Sekarang nih lagi marak-maraknya pembicaraan soal Syekh Puji (Puji Cahyo Widiyanto) dari Semarang yang baru menikahi seorang gadis baru lulus SD, usia sekitar 12 tahun, namanya Ulfa (Lutfiana Ulfa). Syekh Puji usia 43 tahun menikah dengan Ulfa yang baru 12 tahun. Ulfa menjadi isteri ke-2, sementara Syekh Puji masih memiliki obsesi untuk menikahi dua gadis lain yang masih anak-anak, usia 9 dan 7 tahun.
Ya kontan saja jagad Indonesia segera gempar dengan rencana Syekh nyentrik dari Semarang, pimpinan Pesantren Miftahul Jannah itu. Ya, orang Indonesia kan lebih peduli dengan “dunia keselebritisan” daripada masalah krisis Amerika, penurunan harga minyak dunia, pembahasan RUU Pornografi, dan lain sebagainya. Masyarakat kita, seperti kata para ahli, adalah tipe masyarakat penonton, bukan masyarakat pembaca, pemikir, penggerak, apalagi peneliti. Jauh, masih jauh.
Saya jadi teringat poligami Aa Gym. Wah, betapa histeris para ibu-ibu dan gadis-gadis saat Aa Gym menikah lagi. Wah, jagad Indonesia rasanya mau runtuh dengan langkah Aa Gym itu. Padahal pada saat yang sama, masih terlalu banyak masalah-masalah yang rumit di negeri ini. Inilah rakyat kita, orang-orang suka menonton, doyan hiburan; diajak mikir agak rumit, sulit, diajak bergerak agak cepat, malas; diajak membahas problematika Ummat, ntar dulu.
Dalam soal pernikahan dengan anak-anak, Rasulullah Saw pernah menikah dengan Aisyah Ra ketika beliau masih berusia 6 tahun, lalu hidup berkumpul dalam sebuah rumah-tangga, saat Aisyah sudah mencapai usia 9 tahun. Pernikahan seperti itu boleh terjadi, jika pihak walinya berkenan dan memberikan rekomendasi. Dan anaknya juga tidak menolak dinikahi.