Tulisanmu Seperti Air…

Maret 31, 2018

Mengalir Sampai Tujuan…

Air mengalir dari ketinggian, ke tempat bawah.

Tidak bisa dihalangi, oleh apapun.

Air kan terus mengalir dan mencari jalannya…

Sampai ketemu ujung perjalanan.

Itulah ujung…tujuanmu.

Jangan TAKUT menulis demi maslahat Ummat.

Tulisan seperti air mengalir…

 

(Wisdom).


DULU PERNAH MENDAPATI…

April 5, 2017

Ada seorang penceramah, agak senior. Dia layaknya seorang ahli Matematika. Bapak itu mengajarkan kebenaran IMAN benar-benar memakai ilmu logika.

Misalnya logika seperti ini: “Kalau A terjadi karena B, lalu A dan B disatukan hasilnya C, kemudian B dikurangi A jadi D, lalu D dicampur C jadi A.”

Nah, saat melihat kenyataan begitu, saya ANGKAT TANGAN. Tidak mau menempuh jalan itu. Mengapa? Pastinya, Nabi Saw dulu saat mengajarkan agama bukan begitu caranya.

*) Lagi pula, kalau konsep LOGIKA begitu diterima, maka nanti ia akan menjadi “manhaj” untuk memandang segalanya. Pastinya, setelah itu, Anda akan lelah…

Kalau gak percaya, coba saja…

(WeAre).


Sebuah Kisah Unik

Maret 11, 2016

Di zaman Shahabat Ra, ada orang bertanya kepada Ali bin Abi Thalib Ra tentang manusia berkelamin ganda (Al Khuntsa).

Secara fisik, dia punya kemaluan laki-laki dan wanita sekaligus. (Realita begini ada dalam kehidupan insan).

Ali Ra ditanya: “Bagaimana memperlakukan orang itu? Dianggap laki-laki atau wanita?”

Ini penting ditanyakan, karena banyak aturan Syariat Islam berdiri di atas konteks PERBEDAAN GENDER. Apakah soal jilbab, aurat, shalat, nikah, pergaulan, warits, dll.

Ali Ra menjawab dengan jawaban yang singkat dan tuntas. Kata beliau: “Lihatlah dari lubang mana dia buang air kecil (pipis)!” Di sana gendernya ditentukan.

Jawaban yang mencerminkan kedalaman ilmu, bashirah, dan keadilan.

HAL ini berbeda dengan TRANSGENDER (ganti kelamin, dari cowok dikebiri jadi cewek). Beda juga dengan BANCI/BENCONG. Mereka sejatinya orang laki-laki, tapi berlagak seperti wanita.

Bukankah dalam riwayat-riwayat, Nabi Saw melarang laki-laki berpakaian wanita (begitu juga sebaliknya), melarang laki-laki bertingkah seperti wanita (begitu juga sebaliknya). Orang-orang yang berperilaku menyimpang itu, malah disuruh dijauhkan dari masyarakat umum. (Bukan seperti OLGA, malah jadi social model).

Kalau benar-benar khuntsa, diperlakukan seperti PENDAPAT ALI RA di atas; yaitu diberi kejelasan gender. (Kalau dalam konteks modern bisa “operasi plastik”).

Tapi kalau BANCI, menurut Syariat harus dijauhkan. Karena itu PENYIMPANGAN PERILAKU.
Awalnya normal tapi perilaku jadi aneh.

Demikian sedikit kisah, semoga bermanfaat. Amin.

(Minds).


Manfaat Telur Kodok…

Maret 11, 2016

Dulu masa kecil sering main ke sawah. Di sana sering ketemu kumpulan telur kodok.
Jumlah ratusan butir. Bulat-bulat sebesar kacang ijo. Warna kuning keputihan. Licin berlendir.

Telur Kodok

Telur Kodok

TERNYATA telur ini ada manfaatnya lho. Mau tahu? (Atau mau tempe?)
Manfaatnya, alhamdulillah, untuk mempercepat PENYEMBUHAN INFEKSI.
Misalnya, ada luka bisulan, bernanah, atau jerawat besar. Terasa nyeri. Tidak tahu kapan akan “meletus”.

Cara pengobatan, ambil sdikit telur kodok, dihancurkan, lalu dioleskan di skitar tempat luka. Insya Allah, tak lama luka itu akan “matang” lalu keluar nanahnya.
Katanya, lendir telur ini mengeratkan kulit, sehingga mendesak nanah di dalam jadi keluar.

Di Jakarta, telur kodok kadang dijual dalam bentuk kering. Kalau mau dipakai, direndam dulu.

Subhanallah ya. Apa yang dianggap sepele ternyata ada manfaatnya. Alhamdulillah.

(Sam Hikmat).


Pengalaman Kecil…

Maret 11, 2016

Dalam pengalamanku sebagai jurnalis media independen, selama bertahun-tahun. Sering memakai kertas apa saja untuk mencatat kutipan-kutipan dari koran atau majalah.

Misalnya…

= Struk dari ATM.
= Faktur pembelian buku.
= Leaflet punya orang.

= Kwitansi pembelian.
= Kartu nama, bagian yang kosong.
= Telapak tangan.
= Dan lain-lain.

Intinya, fokus pada CONTENT. Soal sarana atau penampilan, bukan esensial. Gitu dech…

(Sam Hikmat).


Dulu Sangat Penasaran…

Oktober 11, 2015
Enak Gak Rasanya?

Enak Gak Rasanya?

Dengan sarang lebah ini. Warna coklat keemasan. Di dalamnya mengandung cairan kental manis: MADU. Setelah bertahun-tahun, alhamdulillah bisa memakan sepotong sarang lebah, padat berisi madu. Mau tahu? Tentu rasa madunya manis. Pasti. Tapi sarangnya berasa HAMBAR, benar-benar seperti rasa MALAM yang lengket. Nah, itulah jawaban atas “rasa penasaran” sekian lama. Gak percaya? Boleh coba… ‪#‎kitakanjujur‬

Sam.


SEJENAK MENGHIBUR DIRI

September 30, 2015

Bismillah. Jujur ini mau curhat. Mau introspeksi & review kembali.
===
Sampai saat ini hati selalu gelisah. Kehidupan Ummat kita semakin terpuruk di segala sisinya. Ekonomi, agama, moral, sosial, sampai budaya. Jangan tanya lagi soal politik.
===
Kalau kualitas hidup buruk, nasib agama juga akan buruk. Ingat pesan Nabi Saw: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, dari Mukmin yang lemah.” Pasti sabda ini ada dong relevansinya dengan agama kita.
===
FAKTA: para Shahabat Nabi Saw, masing-masing sudah punya KEAHLIAN sebelum masuk Islam. Ada yang ahli perang, penyair, pedagang, juru tulis, diplomat, petani, produsen barang, dll. Ketika jadi Muslim, mereka langsung berkiprah sesuai keahlian masing-masing.
===
DEBAT dan sebagainya bukan sesuatu yang asing. Sejak SMA saya sudah aktif diskusi. Tapi kegelisahan besar, tentang kualitas Ummat terus menghantui. Ini apa? Mau ke mana? Kok begini? Bagaimana ke depan? Sangat menggelisahkan.
===
Bertahun-tahun saya buat blog. Misinya pencerahan. Ngajak berpikir lebih cerdas. Sampai pernah ada komentator yang meledek: “Kalau mau bikin perubahan, sana cari uang yang banyak!” Dia paham bahwa perubahan butuh biaya, tapi cuma meledek saja. Membantu tidak. Pahit tentu.
===
Banyak orang tidak mengerti: “Antum maunya apa dan ke mana?” Andai pun dijelaskan & mereka mengerti; belum tentu akan sepakat.
===
KONSEP saya sederhana. Mari kita jaga EKSISTENSI agama ini. Caranya: mari kita loyal pada Islam dan memperbaiki kekuatan diri kita. Tiga aspek kekuatan: wawasan ilmu, spiritual, dan ekonomi.
===
Kita menjaga agama ini dengan MEMBERDAYAKAN PRIBADI MUSLIM. Seperti umpama, negara-negara membentuk “garda nasional” untuk menjaga negaranya.
===
TAPI konsep ini terbentur beberapa masalah krusial yaitu: a. Realita Ummat kita yang sudah terkotak-kotak sangat kuat; b. Kecurigaan yang tiada habisnya; c. Ketidakpahaman akan konsep ini; d. Kelemahan daya dukung. JUJUR sekian lama hanya mampu sabar & sabar.
===
MAKNA konsep ini: Mari kita ngaji. Tapi jangan agama melulu. Mari “ngaji organisasi”, “ngaji fisik”, “ngaji media”, “ngaji mental”, “ngaji bisnis”, dan lain-lain. Polanya ngaji, tapi materi bervariasi. Unsur kekuatan dunia juga harus dibangun.
===
Keragaman bendera, jamaah, partai, organisasi; tidak menjadi masalah. Kita bisa kerjasama dan bantu-membantu. Bagi saya, memberdayakan orang NU, Muhammadiyah, PKS, FUI, Salafi, Mujahidin, atau siapa saja di antara Ummat Ahlus Sunnah; tidak masalah. Membantu mereka menguatkan SDM-nya, no problem. Karena diharapkan, nanti mereka akan MEMPERKUAT AGAMA ini lewat komunitas masing-masing.
===
Kalau kami menafikan kelompok-kelompok itu, siapa kami ini? Apa daya kami? Tapi kalau kita gontok-gontokan terus, kan gak baik. Buat apa? Gak ada manfaatnya. Maka itu KERJASAMA jadi jalan terbaik.
===
Kami ingin berbagi inspirasi-inspirasi pemberdayaan Muslim. Kami perkuat kader-kader muda Muslim; untuk nantinya dia berkiprah bagi Islam lewat lembaga (komunitas) masing-masing. Pesan kami: “Perkuat dirimu, lalu bantu agamamu!”
===
Ha ha ha…sudah kejauhan ya curhatnya. Tapi ini kami sudah terus terang bingits lho… Unik ya, ada “manhaj pemberdayaan”. Manhaj apaan Bro? Ha ha ha. Tapi jangan heran. Sebenarnya kaum Muslim selama ini juga aktif lewat proses PENDIDIKAN. Itu pemberdayaan juga kan.
===
Apa bedanya konsep pemberdayaan lewat jalur pendidikan dengan konsep kami? MUDAH saja. Ini independen. Tidak terikat Diknas, Depag, atau lembaga tertentu. Ini fokusnya MENDIDIK KADER PEDULI UMMAT. Cirinya: loyal ke Islam dan berdaya! Oh ya, kami suka terus terang. He he he.
===
BAIK deh… Segitu dulu. Nanti disambung lagi ea. Insya Allah. Ya Allah berikan kami taufiq untuk melaksanakan amanat agama-Mu. Amin ya Rauf ya Rahiim. Alhamdulillah…

(RainNight).


Sedekah Kucing…

Agustus 30, 2015
Sedekah Mengasihi Makhluk Allah...

Sedekah Mengasihi Makhluk Allah…

Dulu sy mengira “kucing makan ikan asin”. Ternyata itu salah. Hakikinya, kucing makan daging, ikan, atau tulang. Kalau makan ikan asin, bulunya mudah rontok.
==
Unik juga, ternyata kucing mau makan nasi. Asal nasinya dicampur ikan. Misal ikan tongkol. Dengan begini kucing jadi gemuk-gemuk. Pernah terjadi, saat ikan lagi habis, di mangkok ada nasi, ee ternyata dimakan juga sama dia. Sudah “sugesti” kali ya…
==
Kalau punya kucing, kita setiap hari harus menyediakan makan. Misal beli ikan tongkol, atau makanan khusus kucing. Tentu harus ada duitnya. Bahkan nyengaja belanja.
==
Belum lagi kalau kucing eek di rumah atau pipis. Kita juga yang harus membereskan.
==
Kadang si kucing kotor banget. Kita harus bersihkan. Cuci badannya. Nantinya harus dikeringkan dg handuk/lap.
==
Capek juga ya…
Kita dapat tugas tambahan…
Tidak komersil lagi…
Belum lagi baunya…
==
TAPI ada kiatnya untuk mengatasi semua itu. Caranya: NIATKAN SEDEKAH UNTUK MAKHLUK ALLAH SWT. Kalau berasa berat sedekah ke manusia; moga tidak berat sedekah ke kucing atau binatang piaraan lain.
==
Kata Nabi Saw: “Kullu ma’rufin shadaqah” (stiap kebaikan dinilai sedekah). Berbuat baik kepada siapa pun, akan mendatangkan pahala di sisi Allah.

(SupervisorEmpus).


Nasehat untuk Penuntut Ilmu…

Agustus 30, 2015

Bismillah. Ada suatu ungkapan dalam riwayat. Kira-kira maknanya: “Al Qur’an hujjatun lakum au ‘alaikum” (Al Qur’an bisa menjadi hujjah bagimu, atau menjadi hujjah untuk mengalahkanmu). Maksudnya, kita bisa berdalil dengan ayat-ayat Al Qur’an untuk membela pendapat kita. TAPI bisa juga kelak Al Qur’an akan menjadi lawan kita, karena kita tahu isinya, tapi TIDAK DIAMALKAN.

Banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita beramal. “Kullu ya’malu ‘ala syakilatih” (setiap orang hendaknya beramal sesuai keadaan masing-masing). Al Isra: 84. Yang semisal ini banyak.

Ilmu Tak Sebatas Info. Tapi Panduan Amal

Ilmu Tak Sebatas Info. Tapi Panduan Amal

Dalam Surat Al Jumu’ah, Allah SWT mencela kaum Bani Israil yang menyia-nyiakan ilmu dengan celaan keras. Mereka disebut sebagai “ka matsalil himari yahmilu asfara” (seperti keledai yang membawa kitab-kitab).

Rasulullah Saw sendiri memaknakan kata “al maghdhub ‘alaihim” dalam Surat Al Fatihah sebagai kaum Yahudi. Mereka cirinya, banyak ilmu tapi tidak diamalkan.

Juga ada peringatan tentang “kabura maqtan ‘indallah” (amat besar murka di sisi Allah); yaitu orang-orang yang mendakwahkan ini itu, tapi perbuatannya menyelisihi dakwahnya.

Ibnu Mas’ud Ra pernah menyebut salah satu keutamaan GENERASI SHAHABAT, yaitu mereka “paling ringan bebannya”. Maksudnya, mereka kelak di akhirat ringan hisabnya, karena beban keduniaan mereka lebih ringan.

Begitu juga BEBAN ILMU mereka ringan. Hanya sejumlah kecil Shahabat diberi karunia ilmu melimpah. Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Aisyah, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin ‘Amru, dan lain-lain Radhiyallahu ‘Anhum. Itu di antara puluhan ribu Shahabat Nabi Ra. Umumnya Shahabat lebih menonjol pada perlombaan amal-amal saleh. Coba perhatikan kisah-kisah pribadi Shahabat, rata-rata berkisah tentang amal-amal kebajikan mereka.

Ada sebuah kisah tentang majelis taklim yang dibuka Ibnu Mas’ud Ra setiap hari Kamis. Suatu ketika murid-muridnya minta supaya hari belajar ditambah lebih banyak. Beliau menjawab kira-kira: “Wallahi, tidak ada masalah bagiku untuk memenuhi permintaan kalian. Tapi aku khawatir kalian akan bosan.” Hal ini menunjukkan makna kesederhanaan proses ilmu di kalangan Shahabat Ra.

MAKSUDNYA, ilmu yang kita kaji, pelajari, dalami; ia menuntut pengamalan. Tidak sekedar dimiliki, dipahami, lalu jadi sarana perdebatan. Apalagi jadi alat menzhalimi sesama Muslim.

BELAJARLAH pada sosok Shahabat Ra, meski ilmu terbatas, tapi tanggung-jawab amal mereka sangat besar. Itulah SALAF teladan kita yang terbaik.

Dan jangan sampai kita masuk “pusaran fitnah”. Ilmu yang kita peroleh tidak membuat kita berakhlak lebih baik. Itulah tanda “ilmu fitnah”. Karena kata Nabi Saw, tidak ada sesuatu yang paling mendekatkan seseorang ke surga, selain HUSNUL KHULUQ (budi pekerti yang baik).

Majelis di mana saja yang tidak membawa perubahan baik dalam akhlak; antum hindari. Tidak ada yang bisa diharapkan di sana.

Wallahu a’lam bis shawaab.

(Light).


Ini Lho “Jimat” Jendral Soedirman…

Juli 15, 2015

Jenderal Sudirman belum pernah ditangkap penjajah Belanda dan PKI, karena pakai “Jimat”:

Perhatikan Wajah Santri Sang Jendral !!!

Perhatikan Wajah Santri Sang Jendral !!!

Pemerhati Komunisme, KH Muh Jazir mengungkapkan bahwa diantara para pejuang dan pahlawan nasional yang belum pernah ditangkap oleh penjajah Belanda, Inggris dan juga PKI atau kelompok Komunis pada zaman revolusioner adalah Panglima Besar Jenderal Sudirman.


Bahkan beberapa kali para petinggi penjajah Belanda, Inggris dan juga PKI mengeluarkan keputusan dan mengerahkan pasukan untuk menangkap Jenderal Sudirman hingga terkepung, mereka tidak juga bisa menangkap Jenderal Sudirman.


Hal ini dikatakan KH. Jazir saat menjadi pemateri dalam tabligh akbar “Mencerdaskan Umat dari Bahaya Komunis” di Masjid Jami’ Wedi Klaten pada Ahad (31/5/2015) malam.


Dengan fenomena tersebut, orang-orang yang memanggul Jenderal Sudirman, seperti Suparjo Rustam, Tjokro Pranolo sampai kaget dan terheran-heran. Sebab, pada saat itu Jenderal Sudirman sedang dalam kondisi sakit.


“Bahkan pada waktu Jenderal Sudirman dikepung oleh tentara Inggris di sekitar Jambu (Temanggung –red) dan Ambarawa (Magelang –red), disitu kan ada sebuah pegunungan dan Jenderal Sudirman beserta pasukannya ada ditengah-tengah, tapi nyatanya Jenderal Sudirman bisa lolos dari pengepungan,” ungkap KH. Jazir.


Aktivis senior di Kota Yogyakarta (Jogja) ini menambahkan, hingga pada suatu saat, para pejuang yang setia mendampingi Jenderal Sudirman dan yang memanggung pria yang disebut oleh pasukannya dengan nama “Mas Kyai” itu bertanya, “jimat” apa yang dipakai oleh Jenderal Sudirman.


“Bahkan sampai herannya, Suparjo Roestam dan yang lainnya yang memanggul Jenderal Sudirman ini bertanya. Sebenarnya jimat apa yang dipakai Mas Kyai ini sehingga selalu lolos dan tidak bisa ditangkap oleh Belanda dan PKI.


Lalu dengan senyum kecil, Jenderal Sudirman menjawab, iya, saya memang pakai jimat,” ujarnya.
“Dan jimat saya adalah, saya berperang selalu dalam keadaan wudhu”.


Jadi yang pertama Jenderal Sudirman itu selalu bersuci sebelum memulai peperangan. Makanya, kalau kita menyusuri jejak perjuangan dan pemberhentian pasukan Jenderal Sudirman, disitu kita akan mendapati adanya sebuah padasan (semacam gentong atau tempat air yang terbuat dari tanah liat –red), dan padasan itu fungsinya adalah untuk berwudhu Jenderal Sudirman,” jelas KH. Jazir.


“Kemudian yang kedua, jimat Jenderal Sudirman adalah sholat di awal waktu.
Jadi dalam kondisi apapun, meskipun sedang pecah perang, Jenderal Sudirman tidak pernah meninggalkan sholat wajib diawal waktu,” imbuhnya.


Dan yang ketiga, Jenderal Sudirman berkata bahwa “aku mencintai rakyatku sepenuh hati”.
Bahkan jika Jenderal Sudirman membawa perbekalan makanan disaat perang, lalu singgah disuatu tempat, maka para pasukannya itu disuruh memberikan makanan itu kepada warga terlebih dahulu,” ucapnya.


JIMAT: Selalu dalam keadaan berwudhu; shalat di awal waktu; dan mencintai rakyat tanpa pamrih sepenuh hati.

(MasJuang).

Sumber: Co-pas status facebook.