PERTANYAAN:
“Kalau benar bencana alam itu terjadi karena dosa-dosa manusia, mengapa di negeri Muslim seperti Indonesia ini sering terjadi bencana alam? Mengapa negeri-negeri kafir justru jarang tertimpa bencana alam? Mohon dijelaskan!”
JAWABAN:
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du.
[1] Bencana alam terjadi di berbagai negara, baik yang Muslim atau negara non Muslim. Contoh, di Jepang kerap terjadi gempa bumi, di China kerap terjadi banjir; di India, Srilangka, Filipina juga terjadi banjir. Di Yunani, Fuji, dan Iran juga terjadi gempa bumi. Di Amerika ada badai Catherina, badai Rita, badai Tornado, banjir, dan juga hawa panas menyengat. Belum lagi bencana seperti gunung meletus, tanah longsor, salju longsor, kebakaran hutan, dll. Jadi bencana alam tidak melulu di negeri-negeri Islam, di negeri non Muslim juga sering.
[2] Landasan pokok untuk memahami perkara ini adalah: “Wa lau anna ahlal qura amanu wat taqau la fatahna ‘alaihim barakaa-tin minas sama’i wal ardhi, wa lakin kad-dzabu fa’akhad-nahum bima kanu yaksibun” (dan seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa kepada Allah, niscaya Kami bukakan atas mereka barakah-barakah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (agama Allah), maka Kami siksa mereka karena amal perbuatannya. Al A’raaf: 96). Intinya, kebaikan akan dibalas kebaikan, dosa-dosa akan dibalas siksa.
[3] Balasan bagi dosa manusia tidak selalu berupa bencana alam. Bisa pula berupa hal lain seperti konflik berdarah, peperangan besar, penindasan, kejahatan, penjajahan, kemiskinan, kelaparan, kehancuran moral, hilangnya kebahagiaan, dll. Bencana alam hanya satu di antara instrumen balasan atas dosa-dosa manusia.
[4] Pada awalnya alam itu baik, stabil, harmoni. Tidak ada alam yang kejam, bengis, atau senang menyengsarakan manusia. Hanya ketika dosa-dosa manusia sudah tak tertahan, alam bereaksi. Itu pun hanyalah reaksi kecil dibanding kekuatan alam sendiri. Andaikan alam mengerahkan kekuatannya untuk menyerang manusia tanpa henti, tidak akan ada yang eksis di muka bumi ini.
[5] Perbuatan-perbuatan manusia yang bisa mengundang datangnya bencana alam, misalnya: kekafiran, kemusyrikan, kemunafikan; kezhaliman hukum, penindasan terhadap orang-orang lemah, korupsi dan pengkhianatan amanah, perbuatan zina, selingkuh, praktik ribawi, sikap bakhil, rasialisme, dll. Meskipun negeri Muslim, kalau perbuatan-perbuatan jahat tersebut subur, dijamin akan panen bencana.
[6] Perbuatan-perbuatan manusia yang bisa menolak bencana alam, misalnya: keimanan, ketakwaan, dan keshalihan; sikap adil dalam hukum; melindungi kaum lemah dan dhuafa’; birokrasi yang bebas korupsi; amanah-janji yang dilaksanakan; sikap dermawan kepada orang lemah (ingat, sedekah menolak bencana), sikap baik kepada binatang dan alam lingkungan, dll. Di negeri kafir sekalipun, kalau disana ditegakkan hal-hal yang baik, maka hal itu bisa menjadi penolak bala.
[7] Kadang orang kafir tidak segera dihukum atas dosa-dosanya. Dosa mereka dibiarkan dikumpulkan dulu sampai banyak. Kalau sudah sempurna, mereka baru dibinasakan sampai ke akar-akarnya (Al An’aam: 44-45). Inilah yang dikenal sebagai istidraj (diangkat berangsur-angsur, sebelum dihancurkan).
[8] Sungguh aneh kalau melihat keadaan negeri-negeri Muslim, misalnya Indonesia. Katanya ini negeri Muslim, tetapi kekafiran, kemusyrikan, dan kesesatan merajalela dimana-mana. Praktik ribawi dihalalkan, perzinahan dihalalkan, pelacuran diperbolehkan, perjudian diperbolehkan. Korupsi marak dimana-mana, sejak level RT sampai level Kepresidenan. Kezhaliman, penindasan, kesewenang-wenangan kepada fakir-miskin, terjadi dimana-mana. Mafia hukum, jual-beli hukum, kecurangan hukum terjadi tanpa malu-malu. Kerusakan moral, kerusakan adab, budi pekerti mati; yang ada hanyalah egoisme, sikap kasar, dan miskin rasa malu. Kadang kita bertanya-tanya, “Ini negeri Muslim atau negeri kafir? Kok perilaku rakyat negeri ini lebih keji dan biadab daripada orang-orang di negeri kafir?”
[9] Kalau bagi warga Muslim, bencana alam bisa menjadi penggugur dosa-dosa. Tetapi bagi negeri kafir, bencana merupakan siksa dan kehinaan. Sebelum nanti mendapat siksa Akhirat yang lebih perih lagi.
[10] Setiap perbuatan dosa manusia ada balasannya. Hanya saja, balasan itu tidak seketika diberikan, atau semacam mengikuti selera kita. Allah lebih tahu tentang bencana yang mesti diturunkan. Kekafiran dan kedurhakaan negeri-negeri kafir tidak akan dibiarkan. Semua dosa-dosa mereka diakumulasikan. Bila skor-nya sudah cukup, bila pintu-pintu tolak bala sudah tidak ada, maka bencana itu pun akan datang dengan tiba-tiba. Tanpa perlu permisi kepada manusia sedikit pun.
[11] Kadang Allah tidak segera menghukum suatu negeri kafir, karena di kemudian akan lahir anak-cucu mereka yang lebih baik, beriman, dan beramal shalih. Atau bisa juga bencana itu ditangguhkan, karena Allah ingin menyempurnakan nikmat atas negeri-negeri kafir. Bisa jadi, selama ratusan tahun mereka berjuang, bekerja keras, dan membangun. Jerih-payah itu akan diberi imbalan di dunia. Salah satu imbalannya, mereka dihindarkan dari bencana alam. Tetapi kalau imbalannya sudah habis, bencana pun akan mendatangi rumah-rumah mereka.
Allah Maha Adil, Dia menurunkan bencana dengan ukuran-ukuran yang sangat teliti. Karena dosa-dosa manusia maka terjadi bencana alam. Meskipun akibat perbuatan dosa tidak selalu dibalas dengan bencana alam. Allahu A’lam bisshawaab, walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
AMW.