Apa Hasilnya…?

April 5, 2017

* Wahdah Islamiyah dituduh teroris oleh MetroTV ==> Hasilnya, nama Wahdah makin melambung.

* Ustadz Khalid Basalamah digeruduk Banser Sidoarjo ==> Hasilnya, beliau tambah terkenal di mana mana.

* Ustadz Adi Hidayat ditahdzir oleh Ustadz Abdullah Taslim dkk. ==> Hasilnya, nama beliau jadi me-NASIONAL, makin dicari orang.

* Julia Perez sakit berat, kurus kering, koar koar dukung Hoxhox ==> Hasilnya…?? Malaikat maut mungkin tambah gemez aja ke dia. 😀

(Senyum).


Langsung Respon Puluhan Komen…

April 10, 2016

Ini contoh kerja #amatiran. He he he.

Lama tidak merespon komen. Sekali respon langsung puluhan. Bisa 50-an komen. He he he.

Kayak kerja borongan atau #kejarsetoran. Macam sinetron di TV.

Rasanya lelah ye… Ha ha ha. #barutahudia

Kejar Tayang

Kejar Tayang

Ya sudahlah, ini kan dalam rangka menjawab aspirasi para pembaca.

Maklum, dunia kini tak jauh dari era #gempitainformasi.

Dulu kita butuh informasi sebagai #selingan. Kini informasi dibutuhkan seperti orang #makannasi.

Sehari saja tidak buka gadget, perut terasa keroncongan.

Ini sebenarnya apa?

Ya betul. Ini pangkalnya #krisisruhani.

Orang zaman sekarang susah payah meraih sakinah wa rahmah. Maka apapun yang bernuansa #hiburan, menjadi perburuan sehari-hari. Begitulah…

Mau gak diajari mencari kebahagiaan (sakinah) secara ilmiah?

Itu yang pernah coba kami tawarkan pada tahun-tahun 2000-an lalu. Tapi sayang, tidak mendapatkan respon baik. Ya semua hal berjalan dengan Takdir-Nya. Kita tak bisa menolak.

Maaf, agak curhat ya… 😀

(WeWrite).


Ayo Ngguyu…

Maret 11, 2016
Orang Gak Genah...

Orang Gak Genah…

Air sungai boleh untuk wudhu, tapi TIDAK UNTUK DIMINUM. (Kecuali kepaksa).
.
Air laut boleh untuk wudhu, tapi siapa YANG MAU MINUM?
.
Air hujan boleh untuk wudhu, tapi pernah gak Anda MANGAP MINUM AIR HUJAN?
.
AIR yang berkualitas, tanda paling mudahnya adalah: BISA DIMINUM.
.
Di Saudi, air minum kelas 1. Air untuk bersih-bersih badan kelas 2. Air untuk nyiram tanaman kelas 3.
.
‪#‎TEMANAKAL‬


TERBANGLAH MENUJU MATAHARI…

Desember 21, 2015
Terbang Tinggi

Merpati Terbang Tinggi

Pemuda itu tinggal di gudang lusuh, di atap apartemen. Sehari-hari hanya pengangguran.

Kerjanya memberi makan, mengobati, menyayangi burung-burung merpati. Dia sangat tulus dalam mengasihi, meski dianggap sebagai laki-laki aneh.

Di suatu senja, dia keluar sambil memakai rompi khusus. Dari dalam rompi itu bisa keluar banyak tali-tali. Lalu dia memanggil burung-burung merpati LOYALIS miliknya. Ada ratusan merpati. Setiap tali dari rompi ditarik oleh seekor merpati.

Laki-laki itu terbang di udara diangkat oleh ratusan merpati. Dia bergerak menuju arah matahari senja. “Terbanglah, Nak, menuju matahari!” Seru laki-laki itu dengan suara keras.

Hhmm, sebuah IMAJINASI HEBAT. Dari serial kartun, Hey Arnold. Semacam kartun edukatif untuk anak-anak Yahudi Amrik. Warna Yahudinya tampak, tapi kerap disisipi pesan-pesan edukasi yang baik. Kurang laku untuk selera “goyang koplo” ala masyarakat di kita. Hehehe…

Pergi bukan karena benci. Tapi menyayangi. Mengharapkan yang terbaik & perbaikan. Bukan untuk siapa jua, tapi untuk dirimu sendiri dan Ummat. Keep spirit!

(Sam Hikmat).


Kisah Domba Qurban

Oktober 11, 2015

Qurban dengan Domba Leutik

Kisah ini terjadi beberapa tahun lalu. Namun membekaskan kenangan lucu. Saat itu saya “dikerjai” bapak-bapak penerima hewan qurban.

SINGKAT KATA… (napa sih suka singkat-singkat; namanya juga status EFBI, jangan banyak protes lo ya).

Sebuah panitia tebar hewan qurban menghubungi saya. Mereka bermaksud menyalurkan DOMBA, saya diminta bantuan mencarikan masyarakat sebagai penerima. Tentu saya merasa gembira. “Ini peluang dakwah,” kata kawan-kawan.

Akhirnya saya hubungi orang kampung, saya sampaikan niat itu. Mereka tampak gembira. Bahkan mereka datang ke rumah untuk memperkuat maksud. Mereka telah sedia dengan angkot untuk mengambil domba-domba itu.

Hari H pengambilan hewan sudah tiba. Sore hari mereka jemput saya, lalu kami bersama datang ke lokasi. Katanya akan datang ratusan domba. Asal dari Sukabumi.

Sayang sekali domba datang sangat telat. Kami tiba di sana sore hari, sementara domba-domba datang di atas jam 9 malam. Bayangkan betapa malunya kepada orang-orang itu. Ternyata, yang pada menunggu selain kami juga banyak.

Saya kira akan datang truk-truk besar membawa ratusan domba. Ternyata hanya sebuah mobil bak yang telah dimodifikasi baknya dengan papan-papan kayu. Kalo tak salah, bak itu dibuat bertingkat. Satu tingkat berisi mungkin 30an domba. Bayangkan, betapa kejamnya si pedagang. Dia bawa ratusan domba di bak sempit, menempuh jarak Sukabumi-Bandung.

Yang paling membuat kami takjub, atau mungkin “serasa mau nangis”; ternyata sebagian besar domba itu masih kecil-kecil. Perkiraan usia, antara 3-7 bulan. Mayoritas belum cukup umur. Allahu Akbar.

SAAT aku tanyakan ke panitia, kenapa domba masih bayi-bayi begini? Panitia tak memberi penjelasan kongkret. Muka mereka tampak tegang juga. Seolah mereka ingin berkata: “Sudahlah, jangan banyak protes. Masih untung juga kita dapat domba. Yang penting, besok kita makan sate atau bikin sop daging. Pokoknya asli domba, bukan kucing.” He he he. Kalau ingat kejadian itu serasa mau ketawa. Sudah berjam-jam menunggu, hasilnya dapat “bayi domba”.

Oke kita teruskan… Alhamdulillah kelompok kami dapat 4 atau 5 domba. Ada yang tanggung, ada yang kecil imut-imut. Semua itu dibawa masuk ke angkot. Lalu kami bawa pulang untuk disembelih esok harinya.

Saat pulang, bapak-bapak duduk di belakang bersama domba-domba. Saya duduk di depan di samping sopir. SEPANJANG jalan mereka bercanda-canda, karena dapat “bayi domba”. Saya pura-pura tidak dengar; padahal NGEMPET (menahan diri) supaya tidak ikut ketawa. Kata orang ‪#‎JAIM‬ gitu lho.

Tapi ada sebuah candaan mereka yang hampir saja membuat tawa saya pecah. Kalau pecah, duuh malunya. Saya kuat-kuat menggigit gigi dan mengeraskan rahang, supaya benteng ‪#‎KEJAIMAN‬ tidak jebol.

Kata mereka begini, sambil becanda: “Ini sih kalau dimasak bukan jadi kambing guling, tapi ANJING GULING.” Hua ha ha ha…tawa mereka meledak. Saya ngempet sekuat tenaga, supaya gak ikut ketawa. Alhamdulillah berhasil, meski rahang berasa ngilu.

Mungkin karena lelah, mereka diam juga. Tapi celetukan-celetukan “maut” terus bermunculan. Ya Ilahi, perjalanan penuh ujian lahir bathin.

Akhirnya, mobil sampai depan komplek. Saya turun, mereka meneruskan jalan pulang. Setelah sampai komplek, saya baru bisa ketawa. Meski tidak terbahak-bahak.

JUJUR saya tidak bisa menyalahkan orang-orang itu. Banyak celah kritik di balik kejadian ini. Menunggu kelamaan dan usia hewan qurban belum cukup. Itu jadi fitnah tersendiri di depan awam.

Saya tidak paham, mengapa terjadi kejadian begitu. Tapi amal qurban tanpa persiapan, bisa menghilangkan amal itu sendiri karena syarat-syarat tidak memenuhi. SEMOGA KEJADIAN INI JADI PELAJARAN.

Siapkan segalanya dengan baik, agar amal-amalmu sempurna. Amin ya Allah.

(Sam Hikmat).


Romantika Kehidupan Keluarga. (Khusus Dewasa)

Juni 4, 2015

AKU SELALU MERINDUKANMU…

>> Kanda, ke mana hendak pergi? Berapa lama?
>> Aku kan selalu merinduimu…
>> Pergilah, silakan, aku merelakan…
>> Berat terasa. Tapi ku harus siap. Engkau pergi dalam kebaikan.
>> Aku kan menanti…

Sakinah Mawaddah wa Rahmah

Sakinah Mawaddah wa Rahmah

>> Yakinlah, aku siap, aku kuat…
>> Aku kan selalu mendoakan…
>> Orang yang mencinta, merasa bersama yang dicintai.
>> Cinta adalah pengorbanan. Di mana ada pertemuan, di sana ada perpisahan.
>> Silakan kamu pergi… Rencanakan saat kau kembali. Aku ada di sini. Selalu…
++ Hmm…jangan terlalu serius.
>> Tidak. Aku siap. Silakan kamu pergi. Aku kan selalu menunggu.
++ Cuma pergi ke warung. Beli mie instan.
>> Jangankan ke warung. Kamu keluar halaman, hatiku hampa. Seperti kehilangan.
++ Waduh…

TARA. Tammat dech…

(Mine).


Sarung Ijo Terang

Juni 4, 2015

Sore itu aku jalan kaki menyusuri gang perumahan. Saat di tengah jalan, melihat melihat bocah usia SD keluar rumah, menjelang Maghrib.

Dia memakai kaos dan celana pendek, lalu melilitkan sarung di pinggangnya.

"Terkenang Masa Lalu"

“Terkenang Masa Lalu”

HEBATNYA… Warna sarung dia hijau menyala. Begitu terang. Seperti rompi pak polisi.

Kenapa ini aku bilang hebat?

Dulu, saat masih kecil, saat belajar ngaji Al Qur’an di mushola kampung sebelah… Aku juga memakai sarung warna hijau terang. Tidak mirip benar coraknya, tapi dominan warnanya sama.

Warna sarungku ketika itu begitu kontroversial sehingga jadi sumber keributan di mata teman-teman.

Ketika melihat kelebatan bocah itu berlari ke masjid, dengan sarung “ijo terang”, aku tiba-tiba terkenang peristiwa di masa lalu.

Ya Allah ya Rahiim… Aku telah diingatkan masa lalu. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

(Abah Syakir).


Inilah Era Merunduq…

Mei 23, 2015

+ Sudahlah Bang. Jangan merunduk terus. Tak baik itu.
~ Ya tanggung. Dikit lagi.
+ Saking merunduk, sampai tidak ingat ada kawan.
~ Maaf, maaf. Tadi keasyikan.
+ Orang zaman sekarang aneh. Merunduk di mana-mana.
~ He he he. Asyik sih.

"Maen Gadget Tak Mengenal Tempat"

“Maen Gadget Tak Mengenal Tempat”

+ Sadarlah Bang. Dunia tak selebar kotak gadget.
~ Iya betul. Setuju.
+ Abang setuju, tapi update status terus.
~ Status?
+ Ia maen medsos. Atau maen fesbuq.
~ Apa medsos? Apa fesbuk?
+ Lagi maen gadget kan?
~ Apa gadget? Ra ngerti aku.
+ Aah sudahlah. Gak ada guna ngomong sama orang keras kepala.
~ Hhmm… TARA !! Beres sudah. Alhamdulillah. Gak merunduk lagi sekarang. Leher terasa pegel.
+ Sudah diposting statusnya Bang?
~ Status apa sih? Ra ngerti aku.
+ Lha dari tadi Abang ngapain merunduk terus?
~ JAHIT BAJU. Ni baju robek-robek. Saya perbaiki.
+ Hah, jahit baju?
~ Iya. Ini bajunya. Lihat sudah dijahit.
+ Astaghfirullah. Kirain…
~ Tenang saja. Santai. Kalem…
+ Itu teman Abang yang merunduk di sana ngapain? Dari tadi tangannya keliatan ketak ketik?
~ Dia lagi ngitung dagangan. Pake kalkulator segedhe Ipad.
+ Terus yang di sana, di pojokan? Dia juga merunduk terus?
~ Dia lagi “metani” (cari) kutu kucing. Hobinya gitu, kalau lagi rehat belajar.
+ Lha itu Bapak-bapak, dari tadi aku lihat dia merunduk terus? Ngapain dia?
~ Dia sakit leher. Salah posisi tidur.
+ Astaghfirullah… Aku salah sangka. Ternyata di sini merunduk sebenarnya. Astaghfirullah…
~ Tenang saja, santai. Cool, calm, confident…

TAMAT.

(WeAre).


Cinta di Hati Seorang Pemuda

Mei 10, 2015

+ Kak, ada apa denganmu? Kamu marah, kesal?
= Tidak, tidak ada yang marah. 
+ Trus kenapa segalanya jadi berubah? Mana ramahmu? Mana senyummu? Mana humormu?  
= Ya, sudahlah. Aku tak mau berdebat.
+ Tidak, tidak. Harus kita selesaikan. Tidak boleh ada yang lari. Ada apa sebenarnya? Katakan saja! Aku siap mendengar!
= Jangan Dek. Ini perih. Lebih baik kita berhenti sampai di sini.
+ Tidak bisa. Aku harus tahu. Kakak harus cerita! Apapun, aku siap!
= Jangan Dek. Sulit bagimu. Jangan memaksa.
+ Tidak. Aku tidak memaksamu. Bahkan aku mengancam. Kalau Kakak tidak cerita, kita putus selamanya. Tidak ada apapun, meski cuma teman.
= Jangan menjebakku Dek! Ini sangat sulit.
+ Aku tidak menjebak, tapi MENGANCAM. Katakan apa yang terjadi???

(Sang Kakak menghela nafas dalam. Dia bingung harus berkata apa. Skuat hati dia coba tegar).

= Dek, masalah ini rumit. Tidak seperti sangkaanmu.
+ Silakan saja Kakak cerita. Aku siap mendengar.
= Semua ini muncul bukan karenamu Dek. Tapi panggilan ke hatiku sendiri.
 = Umpamanya, seorang anak merindukan memiliki seekor kuda poni. Sepanjang hari dia terus memimpikan, dalam sadar & tidurnya. Dia terus bermimpi sampai suatu ketika harapan menjadi nyata. 
= Saat dia bercanda, bergelut, bermesra dengan si poni; hati sang anak dikuasai cinta kepadanya. Yang dia rasakan hanya poni, poni, dan poni lagi.
+ Trus apa yg terjadi?
= Tanpa disadari hati anak itu habis untuk poni-nya. Cintanya membuta. Sampai suatu ketika dia ditegur oleh Sang Bunda.
+ Apa kata ibunya?
= Ya Sang Ibu hanya berkata pendek, tapi mampu memecah-belah hati anak itu. “Wahai Buyung, sejak kamu mencinta poni-mu. Kamu telah melupakan cinta Bundamu.” Hanya itu katanya. Kata-kata kecil yg mengubah sgala.
 = Anak itu hanya diam terpaku. Tidak berkata apa jua. Sikapnya mendadak berubah. Dia menyadari kekeliruannya. Perlahan dia melupakan poninya.
+ Baik, baik, aku tahu maksud Kakak. Andaikan di matamu aku ini adalah kuda poni. Lalu siapa ibumu?
= Bukan siapa-siapa Dek.
+ Ayo katakan, jangan ragu.
= Hmm… Dia adalah Sang Pemilik cinta. Rabb yang mencipta cinta di hati-hati manusia. 
+ Ooh…
= Aku merasa dipanggil untuk memperbaiki hatiku, meluruskan maksudku.
+ Masih adakah harapan buatku di sini? 
= Kita sama-sama berharap yang terbaik kepada ALLAH SWT. 

+ Aaah, Kakak orangnya mah begitu. 

= Sudah kukatakan Dek. Ini perih. Maafkan… 

+ Hu hu hu…uh (terdengar isak tangis mengharukan).

==> “Mencoba mengerti sebuah sudut pandang tentang cinta sebagian pemuda.”

(Admin). 

Sumber: Akun facebook. 


Islam Rasa Nusantara

April 15, 2015

JIN: Bray, apa sih Islam Nusantara?

JUN: Itu, mau menutupi rasa rendah diri. 

JIN: Katanya, ini Islam corak orisinil negeri kita?

JUN: Ya, menurut si pembuat istilah.

JIN: Katanya, ini Islam gak pake radikal, Bray?

JUN: Ya radikal juga, terutama dalam MENGKLAIM sebagai kelompok “paling orisinil”.

JIN: Gimana sih Bray corak Islam Nusantara?

JUN: Intinya gini, blangkon tak usah diganti kopiah. Sarung tak usah diganti gamis. Saya-Anda tak usah diganti Ana-Ente. Saudara-saudari, tak usah diganti ikhwan-akhwat.

JIN: Berarti pejabat Muslim harus pake blangkon ya. Wanita Muslim mesti pake sewek/jarik. Mobil diganti kuda. Musik diganti gending. Hape diganti kentongan. Gudang-gudang dibongkar jadi lumbung. Apa begitu? 

JUN: Malah istilah ISLAM harus diganti NRIMO atau PASRAH. Jadi NRIMO NUSANTARA.

JIN: Lha, Wali Songo kan pakai sorban, pelihara jenggot, pake gamis, Bray?

JUN: Mungkin, teladan mereka para dalang wayang ‘kali. 

JIN: Jujur Bray, sebagai awam ana bingung. Ada aja hal kayak begini? Bikin pusing. 

JUN: Biarin aja. Diemin. Nanti mereka akan diem juga. Ini cuma soal marketing saja. Biasa rame-rame sbentar. Nanti juga ngilang.

‪#‎satudunia_satuislam_sajah‬