia sampai ratusan tahun.

*) Akar-akarnya sangat menyerap air. Menjadi semacam “telaga” di tengah kegersangan Afrika. Volume akarnya bisa lebih besar dari batangnya. Menandakan suatu ketegaran, tetap memberikan air bagi sekeliling.

*) Hanya satu kata: SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI SUBHANALLAH AL ‘AZHIM.

*) Berikut sebagian gambar pohon Baobab:

Kekar. Tegak. Menjulang di muka bumi.

Kekar. Tegak. Menjulang di muka bumi.

Bandingkan dengan postur orang Afrika-nya. Sangat jauh beda.

Bandingkan dengan postur orang Afrika-nya. Sangat jauh beda.

Lihat lagi. Betapa raksasanya ia.

Lihat lagi. Betapa raksasanya ia.

Di atas rawa-rawa, Bro. Ada ya...

Di atas rawa-rawa, Bro. Ada ya…

Masih di daerah rawa-rawa, berair...

Masih di daerah rawa-rawa, berair…

Lihat menara kayu sebelah kiri itu. Hebat bukan?

Lihat menara kayu sebelah kiri itu. Hebat bukan?

*) Beginilah, intinya Anda suka gak dengan profil pohon ini? Kalau suka, berarti sama dengan saya. Kalau gak suka, kenapa man? Apa alasannya? Kenapa sih gak sama selera “sama gue”? He he he…alay banget ya.

*) Jadi manusia sangat bagus ya kalau bisa seperti pohon Baobab ini. Filosofinya: tegar, tegak, menjaga persediaan air, tetap tegar dan berdaun mesti di tengah gurun pasir Afrika.

*) Ssssstttt…ada yang lebih hebat lagi. Katanya, buah dari pohon ini kerap disebut “The King Fruits”. Raja buah. Katanya, selain enak, kandungan gizinya man, wuaaaaduh buaaaanyaaakkkk BGT. (Halah kena penyakit alay lagi…).

== Someone ==


Fakta Pemuaian…

Juli 29, 2013

Pemuaian (expand) termasuk salah satu fenomena dalam dunia Fisika. Benda yang memuai akan mengalami pertambahan dari sisi panjang, luas, atau volume. Pemuaian ini bisa terjadi pada benda gas, cair, dan padat. Tapi saya mau bicara pemuaian benda padat. Lebih menarik.

Kabel Logam Bisa Memuai...

Kabel Logam Bisa Memuai…

Hayo kita mulai…

[1]. Cara mudah melihat pemuaian pada benda padat, lihatlah pada kabel-kabel listrik di pohon-pohon, tiang-tiang, atas gedung. Ketika siang hari, kabel-kabel itu memanjang sehingga terlibat melengkung ke bawah. Tapi kalau malam hari, sore hari (saat hawa tidak panas), atau saat pagi hari, kabel-kabel itu tampak tertarik kencang. Saat panas, kabel yang terbuat dari logam (tembaga) memanjang, sedangkan saat dingin, kabel itu mengkerut.

[2]. Pemuaian juga terlihat pada jalan-jalan aspal tertentu yang bergelombang. Asalnya jalan ini tidak bergelombang, tetapi dibuat rata, lurus, dan teratur. Tetapi akibat pemanasan matahari yang terus-menerus, akibatnya aspal mengembang, mengajak material di sekitarnya ikut mengembang pula. Ketika aspal mendingin, nanti akan menyusut kembali. Ketika proses mengembang dan menyusutnya aspal ini terjadi tidak teratur, menimbulkan lekukan-lekukan pada permukaan aspal (jalan).

Antara Sambungan Selalu Ada "Ruang Kosong"

Antara Sambungan Selalu Ada “Ruang Kosong”

[3]. Pada pemasangan rel-rel kereta api, juga memperhatikan proses pemuaian. Kalau kita lihat, sambungan antar satu balok rel dengan balok rel lainnya, selalu ada ruang kosong “missing” yang dibiarkan terbuka. Ruang itu yang kira-kira lebarnya antara 1 – 1,5 cm sengaja disediakan untuk memberi ruang pemuaian balok-balok rel yang tersambung tersebut. Jika pemuaian ini tidak diberi tempat, nanti akan merusak rel itu sendiri.

[4]. Sangat menarik kalau melihat benda-benda kaca/gelas yang retak, setelah ditumpahi air panas (air minum atau kuah). Ia retak karena kaca/gelas tiba-tiba mengembang karena terkena hawa panas (dari air). Jika proses mengembangnya kaca/gelas ini merata, ia tak akan menyebabkan retak/pecah. Tetapi ketika sebagian bagian kaca/gelas mengembang, sementara yang lain masih belum mengembang secara sempurna….akibatnya materi kaca/gelas itu pun retak/pecah. Itulah makanya bahwa sifat memuai ini tidak bisa ditahan-tahan, jika ia terjadi, bisa memiliki power potensial yang menarik.

[5]. Kadang terjadi, sebuah bola bisa masuk ke dalam toples. Tapi pada kesempatan lain, bola itu tidak bisa masuk. Mengapa ia terjadi? Saat toples terkena panas, mulut toples akan mengembang, sehingga bola bisa masuk. Tapi ketika dingin, mulut toples kembali mengkerut. Bola pun tidak bisa masuk.

Bisa Memecahkan Kaca/Gelas.

Bisa Memecahkan Kaca/Gelas.

[6]. Saat ini banyak dibuat jalan-jalan dengan bahan cor-coran semen. Banyak jalan tol yang dibuat dari coran semen. Uniknya, setelah coran selesai, telah sempurna, dan kering; sering kali pihak pembuat coran jalan membuat lubang berbentuk garis-garis di cor-coran itu, panjangnya selebar jalan, lebarnya sekitar 1 cm, dengan kedalaman tertentu. Lalu ke atas lubang itu dimasukkan lelehan aspal atau karet. Kalau tak percaya, coba lihat jalan-jalan tol itu, di sana pasti ada garis-garis hitam yang dimasuki lelehan karet/aspal. Untuk apa semua ini? Ternyata, untuk mengantisipasi proses pemuaian pada semen.

Singkat kata begini, pemuaian pada benda padat itu jelas terjadi, tetapi mata kita tidak bisa melihat saat proses itu sedang terjadi, karena begitu mikroskopik proses berlangsung pada materi bendanya. Kita hanya bisa melihat efek/hasil dari pemuaian itu sendiri.

Dan uniknya, pemuaian terjadi pada semua benda padat, termasuk logam, plastik, aspal, kaca, hingga semen (hasil cor-coran). Kalau kayu atau batu, saya belum tahu. Wallahu a’lam bisshawaab.

Semoga bermanfaat ya. Amin Allahumma amin. Jujur…minat kepada dunia sains sering muncul seperti sebuah kerinduan cinta pada kekasih lama. He he he…lebay.

Mine.


Pemanis Alami: Stevia Rebaudiana…

Juli 27, 2013

Berikut ini sebuah inspirasi, tanaman Stevia Rebaudiana. Ia adalah pemanis alami, dari bahan daun Stevia Rebaudiana. Bisa menghasilkan rasa manis 100 x melebihi manis gula tebu. Dihasilkan melalui proses ekstrak terhadap daun Stevia. Bukan pemanis sintetik, jadi lebih sehat bagi konsumen.

Satu lagi yang hebat, pemanis ini tak berkalori, sangat cocok bagi mereka yang takut kegemukan, terkena keluhan diabetes, dan selainnya. Cuma, di Indonesia belum berkembang.

Sejenis Tanaman Perdu...

Sejenis Tanaman Perdu…

Struktur Daun Lebih Dekat...

Struktur Daun Lebih Dekat…

Dalam Kultivasi di Sawah atau Ladang Stevia...

Dalam Kultivasi di Sawah atau Ladang Stevia…

Proses Awal, Daun Kering Ditumbuk...

Proses Awal, Daun Kering Ditumbuk…

Hasil Sementara...

Hasil Sementara…

Hasil Bubuk Kering...

Hasil Bubuk Kering…

Bentuk Gula Jadi...

Bentuk Gula Jadi…

Sudah Dikemas...

Sudah Dikemas…

Anda Tertarik? Hayuh...

Anda Tertarik? Hayuh…

Di Indonesia belum populer. Banyak ditanam di China, India, Jerman, dan lainnya. Potensial untuk dikembangkan. Katanya di kawasan Lembang, Kab. Bandung, sudah ada tanaman ini. Coca Cola disebut-sebut memakai pemanis jenis ini.

Oke deh, sekian dulu. Kalau tertarik silakan saja cari informasinya. Kita cuma sekedar mengenalkan…

Mine.


[03]. Islam dan Teori Evolusi

Februari 13, 2013

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Masih ada relevansinya kita membahas teori evolusi, meskipun sifatnya praktis. Singkat kata, dalam Al Qur’an terdapat Surat Al Baqarah ayat 164. Disana terdapat penggalan ayat yang berbunyi sebagai berikut: “Wa maa anzalallahu minas samaa’i min maa’in, fa ahya bihil ardha ba’da mautiha, wa bats-tsa fiha min kulli daabbah” [dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, yang dengan air itu Dia hidupkan bumi setelah matinya (tandus); kemudian Dia sebar-luaskan di permukaan bumi itu segala macam makhluk melata (hidup)].

Secara umum, ayat ini menjelaskan tentang Kemurahan Allah Ta’ala yang menjalankan mekanisme siklus air. Dia menurunkan air dari langit dalam bentuk hujan; lalu hujan itu menyirami tanah-tanah tandus, sehingga ia hidup kembali sebagai tanah subur. Saat mana tanah sudah subur, tanam-tanaman hidup menghijau, maka makhluk berupa hewan maupun manusia akan singgah dan menetap di tempat itu.

Alam Diciptakan dalam Keragaman Luar Biasa. Setiap Makluk Sudah FINAL.

Alam Diciptakan dalam Keragaman Luar Biasa. Setiap Makluk Sudah FINAL.

Tapi ada satu pelajaran besar di balik ayat ini. Bahwa mahkluk hidup itu eksis di muka bumi karena proses PENYEBARAN. Mereka semua disebarkan oleh Allah Ta’ala. Sebagai makhluk yang disebarkan, tentu ia sudah jadi, sudah sempurna, sudah finalisasi dalam segala aspeknya (bentuknya, ukurannya, tabiatnya, peranannya, serta ketergantungannya satu sama lain). Tidak mungkin Allah menyebarkan makhluk “setengah jadi”, lalu mereka menjadi sempurna melalui proses-proses alam. Tidak demikian.

Makhluk (terutama hewan) ketika hidup di muka bumi, jenisnya sangat beragam, ukurannya sangat beragam, fungsi dan tabiatnya juga beragam. Mereka semua adalah makhluk yang telah sempurna, telah jadi, telah berada dalam proporsi FINAL. Keragaman makhluk yang luar biasa itu, menandakan Kebesaran Allah Ta’ala. Makhluk-makhluk ini tak pernah berubah wujud ke bentuk-bentuk lain, selain dirinya. Ia berada dalam koridor aslinya, sebagaimana saat pertama diciptakan.

Perlu dicatat, setiap makhluk ini memiliki batas ambang eksistensi. Ia adalah sejumlah kondisi dimana makhluk itu masih bisa eksis dalam batas-batas kemampuan adaptasinya. Kalau ia menghadapi kondisi ekstrem sehingga keluar dari batas-batas kemampuan adaptasinya; maka otomatis makhluk tersebut akan punah. Ia tak pernah berubah ke dalam bentuk lain, karena kondisi ekstrem di luarnya. Sampai disini, teori evolusi dengan sendirinya gugur di titik “ulu hati” paling krusial.

Singkat kata, tidak ada teori evolusi. Yang ada adalah fakta keragaman penciptaan. Allah Ta’ala menciptakan makhluk hidup beragam di muka bumi. Amat sangat beragam, sehingga untuk menjelaskan semua bentuk keragaman itu, kita tak akan mampu melakukannya. Setiap jenis makhluk yang diciptakan telah memiliki sifat-sifat khusus, dan memiliki ambang toleransi dalam proses adaptasinya. Jika menemui situasi ekstrem, apalagi dalam tempo lama, makhluk itu tidak akan berevolusi menjadi makhluk lain, tetapi ia akan punah karena ketidak-mampuannya bertahan.

Lalu bagaimana degan fosil-fosil yang ditemukan di masa lalu?

Fosil-fosil itu mencerminkan bentuk makhluk yang pernah ada di masa lalu. Fosil itu tidak pernah berubah menjadi fosil lain, atau merupakan hasil perubahan dari fosil sebelumnya. Ia tetap dalam bentuknya sebagai makhluk mandiri; asalnya begitu, anak keturunannya juga begitu.

Pendek kata, tidak pernah ada evolusi semacam tikus menjadi marmut, marmut menjadi kelinci, kelinci menjadi domba, domba menjadi sapi, dan seterusnya. Itu hanyalah lamunan orang-orang bodoh yang tersesat di belantara ilmu pengetahuan modern. Nas’alullah al ‘afiyah.

Sedangkan manusia sendiri; manusia bukanlah makhluk yang berasal dari bumi. Manusia berasal dari sepasang manusia tertua, Adam dan Hawwa. Keduanya semula ada makhluk dari langit. Jadi generasi manusia tidak mengalami proses apapun di bumi. Manusia sepenuhnya dari Adam dan Hawwa, keduanya dari langit. Kita ini sudah given atau build up seperti ini sejak nenek-moyang kita.

Nabi Saw pernah berkata: “Antum banu adama, wa adama min turab” (kalian itu anak-cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah). Sekali lagi: no evolution in universe!


Ketika Alam Tidak Lagi Ramah…

Agustus 24, 2010

Hampir setahunan ini kami di Bandung merasa tidak mengalami musim kemarau, sepanjang tahun terus hujan. Dalam teori, siklus musim hujan dan kemarau di Indonesia kerap disebutkan sbb.: April-Oktober musim kemarau, sedangkan Oktober-April musim hujan. Namun dalam tahun terakhir, sepanjang tahun hujan terus. Kadang hujan sangat deras, sehingga terjadi banjir dan longsor di daerah-daerah tertentu.

Di TV kerap diberitakan bencana alam yang terus mendera daratan China, berupa banjir besar dan tanah longsor. Sudah ribuan manusia tewas menjadi korban. Begitu juga banjir yang melanda Pakistan, juga menyebabkan ribuan orang meninggal.

Polusi Berat CO2 Membuat Iklim Tak Menentu

Di hari-hari ini kita merasakan perilaku alam yang sulit dipahami. Kadang terasa gerah, tetapi tiba-tiba bertiup angin yang sangat dingin. Kadang cuaca sangat dingin, lalu berubah menjadi hawa panas. Kadang angin bertiup menderu-deru, membuat kita berprasangka, musim akan segera berganti. Tetapi ternyata, ia hanyalah “pancaroba semu”.

Begitulah, cuaca kini penuh turbulensi, penuh gejolak dengan segala ketidak-menentuan. Mungkin inilah realitas yang kerap disebut sebagai extremely climate change (perubahan iklim secara ekstrim). Daerah yang panas menerima dingin, begitu pula sebaliknya, dengan siklus yang tidak teratur. Padahal sebelumnya, selalu teratur dan dapat diprediksikan dengan mudah. Hujan atau panas, datang-berganti seperti tanpa siklus.

Menarik mengamati banjir besar yang terus-menerus mendera China. Hawa dingin, tanah longsor, dan lain-lain. Hari-hari ini China seperti panen dua realitas kontradiktif: panen pujian sebagai raksasa ekonomi baru, tetapi juga panen bencana-bencana besar.

Mengapa terjadi kondisi perubahan cuaca secara ekstrim?

Hal ini bisa dipahami dengan pendekatan sains. Menurut sains, akar persoalan ini muncul karena perilaku karbondioksida (CO2) di udara semakin liar. Polusi, pembakaran BBM, pembakaran bahan organik, menyebabkan produksi CO2 di udara meningkat sangat pesat. Menurut penelitian modern, gas CO2 itu tidak bisa dibuang keluar dari atmosfer bumi. Gas itu semakin bertambah, membuat ruang atmosfer bumi semakin panas. Inilah yang kerap disebut sebagai global warming (pemanasan global).  Ada juga yang menyebut green house effect (efek rumah kaca). Kalau Anda masuk rumah kaca, akan terasa sumuk (gerah), sebab disana udara panas seperti terperangkap dalam ruangan tersebut.

Panas di atmosfer berdampak meningkatkan suhu, meningkatkan penguapan air laut, juga mengubah formasi kelembaban udara. Suhu berubah, kelembaban udara berubah, maka perilaku angin juga berubah. Kan sesuai hukum sains, “Angin bertiup dari udara yang dingin ke udara panas, dari kondisi tekanan tinggi ke tekanan rendah.”

Dengan demikian kita menjadi paham mengapa kemudian terjadi perubahan-perubahan cuaca ini. Ia terjadi karena tingkat polusi yang luar biasa besar-besaran. China dan Amerika termasuk negara-negara penghasil polusi udara terbesar di dunia. Pabrik-pabrik di negara itu setiap waktu terus merobek-robek struktur harmonis ruang atmosfer. Mereka enak mendapat uang banyak, tetapi ummat manusia sedunia menjadi korban.

Beberapa waktu lalu sempat ada konferensi internasional tentang perubahan iklim di Nusa Dua, Bali. Waktu itu sempat dibahas tentang isu “perdagangan karbon”. Maksudnya, negara penghasil polusi CO2 terbesar di dunia, seperti China dan Amerika, harus memberi subsidi kepada negara-negara yang memiliki hutan luas, seperti Indonesia dan Brasil. Hutan-hutan ini kan setiap detik terus memproduksi O2, sementara pabrik-pabrik di China, Amerika, Jepang, Eropa, dll. terus memproduksi CO2. Negara-negara pollutan itu diminta memberi sumbangan untuk pengembangan dan pelestarian hutan di negara-negara tropik. Ternyata, mereka ogah membantu.

Sudah begitu Si SBY tawadhu banget. Melihat negara-negara pollutan tidak mau membantu, SBY terima aja. Maklum sih, Si SBY ini badannya ada di hadapan kita, tetapi hatinya sudah parkir di New York sana. Harusnya, kalau laki-laki sejati, negara asing tidak mau bantu menjaga hutan kita, usir saja mereka dari konferensi itu. Usir mereka, biar malu! Tetapi kita semua tahu, Si SBY ini kan karakternya begitu: rela mengorbankan rakyat sendiri, demi mencari keridhaan asing.

Ada hikmah besar di balik realitas perubahan iklim ekstrim ini. Hikmah apakah itu?

Perubahan iklim ekstrim ini terjadi lebih karena AMBISI MATERIALISME negara-negara industri tersebut. Di mata mereka, mumpung selagi hidup, harus mencari uang sebanyak-banyaknya, bagaimanapun caranya. Kalau sudah dapat uang, mereka akan gunakan untuk senang-senang sepuasnya, tidak peduli akibat dari senang-senang itu merusak lingkungan.

Di mata kaum jahiliyyah pemuja hawa nafsu itu, tidak ada istilah “ramah lingkungan”, “peduli nasib generasi”, “peduli beban bumi”, “empati dengan nasib manusia”, dan seterusnya. Di mata mereka ya hanya senang, senang, senang, senang, senang,… Sepanjang hayat hanya senang-senang saja. Maka itu Al Qur’an menyebut mereka, “Ya’kuluna kamaa ta’kulul ‘an-am” (mereka makan seperti makannya binatang).

Ironisnya, kehidupan seperti itulah yang oleh para ekonom kerap ditutup-tutupi dengan istilah: pertumbuhan ekonomi, kenaikan produk domestik bruto, iklim investasi, laju inflasi, kenaikan indeks saham, dll. Padahal semua itu intinya hanyalah: kehidupan ala binatang yang memuja hawa nafsu. Akibat kehidupan seperti ini sangat jelas, yaitu kerusakan lingkungan, perubahan cuaca ekstrim, dan seterusnya.

Alam ini sebenarnya diciptakan dalam kondisi harmonis. Allah Ta’ala telah meletakkan fungsi-fungsi, mekanisme, dan tabi’at alam yang ramah bagi kehidupan insan. Hanya saja, karena nafsu senang-senang (yang kerap ditutup-tutupi dengan istilah “pertumbuhan ekonomi”) itulah, maka alam ini rusak. Sayangnya, dalam kondisi seperti ini kita dipimpin oleh “artis” yang senang berdandan di depan cermin; bukan dipimpin manusia tegas.

Semoga kita bisa memetik hikmah dan manfaat! Amin.

AMW.


Nasib Ngenes Kompor BPPT

Juli 8, 2010

Kita tahu, akhr-akhir ini sering sekali teradi ledakan tabung gas. Khususnya tabung kuning-hijau, ukuran 3 kg. Kalau tabung itu meledak, rasanya seperti bom yang dipasang oleh Nordin M. Top Cs. Bahkan mungkin ledakannya bisa lebih hebat dari itu. Tapi tidak ada yang menuduh kalangan Pertamina sebagai “teroris” akibat terjadinya banyak ledakan tabung gas di Tanah Air selama ini. [Padahal hasilnya sama, yaitu: ledakan, kerusakan, dan korban manusia].

Ada yang miris dengan masalah tabung gas ini. Sejak tahun 2006, BPPT sudah mengajukan konsep kompor gas yang aman untuk menunjang program konversi BBM ke gas itu. Tapi oleh negara ditolak. Malah negara ini ngeyel membeli jutaaan tabung gas ukuran 3 kg dari China. Terbukti, kualitas tabung gas itu jelek sekali. Produk karya bangsa sendiri tak dihargai, sementara pejabat-pejabat negara lebih senang membeli tabung buatan China.

Inovasi Karya Anak Negeri: Tak Dihargai 100 %!!!

Dalam masalah beras juga begitu. Betapa susahnya Pemerintah menaikkan harga dasar gabah, agar penghasilan petani membaik. Alih-alih ingin membantu petani, Pemerintah malah lebih suka membeli beras dari Vietnam, Thailand, Laos, dll. Beras rakyat sendiri diabaikan, sementara dari Vietnam dijadikan andalan. Sepertinya pejabat-pejabat itu lebih suka menggendutkan perut-perut anak orang asing, lalu membiarkan anak-anak kita kurus kering. Dalam masalah gula juga begitu. Pemerintah suka membeli gula rafinasi dari asing, lalu mengabaikan pasokan tebu dan produksi gula dari dalam negeri. Impor gula rafinasi itu sangat menakutkan petani-petani tebu kita.

Sebenarnya, sejak lama bangsa kita memiliki keahlian, keuletan, dan inovasi teknologi. Tetapi semua itu tidak dihargai oleh Pemerintahnya sendiri. Pemerintah ini lebih suka memakai produk asing, memberi ijin bagi investasi asing, memberi ijin penambangan asing. Adapun terhadp nasib produk anak neger, mereka buang jauh-jauh. Seolah di mata Pemerintah berlaku filosofi: “Setiap yang berasal dari asing, halal. Setiap yang berasal dari anak negeri, haram.” Ini benar-benar mengerikan. Bagaimana kita bisa tenang menatap masa depan anak-anak kita nanti di bawah kepemimpinan yang rela menjadi jongos asing?

Dalam Olimpiade Sains dunia, anak-anak Indonesia sering berprestasi. Dalam lomba-lomba teknologi internasional, utusan Indonesia juga sering menang. Tetapi dalam level produk teknologi yang dikonsumsi di Tanah Air, nyaris tidak ada yang produk asli Indonesia yang sukses. Kalau ada produk nasional yang bersaing, paling rokok, musik pop, dan -maaf- video mesum. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Kepemimpinan politik sejak jaman Gus Dur, Megawati, dan SBY saat ini, tidak ada satu pun yang pro kebangkitan industri dan teknologi dalam negeri. Rata-rata pro asing semua. Dulu Soeharto dikritik dengan segala catatan korupsi, kolusi, dan pelanggaran HAM. Tapi Soeharto masih punya komitmen terhadap negaranya sendiri. Salah satu bukti, Soeharto sampai wafatnya tidak pernah mau berobat ke luar negeri. Dia juga selalu menggunakan bahasa Indonesia, mekipun bertemu pejabat-pejabat tinggi negara lain.

Kenyataan seperti ini tidak akan terjadi, kecuali dalam salah salah satu kemungkinan: (1) Pemimpin politik telah berkhianat terhadap amanah UUD untuk membela kepentingan ekonomi rakyat Indonesia; (2) Pemimpin politik telah menjadi agen asing untuk menerapkan missi kolonialisme mereka.

Kompor BPPT hanya salah satu contoh kecil saja. Di BPPT sendiri ada ratusan atau ribuan penemuan teknologi yang sangat potensial untuk kemaslahatan kehidupan rakyat Indonesia, dan semua itu selama ini dibiarkan mangkrak (terlantar), karena Pemerintah lebih menyukai suplai teknologi dan produk asing. Terpuruknya PTDI (IPTN) menjadi bukti lain, betapa pemimpin politik tidak punya naluri sama sekali untuk membela negaranya sendiri.

Pemuda Indonesia Bisa Membuat Sepeda Bermesin (dari mesin pemotong rumput).

Inilah masaalahnya. Pemimpin politik lebih melayani asing, acuh dengan karya anak bangsa. Sementara rakyat banyak dibuat lalai oleh TV, sepakbola, rokok, musik, dan -maaf- video mesum. Lalu ada para politisi yang kebanyakan oportunis. Lidah mereka pandai bicara apa saja, tap nyali kosong. Yang di bawah tak berdaya, yang di atas hanya mementingkan diri sendiri. Jelas saja, orang asing bergirang hati, karena mereka bisa mengeruk kekayaan nasional tanpa kesulitan apapun. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Begitu ngenes-nya hidup di negeri ini. Ya Allah ya Aziz, tidak adakah harapan bagi kami? Lalu bagaimana dengan masa depan anak-cucu kami nanti? Masihkah mereka tetap istiqamah dalam Islam, atau berbondong-bondong murtad dari jalan agama-Mu?

Rabbighfir warham wa Anta Khairur Rahimin. Ya Rabbi ampuni kami, kasihi kami, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang mengasihi.

AMW.


Fujiwara Award untuk Ilmuwan Muda Indonesia

April 26, 2010

PENGANTAR

Artikel ini pernah dimuat oleh majalah Gatra, edisi 24 Februari 2010, hal. 32-33, dengan judul Obsesi Periset Smart Fluid. Ia adalah tentang sosok seorang periset muda Muslim Indonesia, Muhammad Agung Bramantya, yang sedang menempuh studi di Jepang. Berkat riset yang dilakukannya dalam topik “smart fluid” dia mendapat Fujiwara Award dan Young Engineer Award dari JSAEM, sebuah lembaga para ilmuwan Jepang. Ini adalah untuk pertama kalinya Fujiwara Award diberikan kepada seorang periset dari luar Jepang. Otomatis Muhammad Agung Bramantya merupakan orang Indonesia pertama, sekaligus Muslim pertama di Dunia Islam, yang menerima penghargaan tersebut. Karena begitu pentingnya informasi ini agar diketahui Ummat Islam, sengaja saya muat artikel tersebut di blog ini. Artikel serupa juga dimuat di koran Media Indonesia, dengan judul Mengulik Ultrasonik Pendeteksi Fluida Cerdik, edisi 12 Februari 2010. Semoga bermanfaat!

OBSESI PERISET SMART FLUID

Muhammad Agung Bramantya menjadi orang pertama di luar Jepang yang mendapat Fujiwara Award dan Young Engineer Award dari JSAEM. Buah ketekunan sejumlah riset bidang smart fluid. Untuk jangka pendek, PLTN bisa menjadi solusi alternatif guna mengatasi krisis listrik.

Dunia riset di laboratorium memang jauh dari hiruk-pikuk kemilau glamor. Meski sepi, dunia riset bukan berarti tidak dapat memberi kepuasan. Setidaknya, begitulah yang dirasakan Muhammad Agung Bramantya, kandidat doktor di Universitas Keio, Jepang. Berkat ketekunan dan temuannya dalam sejumlah riset, pria kelahiran Yogyakarta, 22 Maret 1981, ini dianugerahi Fujiwara Award.

“Saya senang karena (menjadi) orang pertama di luar Jepang yang mendapat Fujiwara,” kata Bram, begitu ia biasa disapa. Fujiwara Award diambil dari nama Ginjiro Fujiwara yang hidup pada 1869-1960. Ia pendiri Institut Teknologi Fujiwara, cikal bakal Fakultas Sains Teknologi Universitas Keio. Anugerah yang diterima Bram pada 30 Maret 2009 itu adalah penghargaan bagi peneliti yang aktif dan bergiat di lintas bidang, baik sains maupun sosial budaya.

Bram, yang belajar di Jepang sejak Maret 2008, tidak tahu secara pasti mengapa anugerah itu jatuh ke tangannya. Yang dia tahu, dirinya banyak terlibat dalam presentasi hasil riset di forum konferensi ilmiah, baik di Jepang maupun di dunia internasional. Untuk bidang sosial, Bram bergabung dalam forum South-East Asian Engineering Development Network (Seed Net). Forum ini berisi para peneliti dari ASEAN dan Jepang.

Foto Bram di Tengah "Mainan-nya"

“Selain saling dukung secara ilmiah-akademis, juga menjadi ajang untuk mengenalkan budaya dan informasi dari tiap negara,” katanya. Menurut Bram, penilaian dari sisi parameter akademik jelas terukur, sedangkan untuk parameter sosial-budaya tentu subjektif. Untuk aspek akademis, Bram bercerita bahwa dirinya pernah maju dalam seminar dunia ke- 11 tentang Electrorheological Fluids and Magnetorheological Suspensions (ERMR) Organizing Committee pada September 2008 di Jerman.

Dalam seminar itu, Bram adalah satu-satunya wakil Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di sana, ia menyabet Best Poster Prize, menyisihkan 100-an poster peneliti dunia di bidang tersebut. “Itu prestasi puncak yang mungkin menginspirasi pemberian Fujiwara Award,” ujar peneliti yang selalu mengaku sebagai orang Indonesia, meski dalam diskusi menyatakan diri sebagai wakil Jepang. Ada pengalaman lucu ketika ia mendapat sampanye. “Bingung mau diapakan, akhirnya saya buang ke toilet,” katanya.

Kesetiaan Bram pada riset ternyata membuahkan penghargaan. Tanpa pernah mengimpikannya, pada 19 November lalu ia menerima Young Engineer Award. Anugerah dari Japan Society of Applied Electromagnet and Mechanics (JSAEM) ini diberikan pada puncak acara Magnetodynamics Conference ke-18 di Universitas Tokyo. “Penghargaan kali ini karena ada temuan spesifikasi di bidang itu,” ujar Bram.

Unsur kebaruan risetnya ada pada penggunaan metode ultrasonik un­tuk menganalisis struktur dalaman pada sebuah smart fluid, yang berupa magnetorheological fluid. Sebelumnya, para periset biasa memakai metode simulasi numerik, metode optical microscope, atau metode spektrografi analisis sektrum cahaya. Semua metode ini memakai preparat. “Sedangkan saya memakai metode gelombang ultrasonik,” katanya. Dengan metode ini, secara prinsip tidak ada perlakuan khusus terhadap fluida yang akan diteliti.

Aplikasi riset smart fluid kini merambah berbagai bidang. Di dunia otomotif dipakai untuk memonitor sistem suspensi peredam atau pemantau efek suspensinya. Penerapan suspensi dengan smart fluid telah dilakukan pada mobil Audi, Ferrari, dan BMW. NASA juga mengembangkannya untuk injeksi bahan bakar fluida. Sedangkan MIT lebih ke arah robotik.

***

Dunia riset yang kini ditekuni Bram tidak bisa lepas dari hobinya melakukan riset sejak mahasiswa. Salah satu risetnya ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, adalah mendesain mobil tenaga surya. Topiknya adalah “Aerodynamics Performance for Body Development of a Solar Car”. Ketika ia lulus dari teknik mesin UGM, skripsinya berjudul “Redesign Conceptual Aircraft: Airbus A 330”. Selain menjadi mahasiswa terbaik, Bram juga menjadi  mahasiswa yang lulus tercepat di angkatannya.

Begitu lulus, Bram sempat bekerja di Unocal. Namun, tak sampai setahun, ia merasa tidak sreg bekerja di tengah laut dengan sistem dua minggu kerja-dua minggu libur. “Bukan jenis pekerjaannya, melainkan sistemnya. Saya juga melihat jalur engineer di sana begitu-begitu saja. Jadi kuli, walau bayarannya besar,” katanya. Sebenarnya ia berencana terjun ke industri dulu selama 10-15 tahun, baru kemudian balik ke kampus untuk mengajar dan meneliti.

Namun Bram sudah gatal terjun ke riset. Pada 2004, ia pun memutuskan melanjutkan S-2 teknik mesin di Pascasarjana UGM. Ia tuntaskan studinya ini dalam tiga semester, dengan IPK 3,86. Lalu ia meneruskan kuliah di University of Malaya, menekuni teknik desain dan manufaktur. Selain belajar, ia juga aktif memberi tutorial resmi S-1 dan S-2 serta terlibat dalam berbagai pameran akademik dan presentasi poster.

Tesisnya, “Development of a Software for Designing and Manufacturing of an Impeller”, sekaligus menghasilkan software desain impeller pump layak paten lokal. “Tapi saya tidak mau. Enakan Malaysia, dong,” kata Bram. Suatu saat, jika pulang ke Indonesia, ia mencoba mematenkannya. Selain itu, juga bisa dipakai sebagai “senjata” jika akan bermitra dengan Malaysia.

Kini, di Jepang, Bram fokus di bidang yang didalaminya sejak 2007, yakni smart fluid, baik yang cair maupun gas. Proses studinya tidak berupa aktivitas kuliah atau tatap muka. “Semuanya berbasis penelitian,” ia menambahkan.

Kini tesis S-3 yang disiapkannya adalah soal magnetic and magnetorheological fluids. Risetnya merupakan bagian dari beasiswa JICA. Kini dilakukan di Jepang karena instrumentasi dan bahan materialnya terbilang mahal.

“Untuk gambaran, saya mendapat Rp 100 juta per tahun,” kata ayah dua anak berusia lima dan tiga tahun ini. Uang itu untuk bahan operasional. Selain itu, tambah Bram, masih ada dana dari profesor di laboratorium dan peralatan lainnya milik universitas senilai milyaran rupiah. “Saya taksir Rp 3 milyar-Rp 5 milyar,” kata Bram. Mahalnya biaya terletak pada investasi pembangunan laboratorium utuh, yang jika lengkap bisa mencapai Rp 1 trilyun.

***

Bram bersyukur, UGM dan pemerintah memberi dukungan penuh. “Kalau bukan dosen UGM, saya mungkin sulit mengakses fasilitas di sini. Pihak Jepang juga melihat status dosen dan PNS saya,” ungkap Bram. Ia percaya, sejumlah risetnya potensial untuk dikembangkan dan diterapkan. Riset S-1 bisa untuk bidang aerodinamika pesawat. Penelitian S-2 tentang flooding sangat dibutuhkan di reaktor nuklir.

Soal nuklir, Bram yakin, PLTN mampu menyelesaikan krisis listrik jangka pendek. “Jika nanti infrastruktur energi ramah lingkungan tercapai, barulah PLTN ditinggalkan sejauhjauhnya,” kata Bram.

Bila nanti kembali ke UGM, Bram ingin mengintensifkan riset-riset ke arah paten dan membangun jaringan interdislipiner ilmu. “Insya Allah, bisa lahir banyak temuan yang berguna untuk rakyat,” ujar Bram.

[FINISH HERE].

SUMBER: Blog Muhammad Agung Bramantya.