Diskusi Seputar Kitab AL IBANAH Imam Al Asy’ari

Maret 17, 2015

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Karya Besar Imam Asy'ari

Karya Besar Imam Asy’ari

Saat menyusun buku “Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara” sengaja kami tidak membahas kitab Imam Al Asy’ari, Al Ibanah ‘An Ushulid Diyanah. Dalam pandangan kami waktu itu, kitab ini masih diperselisihkan. Oleh sebagian pendukung Imam Asy’ari, kitab itu dianggap dipalsukan atau terdistorsi. Maka untuk menghindari perselisihan, kami tinggalkan kitab tersebut.

Alhamdulillah, tuduhan distorsi itu menggerakkan sebagian penuntut ilmu untuk melakukan kajian ulang atas kitab Al Ibanah. Hasilnya, mereka buat kesimpulan penting. Kesimpulan itu didukung oleh sebuah disertasi doktoral setelah meneliti manuskrip-manuskrip asli kitab tersebut.

Berikut ini adalah beberapa link kajian ilmiah tentang kitab Al Ibanah tersebut. Sangat baik dan cukup lengkap. Silakan kaji dan baca dengan tekun dan sabar. Semoga Allah Ta’ala memberi kita ilmu, hidayah, dan sifat rahmat dalam kehidupan. Amin.

SIMAK link berikut:

[1]. http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/mereka-membenci-kitab-al-ibanah-karya.html

[2]. http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/mereka-membenci-kitab-al-ibanah-karya_11.html

[3]. http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/al-imam-abul-hasan-al-asyariy-asyaairah.html

Silakan pembaca simpulkan sendiri. Terimakasih.

(WaterFlow).


Tiga Perangkap Kaum Rasionalis

Desember 6, 2013

Tatkala kaum rasionalis memahami Allah dan sifat-sifat-Nya, mereka sering kebingungan sendiri. Sesuatu yang mudah menjadi rumit di tangan mereka. Tak jarang mereka mendebat ayat-ayat Al Qur’an yang sudah benar-benar jelas, terang-benderang.

Mengapa?

Akal mereka terperangkap oleh tiga hal ini:

(1). Terperangkap sifat-sifat makhluk yang mereka jadikan tolok ukur perbandingan, untuk mensifati Allah.

Manusia 1000 Jenius Pun Tak Akan Mampu Mengurai Deskripsi Perbuatan Allah Ta'ala.

Manusia 1000 Jenius Pun Tak Akan Mampu Mengurai Deskripsi Perbuatan Allah Ta’ala.

(2). Terperangkap oleh sifat-sifat alam, berkaitan dengan ukuran, perubahan, logika sebab-akibat dan sebagainya.

(3). Terperangkap oleh keterbatasan otak manusia.

Akhirnya mereka menganulir banyak ayat-ayat dalam Kitabullah maupun Sunnah, lantaran keterperangkapan itu. Allah Ta’ala tidak layak dipahami dengan kesempitan berpikir demikian. Subhanahu Wa Ta’ala ‘amma yashifuun.

(Abah).


Silsilah Artikel TAUHID dan SUNNAH

Maret 6, 2012

Islam Itu Indah…

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. Berikut ini adalah artikel-artikel penting seputar pembahasan Tauhid, Sifat Allah, Sunnah, Bid’ah, dan lainnya. Karena pentingnya artikel-artikel ini, ia sengaja disatukan dalam satu halaman. Semoga bermanfaat dan bermaslahat. Amin Allahumma amin.

[=] Sifat Allah dan Ujian Keimanan.

[=] Allah Ta’ala Ada di Langit.

[=] Apakah Pembagian Tauhid Merupakan Bid’ah?

[=] Prinsip Memahami Bid’ah.

[=] Dimana Allah Tinggal Sebelum Bersemayam di Atas Arasy?

[=] Antara Tauhid dan Iman Kristiani.

[=] Antara Saudi dan Lawrence Arabiya.

[=] Bid’ah dan Beberapa Perkara Baru.

Artikel-artikel di atas cukup penting untuk dipahami, sebab dalam berbagai forum-forum diskusi sering mengemuka tema-tema di atas, lalu menghasilkan perdebatan kusir tanpa ujung yang jelas.

Semoga semua ini menjadi saham berharga bagi kita semua, di bidang dakwah, penerangan, dan ilmu. Semoga Allah Ta’ala mengampuni, merahmati, dan menolong kita semua, orangtua kita, anak-isteri kita, para sahabat kita, guru-guru kita, serta kaum Mukminin-Mukminat, Muslimin-Muslimat, dimana juga mereka berada. Amin Allahumma amin.

(Admin blog).


Sifat Allah dan Ujian Keimanan

Februari 1, 2012

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Umumnya manusia tidak suka jika dirinya diuji; dalam bentuk apapun. Contoh paling mudah ialah ujian yang dihadapi para pelajar. Mayoritas pelajar kurang suka menghadapi ujian, bahkan banyak yang merasa tegang (nervous). Begitu pula, ujian-ujian dalam kehidupan umum, cenderung kurang disukai; apakah ia berupa kemiskinan, kegagalan, patah hati, sakit yang menimpa, gagal panen, PHK, kecelakaan, dll.

Tetapi, sudah menjadi sunnatullah, bahwa Allah Ta’ala akan menguji manusia dengan ujian-ujian. Dalam Al Qur’an disebutkan: “Kullu nafsin dza-iqatul maut, wa nablukum bis syar-ri wal-khairi fitnah, wa ilaina turja’un” (setiap yang hidup akan merasakan mati, dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan). [Al Anbiyaa’: 35].

Kehidupan Tak Lepas dari Gelombang Ujian

Ujian ini bukan untuk mempersulit manusia, mempersempit dada dan kehidupannya, atau membuatnya frustasi; tetapi justru untuk memperkuat dirinya, memperbaiki sifat-sifatnya, meninggikan rasa syukurnya atas nikmat Allah, serta mengangkat derajatnya dalam kehidupan. Tidak berlebihan jika dalam riwayat disebutkan, manusia yang paling berat diuji adalah para Nabi dan Rasul ‘Alaihimussalam, kemudian para ulama, para shalihin, dan seterusnya. Hal ini menandakan, bahwa semakin berat beban ujian semakin tinggi pula derajat manusia dalam pandangan Allah Ta’ala.

TELADAN NABI IBRAHIM

Lihatlah sosok Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Beliau diuji dengan perintah (melalui mimpi) untuk menyembelih putranya sendiri. Padahal beliau sangat mencintai putranya, bahkan beliau pernah merasakan tekanan jiwa yang sangat pelik ketika harus meninggal putranya dalam keadaan masih bayi bersama ibunya, di lembah lembah Bakkah (Makkah) yang disifati dengan perkataan “bi waadin ghairi dzi zar’in” (di sebuah lembah yang tidak ada tanam-tanaman padanya). [Lihat Surat Ibrahim: 37]. Namun ketika beliau berhasil melewati ujian paling pelik dalam sejarah manusia ini, beliau pun mendapat pujian sangat tinggi dari Allah Ta’ala.

Dalam Al Qur’an disebutkan: “Wa tarakna ‘alaihi fil akhirin, salamun ‘ala Ibrahim, ka dzalika naj-zil muhsinin, innahu min ‘ibadinal mu’miniin” [Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan manusia-manusia di kemudian hari, keselamatan bagi Ibrahim, demikianlah Kami memberi balasan orang-orang yang berbuat ihsan, dan sesungguhnya Ibrahim termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman]. Surat As Shaffat: 108-111. Nabi Ibrahim mendapat julukan Khalilullah (kekasih Allah) salah satunya ialah karena ketabahan-ketabahannya menghadapi ujian Allah.

Ujian meskipun tidak disukai manusia, tetapi ia memiliki maksud-maksud baik. Bahkan lewat ujian itu akan terbukti, apakah keimanan seseorang benar-benar mantap atau masih goyang? Keimanan Yusuf ‘Alaihissalam tidak goyang karena menghadapi aneka konspirasi, penjara, dan tipu-daya. Begitu juga, komitmen Sayyid Quthb rahimahullah terhadap hukum Allah tidak melemah karena penjara dan siksaan.

Atas hal-hal seperti inilah, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya: “Ahasiban naas ai-yutrakuu ai-yaqulu a-manna wa hum laa yuftanuun? Wa laqad fatan-nal ladzina min qablihim falaya’lamannallahu alladzina shadaqu wa laya’lamannal kadzibin” (apakah manusia itu akan Kami biarkan begitu saja mengatakan ‘kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji? Dan benar-benar Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui siapa di antara mereka yang benar –dalam keimanannya- dan agar Dia mengetahui siapa dari mereka yang berdusta). [Al Ankabuut: 2-3].

Sebagai seorang Muslim, kita tidak boleh phobia menghadapi ujian-ujian Allah; namun juga tidak boleh menyombongkan diri, dengan merasa kuat dan sabar, lalu menantang agar Allah mendatangkan ujian kepada kita. Diceritakan, pernah Imam Al Ghazali rahimahullah merasa telah sabar dan mampu menghadapi ujian, lalu beliau meminta diuji oleh Allah. Lalu dia mendapat ujian dengan tidak mampu buang air kecil. Dengan ujian itu, beliau menyerah dan merasa sangat hina (di hadapan Allah Ta’ala). Konon, begitu besarnya rasa penyesalan beliau sehingga meminta anak-anak kecil untuk memukuli wajahnya. Wallahu a’lam bisshawaab.

Baca entri selengkapnya »