SYAIKH YUSUF AL QARADHAWI

Desember 19, 2014
Menarget Ulama Sama dengan Membunuh Ummat

Menarget Ulama Sama dengan Membunuh Ummat

* Kami bukan ulama. Jauh level dari Syaikh Al Qaradhawi. Kami juga bukan fanatikus beliau. Tapi kami AKUI SEJUJUR HATI, bahwa beliau adalah ULAMA SUNNI abad ini (abad 15 H).

* Kami berbeda dg Syaikh terkait Demokrasi. Kami tetap memandang demokrasi bukan Islami.

* Kami berbeda dg beliau trkait Zakat Profesi dan Zakat Fitrah dg mata uang.

* Kami berbeda dg beliau trkait rincian Asma Wa Shifat di mana ulama-ulama banyak berbeda pendapat.

* Kami berbeda dengan beliau terkait sikap kepada Syiah. Namun kini pendapat beliau selaras dengan yang kami pilih, alhamdulillah.

* Ada sejumlah perbedaan-perbedaan tertentu. Dan ini brlaku pula bagi tokoh-tokoh ulama selain beliau. INTINYA kita boleh memilih pendapat-pendapat yg diyakini kuat.

* BETAPA PUN perbedaan ini tidak membuat kami mengingkari keulamaan beliau, menafikan kebaikan-kebaikannya, jasa-jasanya kepada Islam dan Ummat, serta KEMULIAAN nya sbg seorang ULAMA SUNNI DUNIA.

* Kami bersaksi, bahwa beliau adalah seorang ALIM SYARIAT, penjaga ilmu, telah menunaikan hak-hak ilmu, menjaga warisan Salaf, sbgaimana mengakui kebaikan-kebaikan Khalaf.

* Kami, wallahi, akan membela beliau, dengan alasan: MEMBELA PARA PEWARIS NABI!

* Kami juga menghimbau kaum Muslimin untuk membela ulama Ummat. Mari kita bela saudaraku, sebab bila kita sia-siakan ulama yang ada, khawatirnya Allah tidak akan lagi melahirkan ulama-ulama pembela Ummat di masa-masa selanjutnya. Jangan takut para penguasa, tapi takutlah pada DZAT Yang Menguasai jiwa para penguasa. Ingat, kekuasaan mereka tidak lebih hebat dari Fir’aun dan selainnya di masa lalu.

* Wallahu Waliyyut taufiq wa ilaihi mustaka.

Sumber: akun facebook pribadi.


Sikap Berlebihan Menyikapi Kematian Uje

Mei 6, 2013

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Seperti kita tahu, Uje atau Ustadz Jefri meninggal 26 April 2013 lalu, dalam kecelakaan tunggal di Pondok Indah. Banyak orang merasa berduka, bersedih, terharu, merasa kehilangan, menunjukkan simpati, dan seterusnya. Media-media TV secara intensif membahas topik ini melalui aneka liputan, wawancara, berita, sajian infotainment, bahkan diskusi serius. Media online, surat kabar, tabloid, majalah juga tak mau ketinggalan mengupas isu yang sama.

Ketika Uje meninggal, adalah wajar kalau keluarganya sedih, teman-temannya sedih, para penggemarnya sedih. Itu wajar saja, namanya juga mengalami musibah. Tapi bersikap berlebihan dalam hal seperti ini tidak boleh, seperti meratapi kematian, histeris, memuja-muja sosok Uje, mencari berkah di kuburnya, dan sebagainya. Semua itu juga dilarang. Termasuk di dalamnya memuji-muji Uje setinggi langit, mengaitkan dirinya dengan hal-hal metafisik (ghaib), mengaitkan tanda-tanda alam dengan kematiannya; semua itu tak boleh dan tak layak dilakukan.

Mengapa Ada Kain Hitam di Keranda Ini?

Mengapa Ada Kain Hitam di Keranda Ini?

Saat putra Nabi Saw yang bernama Ibrahim wafat, waktu itu terjadi gerhana matahari. Orang-orang menyangka bahwa gerhana matahari terjadi karena wafatnya Ibrahim. Nabi Saw membantah anggapan itu. Beliau tegaskan bahwa masalah gerhana tidak ada sangkut-pautnya dengan wafatnya seseorang. Bahkan Nabi Saw kemudian men-sunnah-kan dilakukan Shalat Gerhana. Jadi tidak boleh berlebihan mengaitkan kematian seseorang dengan tanda-tanda alam.

Bagi orang yang cerdas, sikap berlebihan Ummat Islam terkait kematian Uje, jelas tidak proporsional. Seharusnya media-media massa juga rasional, bukan mengeksploitasi. Tapi masalahnya kan di era dewasa ini banyak hal “bisa dijual” seperti kemiskinan, kesusahan, kematian, juga tangisan. Itu sangat tercela. Nas’alullah al ‘afiyah.

Di balik wafatnya Uje, banyak bertaburan informasi-informasi yang “tidak bagus”; di luar informasi-informasi lain yang sengaja dibagus-baguskan. Hal ini perlu diingatkan lagi, agar Ummat Islam tidak berlebihan menyikapi tokoh seperti ini; juga tokoh semisal itu kalau nanti ada yang meninggal lagi.

Sebelum wafatnya Uje sempat menulis pesan  ini: “Pada akhirnya… semua akan menemukan yang namanya titik jenuh.. dan pada saat itu..kembali adalah yang terbaik.. kepada siapa? Kepada DIA pastinya… Bismi_KA Allohumma ahya wa amuut.

Pesan demikian seakan menjelaskan kegalauan hebat yang sedang melanda kejiwaan Uje. Apakah terjadi benturan pemikiran, benturan kepentingan, atau apapun? Wallahu a’lam bisshawaab. Selain itu Uje juga mengaku merindukan ayahnya (Apih) yang telah wafat. Seolah dia ingin berada dalam pemahaman yang wajar seperti ayahnya, tanpa akidah yang aneh-aneh dan membuat kegelisahan hati.

Intinya begini, Uje sebagai bagian dari kerabat para dai atau guru-guru agama di Betawi, adalah sesuatu yang dihargai. Sedangkan posisi Uje sebagai penggiat “entertainment genre dakwah” adalah perkara munkar yang tidak boleh didukung, meskipun jutaan manusia menggemarinya. Dakwah Islam adalah dakwah ilallah, bukan entertainment dengan kemasan dakwah. Entertainment dakwah hanyalah produk industri media TV, bukan diniatkan untuk membangun kejayaan dan keberdayaan kaum Muslimin.

Lalu posisi Uje sebagai orang yang dibidik oleh dai-dai Syiah, lalu dipengaruhi untuk menganut paham seperti mereka; ini adalah perkara yang membuat Uje mengalami kejenuhan hebat. Dia seperti tak berdaya menghadapi aneka tekanan dari kanan-kiri. Di titik itu Uje merasa tak kuat menatap masa depan kehidupan lebih panjang. Tidak heran jika melihat dari kata-kata, perbuatan, atau pesan Uje yang bernada “pamitan”. Tuntunan Islam membawa damai, sedangkan ajaran yang menghalalkan caci-maki terhadap para Shahabat Nabi Radhiyallahu ‘Anhum, akan berujung nestapa.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat menjadi tadzkirah bagi kaum Muslimin, bagi para penggemar Uje, dan juga bagi kami. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, wallahu a’lam bisshawaab.

(Abi Syakir).


Janganlah Bersikap Sombong…

September 15, 2011

Bismillahirrahmaanirrahiim.

IFTITAH: Tulisan ini direvisi dari bentuk aslinya. Hal ini dilakukan setelah tabloid Suara Islam menurunkan tulisan simpatik tentang sosok seorang calon Ketua KPK. Tulisan itu digoreskan oleh Ustadz Aru Syeif Asadullah di kolom Khatimah, edisi 121 (7-12 Oktober 2011).

Sebagai bentuk rasa ukhuwwah antar sesama Muslim, dan menghormati para senior aktivis Islam yang banyak jasanya kepada Ummat, maka tulisan ini pun direvisi. Semoga Allah Ta’ala mengampuni diriku atas segala kesalahan-kesalahan yang ada; dan semoga Allah memuliakan kita di atas jalan persaudaraan Islam. Allahumma amin.

***

Pagi ini, Kamis 15 September 2011, saya menyaksikan dialog di TV dengan seorang calon Ketua KPK. Alhamdulillah, dengan segala pertolongan Allah, kita masih bisa dinamika kehidupan Ummat di Nusantara ini.

Aku punya tanjung... Aku bisa mengeluarkan suara mendesing...

Singkat kata, dalam wawancara dengan TV di atas, tampak ada sikap-sikap arogansi yang mestinya tidak boleh tampak dalam diri seorang calon Ketua KPK. Arogansi dimanapun adalah buruk, sebab iblis dikeluarkan dari syurga dan mendapat laknat Allah karena arogansi itu sendiri.

Dalam hal ini ada kaidah sederhana. Kemungkaran yang dilakukan di depan publik, harus diluruskan di depan publik juga. Kemungkaran secara pribadi, diluruskan secara pribadi pula. Lalu, kemungkaran oleh orang-orang yang alim dalam Islam (ustadz atau ulama) berbeda dengan kemungkaran yang dilakukan oleh individu biasa. Kemungkaran oleh orang alim nanti bisa dianggap sebagai “penghalalan” kemungkaran. Cara menasehatinya pun berbeda dengan kepada orang-orang biasa. Semoga dimengerti!

Untuk sosok sekaliber Musa As saja ditegur keras oleh Allah dalam perkara arogansi, apalagi untuk insan biasa seperti kita-kita ini. Bahkan Rasulullah Saw ketika mukanya masam menyambut kedatangan orang tunanetra, Abdullah bin Ummi Maktum, seketika diingatkan dengan Surat “Abasa Watawalla”. Hal ini termasuk perkara hati, perkara sangat peka. Kita harus berhati-hati. Nas’alullah al ‘afiyah fid dini wad dunya wal akhirah.

Arogansi termasuk perbuatan yang tak diberi toleransi, kecuali bersikap arogan di depan orang sombong, dalam rangka mengingatkan kesombongannya. Hal seperti itu diperbolehkan, demi amal nahyul munkar. Meskipun harus tetap hati-hati juga.

Dalam wawancara itu saya mencatat beberapa hal yang seharusnya dihindari oleh setiap Muslim yang ISTIQAMAH di jalan Islam, karena hal itu terindikasi merupakan sikap kesombongan. Misalnya sebagai berikut:

[1]. Seseorang mengklaim diri sudah berkiprah di KPK sejak tahun 2005/2006. Posisinya sebagai anggota dewan penasehat KPK, juga ikut terlibat dalam menyusun konsep legal KPK itu sendiri. Disana dia mengklaim sangat tahu seluk-beluk lembaga KPK.  Katanya, “Andaikan ada jarum yang jatuh di KPK, saya tahu letaknya.” Perkataan ini tidak tepat, harus diperbaiki. Di dalamnya mengandung arogansi.

Dulu saya masih ingat ada politisi Muslim dari partai Islam yang didukung anak-anak muda aktivis kampus. Waktu itu, partai tersebut membawa konsep baru, yaitu mengintegrasikan antara partai politik dan partai dakwah; sesuatu yang tidak lazim dalam dunia politik di berbagai negara Muslim. Lalu dia sesumbar, “Andaikan ada 20 jilid kamus politik, lalu di dalamnya tidak ada konsep seperti ini; mengapa tidak kita membuat jilid yang ke-21.” Ya begitulah, kesombongan manusia yang akhirnya menjadi sesalan tak berkesudahan.

Taruhlah, seseorang tahu betul kondisi lahir batin, tahu istilah, hakikat dan makrifat sekaligus. Tetapi tetap tidak layak mengklaim seperti itu. Pengetahuan kita ada tanggung-jawabnya; semakin kita mengklaim “banyak tahu”, semakin besar juga tanggung-jawabnya. Semoga hal ini menjadi pelajaran.

[2]. Seseorang masuk KPK sebagai bentuk rasa cinta kepada saudara-saudara sesama aktivis Muslim, keluarganya, dll. Dia masuk KPK sebagai upaya mewujudkan rasa cinta itu.  Secara teori boleh mengungkapkan cinta kepada orang lain dengan komitmen memberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Ini boleh semata, bahkan baik. Kalau korupsi terberantas, orang-orang yang dicintai itu insya Allah akan hidup dengan sejahtera dan baik.

Namun masalahnya, ketika muncul analogi kurang bagus. Disana seseorang mengatakan, kurang lebih: “Misalnya nanti di Akhirat saya masuk syurga, lalu kawan-kawan masuk neraka. Lalu mereka meminta tolong ke saya. Kalau sudah di Akhirat, saya tak bisa berbuat apa-apa…” Ucapan seperti ini tidak tepat dan tidak sesuai ajaran Islam. Tidak ada ulama Islam yang membuat pengandaian jika dirinya masuk syurga, lalu orang lain masuk neraka. Kata-kata seperti itu termasuk domain para Nabi dan Rasul.

Jadi sebaiknya kita menghindar dari kata-kata seperti itu. Bahkan lebih mulia kalau kita merendahkan diri, misalnya dengan mengatakan, “Apalah artinya aku ini? Aku ini hamba yang faqir dan lemah? Aku ini berlumur dosa. Tidaklah diriku ini, selain hamba yang sangat mengharapkan maghfirah Allah.” Kata-kata demikian dibenarkan dan insya Allah termasuk kebaikan.

[3]. Kemudian seseorang ditanya, apa yang akan dia lakukan kalau nanti menjadi Ketua KPK? Lalu dia menjawab: “Dalam waktu 6 bulan pertama, saya akan selesaikan masalah internal KPK sampai beres. Kalau selama ini masih SETENGAH MALAIKAT, akan saya buat sehingga menjadi TIGA PER EMPAT MALAIKAT.” Kalimat-kalimat demikian seharusnya dihindari. Kita ini hanya hamba-hamba Allah yang dhaif dan penuh kesalahan. Sedangkan para Malaikat itu mulia dan disucikan. Maqamnya manusia ya sebatas amal-amal manusia, tak akan bisa mencapai prestasi Malaikat.

Jangankan menjadi setengah Malaikat, menjadi 1 % saja belum tentu bisa. Karena Malaikat disucikan dari dosa, sedang kita tak luput dari dosa-dosa. Kalau membaca kisah Nabi Luth As dan kaumnya. Untuk menyelesaikan kedurhakaan kaum Sodom itu, Allah Ta’ala hanya mengutus dua makhluk Malaikat saja. Bahkan kalau mau, bisa saja Allah hanya menurunkan satu Malaikat saja seperti ketika Nabi Saw diusir kaum Thaif, lalu Allah memerintahkan Malaikat penjaga gunung untuk memenuhi kemauan Rasulullah Saw. Hal-hal demikian ini levelnya Rububiyyah Allah; yaitu level seputar urusan-urusan Ketuhanan-Nya.

Kita tak memiliki hak di kawasan seperti ini. Berhati-hatilah wahai saudaraku. Ingat pesan Nabi Saw, “Falyaqul khairan au liyasmut” (berkatalah yang baik, atau kalau tak bisa diam sajalah). Di tengah KPK sendiri banyak sekali masalah-masalah. Misalnya:  Skandal Bank Century, kasus suap pemilihan deputi gubernur BI, kasus Melinda Dee dan rekening gendut pejabat Polri, korupsi di KPU, korupsi pajak yang melibatkan grup Bakrie, Ramayana, dll.; kasus pemilihan Ketua Umum Demokrat, kasus Wisma Atlet SEAGAMES, kasus Bibit dan Ade Raharja, kasus Menakertrans, dll. Hal-hal demikian tidak boleh sama sekali diklaim sebagai SETENGAH MALAIKAT.

Jangan wahai saudaraku! Nasehat tulus kepada seseorang: “Andaikan beliau tak mampu mengendalikan segala keadaan di sekitar KPK dan diri beliau sendiri, cobalah bersikap santun. Jangan membawa-bawa nama malaikat. Malaikat adalah makhluk yang suci, patuh, dan tak pernah bermaksiyat kepada Allah seperti disebut dalam Surat At Tahrim. Janganlah kelemahan kita hendak ditutupi dengan kesucian makhluk Allah Ta’ala, sebab semua itu perbuatan curang.”

Allahumma inna nas’aluka husnal khatimah, wa na’udzubika min su’il khatimah. Allahumma inna nas’alukal jannah wa na’udzubika min adzabin naar. Amin Allahumma amin.

AM. Waskito.


Belajar dari Episode Hidup Ustadzah Yoyoh

Mei 24, 2011

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Seperti sudah menjadi berita di berbagai media. Hari Sabtu, 21 Mei 2011 lalu, Ustadzah Yoyoh Yusroh meninggal dunia. Beliau meninggal dalam kecelakaan di tol Palikanci Cirebon, sekitar dini hari 02.30. Beliau meninggal setelah menghadiri wisuda putra pertamanya, Umar Al Faruq, yang diwisuda di UGM Yogyakarta.

Sebagai seorang Muslim, apalagi tahu kebaikan sosok yang meninggal, sangat layak kita mengucap: “Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu anha.” Amin. Adapun bagi kawan-kawan yang anti kepada orang parlemen, ya mereka memiliki hak untuk bersikap. Saya pribadi menilai Ustadzah Yoyoh lebih dari posisi beliau di parlemen. Kita melihatnya sebagai sosok da’iyah yang komitmen mendakwahkan nilai-nilai Islam. Khususnya, di kalangan akhwat muslimat.

Daun Pun Berguguran di Jalan Ini...

Bagi generasi muda Muslim saat ini mungkin mereka kurang tahu siapa sosok Ustadzah Yoyoh Yusrah -semoga Allah merahmatinya-. Beliau adalah perintis dakwah Islam dari kalangan Tarbiyah (yang kini menjelma menjadi PKS). Beliau wanita yang memiliki dedikasi tinggi dalam dakwah di kalangan Muslimah.

Kebaikan Bunda Yoyoh yang banyak disebut-sebut kalangan dakwah, ialah beliau memiliki anak banyak. Kalau tidak salah sampai 13 orang (mohon koreksi kalau salah). Di jaman kiwari, memiliki anak sebanyak itu merupakan PRESTASI luar biasa. Hebatnya, Ustadzah Yoyoh tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita atau ibu rumah-tangga. Sambil dakwah, sambil terus mendidik anak-anaknya dengan ajaran Syakhsyiyah Islamiyyah.

Kalau dulu kalangan Tarbiyah memiliki seorang Syaikh, yaitu Ustadz Rahmat Abdullah rahimahullah. Maka bisa dikatakan, Bu Yoyoh adalah seorang Syaikhah (syaikh wanita) di kalangan Tarbiyah.

Namun, wafatnya Bu Yoyoh dalam kecelakaan di ruas tol Palikanci Cirebon menjadi ending yang bisa dikatakan tragis. Beliau meninggal justru setelah menghadiri wisuda anak pertamanya di UGM. Ibaratnya, beliau wafat ketika hendak memetik buah dari proses didikannya terhadap putranya. Baru juga buah itu dipetik, dan hendak dihidangkan; Malakat Maut sudah menjemputnya. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun.

Dan menariknya, dari sekian banyak penumpang kendaraan, hanya Bu Yoyoh Yusroh sendiri yang mengalami kecelakaan berat sampai meninggal. Sopir kendaraan sendiri dan orang lain, tidak mengalami luka-luka yang sedemikian serius. Itu artinya, ajal Bunda Yoyoh sudah sampai di titik itu. Laa yasta’khiruhu sa’atan wa laa yastaqdimuhu (tidak bisa diakhirkan sedikit pun, dan tidak pula bisa dimajukan sedikit pun).

Dari kejadian seperti ini bisa saja disimpulkan: Betapa sensitif-nya lingkungan tempat Bunda Yoyoh beraktivitas selama ini. Sosok sebaik beliau, dengan segala reputasi dan kontribusinya dalam dakwah Islam, sampai harus meninggal sedemikian rupa. Tidakkah ada dampak keberkahan itu, sehingga seseorang yang telah banyak berjasa, diberi proses wafat yang lebih baik? Wafat saat hendak memetik buah didikannya, selama puluhan tahun, dengan cara yang begitu memilukan.

Jadi teringat sebuah riwayat dari Nabi Saw, bahwa Allah tidak akan mencabut ilmu secara tiba-tiba dengan sekali cabut. Tetapi Allah akan mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama-ulama. Jika ulama sudah tidak ada, manusia akan bertanya kepada orang-orang bodoh, lalu mereka pun memberi fatwa yang isinya: sesat dan menyesatkan.

Keadaan suatu komunitas, kelompok, jamaah, atau apa saja; juga berlaku prinsip seperti itu. Alangkah malang, kalau suatu kelompok semakin DISUCIKAN dari orang-orang yang baik, lurus, shalih, dan istiqamah. Semakin suci dari kebaikan-kebaikan, artinya semakin makmur dengan sebaliknya.

Semoga mushibah yang menimpa Ustadzah Yoyoh Yusroh menjadi nasehat bagi siapapun (termasuk diriku sendiri), yang masih berhajat kepada kebaikan. Semoga DISANA segera ada perbaikan dan reformasi komitmen keimanan, agar tersebar kemaslahatan umum di tengah-tengah Ummat ini. Allahumma amin. Ya, mau apalagi kita, selain mengisi sisa kehidupan dengan kebajikan? Bila tidak, ya entah apalagi yang bisa diharapkan? Wallahul Musta’an wa ilahi Mustaka.

“Turut Berduka Atas Wafatnya Seorang Da’iyyah”

AM. Waskito.


Ahmad Dhani Kepentok Lagi

Maret 2, 2011

Maaf sebelumnya. Ini bukan soal gossip atau infotainment. Tapi ada hal menarik yang layak kita ulas tentang sosok Ahmad Dhani, vokalis Band Dewa. Dalam kancah perang pemikiran berkesinambungan, kita selain harus mengenal kawan-kawan sendiri, juga harus mengenal lawan-lawan.

Baru-baru ini A. Dhani diadukan ke kepolisian karena telah melakukan perbuatan kasar ke seorang wartawan infotainment GlobalTV. Wartawan berkaos merah (bukan pendukung Thaksin di Thailand) itu robek kaos T shirt-nya, ada bekas-bekas kekerasan di tangan dan lehernya. Dhani bukan hanya sekarang berurusan dengan polisi. Laki-laki berpenampilan seperti master ocultis ini sebelumnya pernah berurusan dengan FPI dalam soal logo Allah yang diinjak-injak dia dalam suatu konser. [Catatan: Okultisme itu semacam sekte pemujaan setan].

Orang Beken, Akrab dengan Kasus...

Singkat cerita, telah beredar isu bahwa Mulan Jameela, kekasih Dhani, telah melahirkan. Katanya melahirkan dengan cara cesar. Ya, siapapun yang mengikuti berita seputar tindak-tanduk Dhani, pasti tahu hubungan orang ini dengan Mulan Jameela. Bahkan, Mulan Jameela itu juga yang memicu perceraian Dhani dengan isterinya. Dan tidak dilupakan pula, betapa kasarnya sikap Dhani kepada keluarga isterinya, Maia.

Wartawan GlobalTV mau konfirmasi soal Mulan yang melahirkan. Tentu saja melahirkan dari “darah daging” Dhani, sebab mereka selama ini dikenal sebagai pasangan kekasih, tetapi tidak diikat ikatan pernikahan. Singkat kata, semacam “kumpul kebo” begitulah. Nah, Dhani marah karena merasa urusan pribadinya dicampuri wartawan. Lalu terjadilah kejadian kekerasan kepada wartawan itu. Konon, wartawan GlobalTV sudah menawarkan solusi damai, tetapi Dhani menolak. Maka langkah hukum pun ditempuh, Dhani diadukan ke polisi.

Meskipun susah mendapatkan bukti perzinahan antara Dhani dengan Mulan Jameela, tetapi menurut logika orang jaman sekarang, sulit sekali mengingkari perzinahan di antara mereka. Bayangkan, Dhani dan Mulan itu sering pelesir bersama. Salah satunya ke Australia, bersama anak-anak Dhani juga. Dhani sendiri adalah orang band, vokalis band terkenal. Siapapun tahu bahwa kehidupan “anak band” sulit dilepaskan dari: drink, drugs, dan cewek. Untuk band-band kere yang kecil-kecil saja banyak terlibat hal-hal seperti itu, apalagi band sebesar Dewa. Contoh yang sangat mudah, ialah hobi si Ariel Peterporn. Cowok Don Sex asal Bandung ini katanya punya banyak koleksi perzinahan dengan pasangan-pasangan sundalnya. Na’udzubillah wa na’udzubillah min kulli dzalik.

Dan siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, baginya kehidupan yang sempit. Dan kelak Kami akan menghimpun mereka di hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Thaha: 124).

Orang-orang fasik dan ahli maksiyat ini merasa hidupnya bebas, bisa having funs sesuka hati. Mereka merasa telah ngangkangi kehidupan, bisa menguasai segala sumber-sumber kenikmatan. Padahal diri mereka terlalu lemah di hadapan Allah Ta’ala. Kesenangan yang diberikan kepada mereka, pada dasarnya hanya untuk menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah kepada semua makhluk. Tetapi kalau jatah nikmatnya sudah habis, mereka jelas akan diketam sedikit demi sedikit sampai akhirnya, binasa. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. [Catatan: Diketam itu seperti petani yang memotong batang-batang padi dari pangkalnya, untuk dibersihkan sampai habis].

Kaum hedonis bisa berbuat apapun, yang mereka inginkan. Tetapi selagi diri mereka masih berwujud manusia, atau makhluk, mereka tak akan bisa lepas dari KEKUASAAN Allah. Demikianlah sunnatullah yang berlaku; meskipun kaum Freemasonry dan okultis marah-marah. Semoga laknat Allah dan kehancuran total atas musuh-musuh Allah dari golongan Freemasonry, okultis, hedonis, dan sejenisnya. Allahumma amin ya ‘Aziz ya Jabbar.

AM. Waskito.


Bay Necmettin Erbakan Telah Wafat…

Februari 28, 2011

Najmuddin Erbakan Rahimahullah. Telah Melintasi Panjangnya Suka-duka dalam Rangka Membela ISLAM.

Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiuun. Pada hari Ahad 27 Februari 2011 kemarin, dunia Islam kehilangan salah satu tokoh besarnya. Mantan Perdana Menteri Turki, Necmettin (Najmuddin) Erbakan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fuanhu. Amin Allahumma amin.

Mengenang Bay (Tuan) Erbakan seperti mengenang mutiara-mutiara Islam yang sangat langka. Hati kita kagum dan haru mengingati keteguhan, keberanian, serta pembelaannya yang tidak pernah surut terhadap Islam. Masya Allah ya Karim ya Rahmaah…melepas pergi sosok seperti beliau seakan hanya melukai hati kita sendiri, dalam kesedihan dalam duka cita, yang tidak tahu bagaimana mengobatinya?

Bay Erbakan, kalau melihat beliau dari wajah dan penampilannya…seakan jauh dari wajah seorang ulama yang militan dengan ciri khas janggut yang lebat. Beliau tampak sederhana. Tetapi semua orang paham betapa besar dan kuatnya BARA KEIMANAN dalam hatinya, ketika beliau menyuarakan kepentingan Islam dan kecemburuannya kepada agama ini.

Memasuki belantara politik Turki dengan membawa missi Islam, tak ubahnya seperti menyerahkan leher dan keselamatan keluarga kepada maniak-maniak sekuler yang setengah mati membenci Islam. Namun Necmettin Erbakan tidak mempedulikan semua itu. Dengan tekun, dengan sabar, dengan konsisten beliau terus menawarkan politik Islami ke bangsanya sendiri, Turki. Puluhan tahun beliau melakukan hal itu, sampai akhirnya rakyat Turki bisa memahami hadirnya partai Islam.

Tahun 1995 beliau bersama Partai Refah (Partai Kesejahteraan) mengikuti Pemilu Turki. Itu pertama kalinya partai Islam diperbolehkan ikut Pemilu. Hasilnya, partai beliau menang dengan angka sekitar 30 %. Dengan kemenangan itu beliau berhak membentuk kabinet. Karena suara kurang, beliau berkompromi dengan partai sekuler di bawah Tansu Ciller. Pemerintahan Turki waktu itu dijabat oleh dua PM secara bergantian. Beliau sempat menjadi PM Turki pada tahun 1996-1997.

Ketika menjadi PM Turki, Bay Erbakan melontarkan gagasan luar biasa, yang membuat hati kita begitu terpana, tak percaya. Beliau waktu itu mengajak bangsa Turki untuk mengemis-ngemis kepada Eropa. Beliau mengajak negara Turki untuk tidak terobsesi menjadi bagian dari Eropa. Selain itu, beliau juga mengkritik keras PBB (United Nations) yang dituduh selalu tidak adil kepada Islam. Beliau mengajak dunia Islam, khususnya kawasan Timur Tengah untuk membentuk “PBB” sendiri yang beranggota negara-negara Muslim.

Bay Erbakan bukanlah orang yang suka berpura-pura demi alasan kemenangan politik. Politik di matanya adalah sarana untuk memperjuangkan Islam itu sendiri. Politik beliau berbeda dengan politik recehan yang diklaim aktivis-aktivis Muslim tertentu. Beliau konsisten dengan Islam, dan tidak takut menghadapi resiko sebagai seorang Muslim. Seolah beliau ingin mengatakan, “Fasyhadu bi anna muslimin.”

Ketika di Turki dan dunia Islam dilanda demam (euforia) dengan kemenangan Partai AKP di Turki, di bawah pimpinan PM Recep Tayib Erdogan, maka Bay Erbakan tidak bergeser dari sikap politiknya. Politik beliau berbeda dengan AKP. Ibaratnya, beliau tetap bertahan dengan politik Islam murni, 24 karat. Beliau tidak mau berpura-pura, atau menyembunyikan keislaman demi kemenangan politik.

Puluhan tahun Bay Erbakan merintis tampilnya politik Islam di kancah politik Turki. Segala suka-duka sudah dirasakannya. Kemudian, politik beliau dianggap ekstrem, dianggap terlalu kental keislamannya. Lalu sebagian yunior beliau memisahkan diri, kemudian membentuk partai dengan semangat Islam yang lebih cair, yaitu AKP. Ternyata partai AKP itu lebih disukai warga Turki daripada garis politik Necmettin Erbakan. Tetapi…beliau tidak goyah. Tetap teguh dengan pendirian politiknya.

Setelah Partai Refah dilarang oleh hukum di Turki; tahun 1997 beliau ikut mendirikan partai baru, “Partai Kebajikan”. Partai Kebajikan kemudian dianggap melanggar konstitusi Turki dan dilarang lagi tahun 2001. Bay Erbakan tidak menyerah, beliau mendirikan lagi “Partai Kebahagiaan” tahun 2003-2004. Beliau tetap di partai ini sampai wafatnya. Beliau tidak pernah tertarik untuk masuk ke Partai AKP yang kini berkuasa di Turki.

Bay Necmettin Erbakan tidak pernah menyerah untuk memperjuangkan Islam, secara terang-terangan, meskipun terus-menerus dimusuhi kalangan sekuler. Tiada henti, tiada letih, tiada putus-asa beliau menyuarakan missi politiknya, untuk: “Mengingatkan bangsa Turki akan kejayaan sejarahnya di bawah naungan Khilafah Islamiyyah.” Inilah missi utama beliau, mengajak bangsa Turki kembali kepada Islam.

Kehidupan Bay Necmettin Erbakan rahimahullah seperti sebuah MONUMEN besar untuk mengenang: keteguhan, komitmen, cinta, dan pembelaan total kepada Islam. Tidak ada kompromi untuk membela Islam, dan tidak perlu pula berpura-pura. “Siapa yang malu dengan karakter Islam, maka Islam pun malu kepadanya.”

Melepas kepergian Bay Erbakan, seperti melepas kepergian seorang Muslim yang TIDAK DISESALI kehidupannya, tidak diragukan perjuangannya, dan tidak samar loyalitasnya. Sungguh, beliau sudah memberikan apa bisa diberikan kepada Islam ini. Sampai di akhir hayatnya, beliau terus memperjuangkan kembalinya Turki ke tangan Islam.

Adapun kita disini…hanya bisa mengenangi semua ini, hanya bisa mendoakan beliau, dan menahan kesedihan. Hati kita merintih kepada Allah, “Ya Rabbana, begitu cepatnya Ummat ini ditinggal oleh orang-orang yang utama. Kami ditinggal pergi oleh tokoh-tokoh perkasa. Kami ditinggal bersama Ummat ini dengan seribu satu masalah yang menderanya. Sedangkan kami terlalu lemah, tidak sekuat tokoh-tokoh itu. Ya Rabbana, hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan dan perlindungan.”

Sayyid Necmetiin Erbakan telah berpulang ke rahmatullah. Semoga kita bisa mengambil bagian dari jejak-jejak perjuangan, pembelaan, dan cinta beliau yang LUGAS kepada agama ini. Allahumma amin ya Rabbal ‘alamiin.

Bumi Allah, 28 Februari 2011.

AMW.


Ibu Ainun Habibie: Hati Seorang Wanita

Mei 24, 2010

Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun. Telah wafat Ibu Hasri Ainun Habibie. Wafat pada Sabtu, 22 Mei 2010, pukul 17.35 di Jerman. Tepatnya di RS Ludwig-Maximilians – Universitat, Klinikum Gro`hadern, Munchen. Beliau meninggal setelah menjalani perawatan kurang lebih 60 hari sejak 24 Maret akibat gangguan paru-paru yang akut. Ibu Ainun wafat dalam usia 72 tahun, setelah pihak RS Ludwig Maximilians mengaku “angkat tangan” untuk merawat beliau.

Teriring doa, “Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fuanha.” Semoga Allah mengampuninya, merahmatinya, memberikan keselamatan dan memaafkan kesalahannya. Amin Allahumma amin.

Ada sebuah pertanyaan besar dalam hati ketika memikirkan mundurnya Pak Habibie secara total dari dunia politik, dan enggannya Bu Ainun tinggal di Indonesia. Mengapa harus tinggal di Jerman? Mengapa harus berlama-lama di negeri orang? Bukankah seburuk-buruk keadaan negeri sendiri, itu lebih baik daripada negara orang lain? Hal ini menjadi buah kerisauan yang lama terpendam.

Ternyata, Bu Ainun memilih tetap berada di Jerman, bahkan wafat pun kalau perlu di Jerman. Meskipun kemudian, jenazah beliau tetap akan dikebumikan di TMP Kalibata Jakarta. Artinya, Bu Ainun tetap kembali ke Tanah Air, setelah sekian lama hijrah dari negerinya sendiri.

AMW.

========================================================

CATATAN:

Tulisan ini semula dibuat dengan prasangka baik. Namun bukan berarti kita membenarkan budaya sekuler yang banyak dianut keluarga besar BJ. Habibie. Tidak bisa. Budaya tidak memakai jilbab bagi wanita, anak menantu tidak memakai jilbab, cucu-cucu wanita tidak diajari memakai jilbab, kebiasaan memakai pakaian seksi, berkawan mesra dengan orang-orang non Muslim, dll. semua itu tidak benar. Mohon maaf atas kekhilafan yang ada. Maklum, kita baru tahu jeroan sebuah keluarga, setelah “diberitahu” media-media massa. Tapi soal pemikiran-pemikiran Habibie yang positif dengan Ummat Islam, alhamdulillah tetap diapresiasi secara adil.


Melepas Kepergian Sri Mulyani…Hiks Hiks

Mei 21, 2010

Dalam sebuah dialog dengan Wimar Witoelar di MetroTV, Sri Mulyani pernah menyebut karakter orang Indonesia dengan ungkapan, Short Memory Lost. Orang Indonesia pelupa, mudah melupakan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya belum lama berlalu. Dan saya melihat, kenyataan itu terjadi lagi dalam kasus Sri Mulyani saat ini.

Selama berbulan-bulan media massa menampilkan liputan seputar kerja Pansus Bank Century di DPR, sampai sidang paripurna DPR RI yang menghasilkan rekomendasi opsi C, nama Sri Mulyani dan Boediono menjadi bulan-bulanan media massa. Para demonstran di jalanan menggambarkan sosok Sri dan Boed sebagai drakula, dengan taring tajam, dan lelehan darah dari mulutnya. Juga ada yang menampilkan “Mbak Sri” dalam tampilan narapidana di balik penjara, dengan memakai baju-celana belang-belang (seperti ular Weling).

Tapi kini, ketika Sri Mulyani lengser dari kursi Menkeu dan siap berangkat menjadi pejabat di Bank Dunia, semua orang tiba-tiba menaruh belas kasihan, merasa sayang kepada Mbak Sri, merasa memiliki, memujinya setinggi langit, memberikan forum terhormat baginya untuk pamitan, serta membuat aneka rupa testimoni tentang kehandalan “the best finance minister” itu. Salah satu contoh, J. Kristiadi, tokoh elit CSIS, dalam salah satu liputan di MetroTV, dia dengan terang menyalahkan bangsa Indonesia yang tidak bersikap ramah kepada tokoh jenius seperti Sri Mulyani, sehingga wanita satu ini akhirnya diambil oleh Bank Dunia.

"Jangan Menangis, Bulek!"

Entah apa rakyatnya yang memang ingatannya pendek, atau media-media massanya yang bego ya. Sri Mulyani dengan segala kiprahnya adalah FAKTA yang jelas, tidak samar lagi. Dia adalah operator ekonomi Neolib di Indonesia, bersama Boediono, dan para pendukungnya. Apa yang bisa dibanggakan dari ekonomi Neolib? Ia adalah tatanan ekonomi yang membuat kekayaan bangsa Indonesia semakin deras dijarah oleh orang-orang asing. Ekonomi Neolib sangat ramah kepada kaum elit yang kaya-raya, tetapi sangat menindas rakyat kecil.

Pada hakikatnya, ekonomi Neolib sama persis dengan EKONOMI FEODAL di jaman Belanda dulu. Ketika itu Belanda sebagai dominator pengeruk kekayaan nasional. Operasi penjarahan oleh Belanda ini difasilitasi oleh kalangan Bangsawan (Ningrat) yang oleh banyak orang disebut kaum “priyayi” (ambtenar). Mereka adalah kalangan bangsawan, kaya, anti kemerdekaan, dan mengabdi kepentingan kolonialis. Kenyataan yang sama terjadi di Indonesia ini, di jaman Orde Baru dan terutama setelah Reformasi, sebagian elit priyayi menjadi makelar-makelar penjajahan kekayaan nasional oleh orang-orang asing. Kalau dulu penjajahnya cuma Belanda, kalau kini banyak sekali: Amerika, Inggris, Belanda, Jepang, Korea, China, Singapura, Jerman, Perancis, Bank Dunia, IMF, dan sebagainya.

Adapun untuk menghibur rakyat Indonesia (sekaligus memperdaya akal mereka), rakyat Indonesia cukup diberi beberapa model hiburan: Tontonan TV, fantasi dengan rokok, sepakbola, dan MSG. Kalau kita cermati dengan teliti, konstruksi ekonomi Indonesia saat ini tak ada bedanya dengan masa penjajahan Belanda dulu. Malah ketika itu, kondisinya belum separah dan serumit saat ini.

Apa yang bisa dibanggakan dari seorang Sri Mulyani? Dia ini bisa dikatakan merupakan salah satu “priyayi” yang menjadi operator praktik penjajahan ekonomi di Indonesia, oleh kekuatan asing. Kalau kini dia direkrut oleh Bank Dunia, apa yang aneh? Toh, sebelumnya dia menjadi kaki-tangan IMF.

Sekedar ingin mengingatkan fakta-fakta “masa lalu” tentang betapa bobroknya moralitas seorang Sri Mulyani di hadapan rakyat dan bangsa Indonesia. Semoga media-media massa mau sedikit berubah dari ke-bego-an mereka. (Nyari duit sih boleh, tapi jangan keterlaluan dong dalam membohongi masyarakat!).

(=) Nama besar Sri Mulyani mulai berkibar ketika terjadi Krisis Moneter 1997. Dia waktu itu dikenal sebagai pakar ekonomi dari UI. Saya masih ingat, penampilan Sri Mulyani waktu itu “belum didandani” seperti sekarang. Mungkin ketika itu, gaji dia belum cukup untuk membiayai “kebutuhan pencitraan”.

(=) Sri Mulyani ketika masa-masa Krisis Moneter waktu itu sangat kritis pemikirannya. Dia bependapat supaya perbaikan ekonomi nasional dilakukan dengan cara-cara radikal. Sri ketika itu juga kencang dalam mengkritik pendekatan ekonomi yang ditempuh IMF. Pendek kata, Sri Mulyani bersinar bintangnya seiring munculnya badai Krisis Moneter.

(=) Setelah tahun 1998, Soeharto lengser dari kursinya. Ketika itu nama Sri Mulyani tiba-tiba hilang dari peredaran. Jarang sekali media-media massa menyebut namanya. Kemanakah “Jeng Sri”? Ternyata, dia telah bekerja menjadi seorang pejabat tinggi IMF. Seingat saya, dia menjadi supervisor IMF untuk wilayah Asia-Pasifik. Oh ala, ternyata Sri Mulyani bekerja di IMF, pihak yang pernah dia kritik ketika Krisis Moneter terjadi.

(=) Perlu diingat, yang membidani kehancuran ekonomi nasioanal, dan keterpurukan Indonesia seperti saat ini adalah IMF. Butir-butir LOI (Letter of Intends) yang disepakati antara Indonesia dengan IMF itulah yang menghancurkan ekonomi kita dan merusak fundamental ekonomi yang susah-payah dibangu7n sejak tahun 70-an. Dalam LOI dengan IMF itu, Indonesia bukan saja diharuskan tunduk kepada aturan-aturan IMF, tetapi negara ini sesungguhnya telah DIBELI KEDAULATAN-nya oleh IMF. Bayangkan, sampai untuk urusan jual-beli rotan saja, IMF ikut campur mengatur. (Untung untuk masalah jual-beli terasi, ikan asin, dan kerupuk, IMF tidak ikut-ikutan).

(=) Demi Allah, Rabbul ‘alamiin, Rabus Samawaati wal ardh, IMF itulah sumber kehancuran ekonomi Indonesia. Akibat perjanjian dengan IMF, Pemerintah RI harus mengeluarkan BLBI yang kemudian membuat negara ini kehilangan dana sebesar 500-600 triliun rupiah (100 kalinya dana Bank Cenmtury). Nah, BLBI ini menjadi sumber kehancuran ekonomi yang susah diobati sampai saat ini. Jika ada “Dajjal Ekonomi” yang sukses besar merusak kehidupan rakyat Indonesia, itulah IMF.

(=) Sebagai supervisor IMF, Sri Mulyani sangat tahu tentang penerapan butir-butir LOI, dalam rangka melucuti kedaulatan ekonomi Indonesia, memperbesar praktik penjajahan asing, serta memupus harapan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Sri sangat tahu itu, sebab dia menjadi supervisor Asia-Pasifik. Dan dia digaji oleh IMF untuk mengawasi praktik penjarahan ekonomi di negaranya sendiri. (Luar biasa, rasanya muntah kalau membayangkan rizki yang diterima Sri Mulyani dari gaji-gaji yang dia peroleh di IMF itu. Na’udzubillah wa na’udzubillah, ya Allah lindungi kami dan anak keturunan kami dari menerima rizki kotor dari tangan para penjajah keji. Amin Allahumma amin).

(=) Ketika Sri Mulyani menjadi Menkeu di era SBY, dia sangat kejam dalam menerapkan kebijakan pemotongan subsidi BBM, sehingga hal itu menjadi hempasan keras yang memiskinkan rakyat ke sekian kalinya. Di mata Sri Mulyani, nilai rakyat Indonesia hanyalah sekedar ANGKA belaka. Termasuk kebijakan memotong subsidi untuk perguruan tinggi, memperbesar kewajiban pajak, memberikan segala rupa keistimewaan perlakuan kepada para investor asing, dll. Bahkan yang paling kacau adalah kebijakan BLT (Bantuan Langsung Tunai). Ternyata bantuan ini sumbernya dari dana hutang Bank Dunia. Allahu Akbar.

(=) Setelah satu periode Kabinet SBY berakhir pada 2009 lalu, ternyata diperoleh data baru posisi keuangan negara. Hutang luar negeri Pemerintah naik dari posisi sekitar Rp. 1300 triliun menjadi sekitar Rp. 1700 triliun; ada kenaikan hutang selama 5 tahun Kabinet SBY sebesar Rp. 400 triliun. Dan kini kabarnya naik lagi lebih tinggi.

(=) “Prestasi” lain dari Sri Mulyani yang layak dicatat ialah besarnya kepemilikan SUN (Surat Utang Negara) di tangan asing. Dalam setahun, katanya negara harus mengeluarkan dana sekiatar Rp. 60 triliun untuk membayar bunga kepada para pemegang SUN itu.

(=) Dan lain-lain.

Jadi, adalah sangat dusta kalau kita lalu memuji-muji Sri Mulyani. Tokoh ini bahkan sudah pantas disebut sebagai PENGKHIANAT NEGARA, bersama Si Boed dan kawan-kawan. Mereka ini andilnya sangat besar dalam menyengsarakan kehidupan rakyat Indonesia.

Dari sisi pintar, mahir bahasa inggris, penampilan modis, tegas bicara, tahan mental, bergaji tinggi, berwawasan global, dll. ya okelah kita akui, Sri Mulyani orangnya. Tapi dari sisi moralitas dan kontribusinya bagi kebaikan hidup rakyat Indonesia, reputasi Sri Mulyani sangat mengerikan.

Tidak berlebihan kalau saya menasehatkan kepada kaum Muslimin: “Jika Anda mendengar nama Sri Mulyani diucapkan, atau Anda melihat gambar dia di TV atau koran, ucapkan ‘audzubillah minas syaithanir rajiim‘.” Tokoh satu itu bukan lagi masuk alam manusia, tapi sudah selainnya.

Kini Sri Mulyani siap disambut dengan kalungan bunga, di kantor Bank Dunia sana. Tapi yakinlah, semua itu hanya basa-basi saja. Alam semesta, langit-bumi, beserta benda-benda langit yang demikian banyak, beserta hewan-hewan di daratan dan lautan, mereka mengutuk orang-orang zhalim yang menyengsarakan kehidupan jutaan kaum Muslimin, sehingga mereka hidup menderita lahir-bathin, dunia Akhirat.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

AMW.


Fujiwara Award untuk Ilmuwan Muda Indonesia

April 26, 2010

PENGANTAR

Artikel ini pernah dimuat oleh majalah Gatra, edisi 24 Februari 2010, hal. 32-33, dengan judul Obsesi Periset Smart Fluid. Ia adalah tentang sosok seorang periset muda Muslim Indonesia, Muhammad Agung Bramantya, yang sedang menempuh studi di Jepang. Berkat riset yang dilakukannya dalam topik “smart fluid” dia mendapat Fujiwara Award dan Young Engineer Award dari JSAEM, sebuah lembaga para ilmuwan Jepang. Ini adalah untuk pertama kalinya Fujiwara Award diberikan kepada seorang periset dari luar Jepang. Otomatis Muhammad Agung Bramantya merupakan orang Indonesia pertama, sekaligus Muslim pertama di Dunia Islam, yang menerima penghargaan tersebut. Karena begitu pentingnya informasi ini agar diketahui Ummat Islam, sengaja saya muat artikel tersebut di blog ini. Artikel serupa juga dimuat di koran Media Indonesia, dengan judul Mengulik Ultrasonik Pendeteksi Fluida Cerdik, edisi 12 Februari 2010. Semoga bermanfaat!

OBSESI PERISET SMART FLUID

Muhammad Agung Bramantya menjadi orang pertama di luar Jepang yang mendapat Fujiwara Award dan Young Engineer Award dari JSAEM. Buah ketekunan sejumlah riset bidang smart fluid. Untuk jangka pendek, PLTN bisa menjadi solusi alternatif guna mengatasi krisis listrik.

Dunia riset di laboratorium memang jauh dari hiruk-pikuk kemilau glamor. Meski sepi, dunia riset bukan berarti tidak dapat memberi kepuasan. Setidaknya, begitulah yang dirasakan Muhammad Agung Bramantya, kandidat doktor di Universitas Keio, Jepang. Berkat ketekunan dan temuannya dalam sejumlah riset, pria kelahiran Yogyakarta, 22 Maret 1981, ini dianugerahi Fujiwara Award.

“Saya senang karena (menjadi) orang pertama di luar Jepang yang mendapat Fujiwara,” kata Bram, begitu ia biasa disapa. Fujiwara Award diambil dari nama Ginjiro Fujiwara yang hidup pada 1869-1960. Ia pendiri Institut Teknologi Fujiwara, cikal bakal Fakultas Sains Teknologi Universitas Keio. Anugerah yang diterima Bram pada 30 Maret 2009 itu adalah penghargaan bagi peneliti yang aktif dan bergiat di lintas bidang, baik sains maupun sosial budaya.

Bram, yang belajar di Jepang sejak Maret 2008, tidak tahu secara pasti mengapa anugerah itu jatuh ke tangannya. Yang dia tahu, dirinya banyak terlibat dalam presentasi hasil riset di forum konferensi ilmiah, baik di Jepang maupun di dunia internasional. Untuk bidang sosial, Bram bergabung dalam forum South-East Asian Engineering Development Network (Seed Net). Forum ini berisi para peneliti dari ASEAN dan Jepang.

Foto Bram di Tengah "Mainan-nya"

“Selain saling dukung secara ilmiah-akademis, juga menjadi ajang untuk mengenalkan budaya dan informasi dari tiap negara,” katanya. Menurut Bram, penilaian dari sisi parameter akademik jelas terukur, sedangkan untuk parameter sosial-budaya tentu subjektif. Untuk aspek akademis, Bram bercerita bahwa dirinya pernah maju dalam seminar dunia ke- 11 tentang Electrorheological Fluids and Magnetorheological Suspensions (ERMR) Organizing Committee pada September 2008 di Jerman.

Dalam seminar itu, Bram adalah satu-satunya wakil Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di sana, ia menyabet Best Poster Prize, menyisihkan 100-an poster peneliti dunia di bidang tersebut. “Itu prestasi puncak yang mungkin menginspirasi pemberian Fujiwara Award,” ujar peneliti yang selalu mengaku sebagai orang Indonesia, meski dalam diskusi menyatakan diri sebagai wakil Jepang. Ada pengalaman lucu ketika ia mendapat sampanye. “Bingung mau diapakan, akhirnya saya buang ke toilet,” katanya.

Kesetiaan Bram pada riset ternyata membuahkan penghargaan. Tanpa pernah mengimpikannya, pada 19 November lalu ia menerima Young Engineer Award. Anugerah dari Japan Society of Applied Electromagnet and Mechanics (JSAEM) ini diberikan pada puncak acara Magnetodynamics Conference ke-18 di Universitas Tokyo. “Penghargaan kali ini karena ada temuan spesifikasi di bidang itu,” ujar Bram.

Unsur kebaruan risetnya ada pada penggunaan metode ultrasonik un­tuk menganalisis struktur dalaman pada sebuah smart fluid, yang berupa magnetorheological fluid. Sebelumnya, para periset biasa memakai metode simulasi numerik, metode optical microscope, atau metode spektrografi analisis sektrum cahaya. Semua metode ini memakai preparat. “Sedangkan saya memakai metode gelombang ultrasonik,” katanya. Dengan metode ini, secara prinsip tidak ada perlakuan khusus terhadap fluida yang akan diteliti.

Aplikasi riset smart fluid kini merambah berbagai bidang. Di dunia otomotif dipakai untuk memonitor sistem suspensi peredam atau pemantau efek suspensinya. Penerapan suspensi dengan smart fluid telah dilakukan pada mobil Audi, Ferrari, dan BMW. NASA juga mengembangkannya untuk injeksi bahan bakar fluida. Sedangkan MIT lebih ke arah robotik.

***

Dunia riset yang kini ditekuni Bram tidak bisa lepas dari hobinya melakukan riset sejak mahasiswa. Salah satu risetnya ketika kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, adalah mendesain mobil tenaga surya. Topiknya adalah “Aerodynamics Performance for Body Development of a Solar Car”. Ketika ia lulus dari teknik mesin UGM, skripsinya berjudul “Redesign Conceptual Aircraft: Airbus A 330”. Selain menjadi mahasiswa terbaik, Bram juga menjadi  mahasiswa yang lulus tercepat di angkatannya.

Begitu lulus, Bram sempat bekerja di Unocal. Namun, tak sampai setahun, ia merasa tidak sreg bekerja di tengah laut dengan sistem dua minggu kerja-dua minggu libur. “Bukan jenis pekerjaannya, melainkan sistemnya. Saya juga melihat jalur engineer di sana begitu-begitu saja. Jadi kuli, walau bayarannya besar,” katanya. Sebenarnya ia berencana terjun ke industri dulu selama 10-15 tahun, baru kemudian balik ke kampus untuk mengajar dan meneliti.

Namun Bram sudah gatal terjun ke riset. Pada 2004, ia pun memutuskan melanjutkan S-2 teknik mesin di Pascasarjana UGM. Ia tuntaskan studinya ini dalam tiga semester, dengan IPK 3,86. Lalu ia meneruskan kuliah di University of Malaya, menekuni teknik desain dan manufaktur. Selain belajar, ia juga aktif memberi tutorial resmi S-1 dan S-2 serta terlibat dalam berbagai pameran akademik dan presentasi poster.

Tesisnya, “Development of a Software for Designing and Manufacturing of an Impeller”, sekaligus menghasilkan software desain impeller pump layak paten lokal. “Tapi saya tidak mau. Enakan Malaysia, dong,” kata Bram. Suatu saat, jika pulang ke Indonesia, ia mencoba mematenkannya. Selain itu, juga bisa dipakai sebagai “senjata” jika akan bermitra dengan Malaysia.

Kini, di Jepang, Bram fokus di bidang yang didalaminya sejak 2007, yakni smart fluid, baik yang cair maupun gas. Proses studinya tidak berupa aktivitas kuliah atau tatap muka. “Semuanya berbasis penelitian,” ia menambahkan.

Kini tesis S-3 yang disiapkannya adalah soal magnetic and magnetorheological fluids. Risetnya merupakan bagian dari beasiswa JICA. Kini dilakukan di Jepang karena instrumentasi dan bahan materialnya terbilang mahal.

“Untuk gambaran, saya mendapat Rp 100 juta per tahun,” kata ayah dua anak berusia lima dan tiga tahun ini. Uang itu untuk bahan operasional. Selain itu, tambah Bram, masih ada dana dari profesor di laboratorium dan peralatan lainnya milik universitas senilai milyaran rupiah. “Saya taksir Rp 3 milyar-Rp 5 milyar,” kata Bram. Mahalnya biaya terletak pada investasi pembangunan laboratorium utuh, yang jika lengkap bisa mencapai Rp 1 trilyun.

***

Bram bersyukur, UGM dan pemerintah memberi dukungan penuh. “Kalau bukan dosen UGM, saya mungkin sulit mengakses fasilitas di sini. Pihak Jepang juga melihat status dosen dan PNS saya,” ungkap Bram. Ia percaya, sejumlah risetnya potensial untuk dikembangkan dan diterapkan. Riset S-1 bisa untuk bidang aerodinamika pesawat. Penelitian S-2 tentang flooding sangat dibutuhkan di reaktor nuklir.

Soal nuklir, Bram yakin, PLTN mampu menyelesaikan krisis listrik jangka pendek. “Jika nanti infrastruktur energi ramah lingkungan tercapai, barulah PLTN ditinggalkan sejauhjauhnya,” kata Bram.

Bila nanti kembali ke UGM, Bram ingin mengintensifkan riset-riset ke arah paten dan membangun jaringan interdislipiner ilmu. “Insya Allah, bisa lahir banyak temuan yang berguna untuk rakyat,” ujar Bram.

[FINISH HERE].

SUMBER: Blog Muhammad Agung Bramantya.


Amien Rais di Usia Senja

April 7, 2010

Kembali disini kita akan mengangkat sosok Amien Rais. Tulisan ini bukan didasarkan atas ambisi pribadi, kedengkian, atau interes politik tertentu. Interes-nya hanya satu, yaitu mengajak kaum Muslimin lebih dewasa dalam membangun kehidupan. Kita jangan mudah diombang-ambingkan oleh opini menyesatkan, yang kadang dibumbui dengan retorika-retorika melankolik (cengeng).

Beberapa waktu lalu sempat beredar khabar, Amien Rais mau mundur dari PAN, dan ingin masuk ke pengurusan Muhammadiyyah kembali. Ibaratnya, setelah kenyang bermain politik di PAN, dan hasilnya tidak sukses; Amien Rais ingin menghabiskan “masa pensiun” dengan menikmati segala kewibawaan dan sanjung di tengah Jamaah Persyarikatan Muhammadiyyah. Tentu, ia merupakan ide “brilian” bukan? Setelah puluhan tahun melupakan amanah dakwah Islam di Muhammadiyyah, tiba-tiba ingin “pulang kampung” menjadi panglima. “Hebat kali Abang yang satu ini,” begitu kira-kira kata saudara kita dari Tapanuli.

Ijtihad politik yang selalu gagal. Tapi "PD aja lagi".

Namun kemudian Amien Rais mengurungkan niatnya. Dia membuat pernyataan baru yang isinya menganulir niatnya untuk masuk ke tubuh Muhammadiyyah, lalu dia meneguhkan sikap tetap bersama PAN. Publik mungkin terkejut melihat sikap Amien Rais yang bledak-bleduk, mudah membuat pernyataan sensasional, tetapi mudah pula berubah sikap. Tetapi kita tidak perlu terlalu terkejut, sebab itu sudah kebiasaan lama. Seperti kata orang, “Konsisten dalam ketidak-konsistenan.”

Perlu dipahami, Muhammadiyyah sekarang sudah banyak berubah. Ormas besar Islam ini sudah banyak merujuk ke khittah awalnya sebagai Jam’iyah Dinniyyah yang berkhidmah dalam urusan-urusan keislaman dan sosial. Muhammadiyyah tidak lagi menjadi kendaraan politik PAN, tetapi bersikap netral politik. Muhammadiyyah juga bersikap tegas terhadap anasir-anasir Liberaliyun, sesuatu yang tentu kita syukuri. Alhamdulillah Rabbil ‘alamiin. Bahkan Muhammadiyyah saat ini lebih mengedepankan politik kebangsaan, ketimbang politik kepentingan sempit. Salah satu produk fatwa kontemporer Muhammadiyyah yang banyak diapresiasi kalangan Islam ialah tentang fatwa merokok haram.

Jika Amien Rais masuk ke Muhammadiyyah, kita bisa membayangkan resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi warga Persyarikatan Muhammadiyyah. Amien Rais adalah sosok politisi yang pintar melontarkan pernyataan politik dan akrab dengan dunia media massa. Tetapi ia bukan sosok manajer organisasi yang sukses. Buktinya, ya kondisi PAN itu sendiri. Dalam Pemilu 2009 PAN semakin terpuruk. Pada Pemilu 1999 perolehan suara PAN tidak besar, tahun 2004 merosot, tahun 2009 lebih merosot lagi. Nah, itulah bukti nyata prestasi kepemimpinan Amien Rais. Kata orang, fakta lapangan (qaulul haal) lebih kuat ketimbang ucapan teoritis (qaulul lisan).

Malah, disini kita perlu bicara tentang kebenaran apa adanya. Kondisi PAN saat ini adalah kondisi terburuk, sejak partai ini berdiri di awal Reformasi. PAN hari ini adalah partai yang dikangkangi oleh Hatta Radjasa; sedangkan Hatta Radjasa adalah sub sistem dari politik liberalisme SBY. Seharusnya, Amien Rais bekerja keras memulihkan wibawa partainya, agar lurus dan mandiri. Tidak layak Amien Rais ingin masuk ke tubuh Muhammadiyyah dalam keadaan partainya sendiri rusak; lalu dia beresiko menularkan segala kerusakan ke tubuh Persyarikatan Muhammadiyyah. Dia harus memahami, betapa sulitnya membangun kemajuan dan tetap survive di tengah-tengah situasi kehidupan yang penuh gejolak seperti saat ini.

Di sisi lain, PAN telah melakukan DOSA BESAR kepada Soetrisno Bachir, mantan Ketua Umum PAN. Dosa itu dilakukan secara kolektif oleh para politisi PAN dan Amien Rais menyaksikannya. Bahkan sangat mungkin, Amien ikut berserikat dalam dosa politik itu. Dosa apakah yang dimaksud? Ya, PAN membuka pintu lebar-lebar kepada Soetrisno Bachir untuk memimpin PAN, karena dia seorang pengusaha kaya. Benar saja, Soetrisno pun mengorbankan ratusan miliar dana untuk membesarkan PAN dan memenangkan kompetisi politik. Namun, setelah Soetrisno berkorban habis-habisan, agenda politiknya disingkirkan secara licik. Amien Rais secara aktif ikut berperan menyingkirkan Soetrisno dari barisan pengurus PAN.

Dalam dialog dengan TVOne, Soetrisno Bachir mengaku, dengan pengalaman-pengalamannya selama di PAN, dia bisa memahami mana teman yang baik dan mana teman yang curang. Dia juga merasa kecewa ketika menyaksikan orang-orang yang semula dia anggap baik, tetapi kemudian terbukti moralnya tercela.

Sekedar mengingatkan. Pasca Pemilu Legislatif 2009, Soetrisno Bachir ingin membawa PAN berkoalisi dengan Gerindra dan Prabowo Subianto. Meskipun sama-sama memperoleh suara kecil, mereka bermaksud mencari celah untuk maju ke bursa Pemilihan Presiden. Sementara Hatta Radjasa terus bergerilya agar suara PAN dilimpahkan ke kubu SBY, tentu dengan kompensasi kursi kekuasaan bagi Hatta Radjasa. Soetrisno Bachir tidak mau menjual idealisme PAN.

Hatta Radjasa tidak kehilangan akal. Dia langsung bypass ke Amien Rais. Hatta tahu, sekuat-kuatnya Soetrisno Bachir di PAN, masih lebih kuat posisi Amien Rais. Entah, lobi politik apa yang dilakukan Hatta Radjasa sehingga hati Amien Rais menjadi lumer. Seperti biasa, Amien Rais melakukan kebiasaan lama, menjilati ludahnya sendiri. Amien Rais membuat pertemuan petinggi-petinggi PAN di Yogyakarta, tanpa persetujuan dan kompromi dengan Soetrisno Bachir. Tentu saja dalam pertemuan Yogya itu, seorang tokoh yang kemana-mana selalu menjual label “mantan tapol Tanjung Priok” ikut serta. Dia duduk di baris terdepan, dengan senyumnya yang sumringah, mendampingi Hatta Radjasa.

[Betapa hinanya manusia-manusia seperti ini. Tidak ada konsistensi, tidak ada ketegasan sikap, tidak ada sikap amanah, bahkan rasa malu pun sudah lenyap. Padahal Amien Rais itu dulu sangat terkenal dengan ucapannya, “Kambing congek pun tidak akan menanduk batu sampai dua kali.” Lha ini? Mereka mengulang-ulang tontonan kehinaan berkali-kali, dengan modus yang sama, meskipun retorikanya berganti-ganti. Allahu Akbar, laa haula wa laa quwwata illa billah].

Sebelum meresmikan sikap politik PAN untuk berkoalisi dengan SBY, Amien Rais mengucapkan pernyataan super pragmatis. Katanya, dalam berpolitik, PAN harus bersikap realistik, yaitu bergabung dengan kekuatan politik yang peluang menangnya lebih besar (SBY dan Demokrat). Ya Allah ya Karim, begitu murahnya Amien Rais dalam menghargai kadar perjuangan politiknya. Hanya kekuasaan belaka sasarannya. Semua itu jelas tidak sesuai dengan omongan-omongan Amien Rais selama ini, yang sangat menekankan pentingnya moral, melebihi kekuasaan.

Satu catatan yang sangat menjengkelkan. Mengapa Amien Rais sampai membuat pertemuan mandiri, tanpa restu dari Ketua Umum PAN, Soetrisno Bachir? Bukankah itu sama saja dengan mengobrak-abrik mekanisme partai sendiri? Atau dengan kata lain, Amien Rais bersikap sewenang-wenang, tidak mengindahkan aturan partai dan hierarki kepengurusan di tubuh PAN.

Jika disini saya terkesan peduli dengan Soetrisno Bachir, bukan karena memiliki interest politik seperti dirinya, atau memiliki interest lain karena posisinya sebagai seorang pengusaha. Tidak sama sekali. Kita hanya ingin menegakkan supremasi moral saja, dalam konteks apapun. Kalau mengikuti pesan Nabi Saw, “Unshur akhaka zhaliman au mazhluman” (tolonglah saudaramu, baik yang zhalim maupun yang dizhalimi). Pak Soetrisno dalam posisinya sebagai orang yang dizhalimi secara semena-mena, ya harus diberikan simpati padanya.

Dan yang lebih mengenaskan, adalah tokoh-tokoh politisi PAN yang mengikuti saja kemauan Amien Rais, meskipun itu salah dan melanggar aturan partai. Mereka amat sangat oportunis. Mereka tidak memiliki moralitas, idealisme, serta keteguhan sikap. Yang ada hanya kekuasaan, kekuasaan, dan keuangan. Di hari ini, kalau melihat sosok Hatta Radjasa, Patrialis Akbar, AM. Fatwa, dan tokoh-tokoh PAN sejenis; ada rasa nyeri di hati. Orang-orang ini dulunya sangat idealis, sekarang menjadi dedengkot-dedengkotnya oportunisme. Mengerikan!

[Kalau ingat bagaimana kritisnya Hatta Radjasa saat mengkritik Pemerintahan Abdurrahman Wahid dulu, lalu menyaksikan kini betapa jinaknya sikap Hatta Radjasa di hadapan SBY. Allahu Akbar, kekuasaan begitu dahsyat dalam mematikan hati manusia dan membunuh semangat juangnya. Hal-hal beginilah yang kerap membuat masyarakat putus-asa melihat masa depan politik].

Sungguh sedih kalau mengenangi jejak rekam para politisi PAN, khususnya Amien Rais. Entahlah, petunjuk apa yang membimbing jalan mereka? Mereka seperti orang-orang kebingungan yang terperangkap lorong gelap tanpa ujung. Dalam kondisi seperti itu, masihkah mereka memikirkan missi politik Islam dan kepentingan Ummat? Rasanya, terlalu mewah kita menitipkan harapan disini.

Ini seperti percobaan orang-orang yang sok pintar dengan demokrasi; merasa paling nasionalis, paling inklusif; lalu meremehkan nilai-nilai Islam yang seharusnya diperjuangkan. Islam akhirnya hanya menjadi kendaraan politik, dipakai selama menguntungkan; diamputasi, jika merugikan.

Alhamdulillah, kita bersyukur Muhammadiyyah semakin komitmen dengan khittah-nya sebagai Jum’iyyah Dinniyyah, konsisten mengawal institusi-institusi pelayanan Ummat, serta mengembangkan politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan. Muhammadiyyah sudah berada di track yang semestinya. Jika Amien Rais kemudian masuk ke Muhammadiyyah, entahlah apa yang akan terjadi disana? Semoga Allah memberikan kita keselamatan lahir batin, dunia Akhirat. Amin ya Sallam.

Di usianya yang ke-67, kita memposisikan Prof, Dr. Haji Muhammad Amien Rais, sebagai orangtua yang harus dihormati. Tetapi sebagai bagian dari Ummat, kita tidak bisa membiarkan seseorang terus mengeluarkan ijtihad-ijtihad politik yang keliru, sehingga akibatnya sangat merugikan kehidupan Ummat. Harus dicatat, ijtihad politik itu mudah diucapkan. Seseorang tinggal membuat analisis instant, lalu mengundang wartawan untuk menggelar konferensi pers. Mudah. Tetapi resiko ijtihad politik yang keliru bisa menimpakan kesengsaraan besar bagi Ummat.

Apalagi di Indonesia ini ada budaya sosial yang sangat buruk. Kalau ada orang kecil (atau tokoh minor) yang berbuat salah, dia akan segera diadili sekeras-kerasnya, dikecam, divonis, dihujat sekencang-kencangnya. Tetapi kalau kalangan elit yang berbuat salah, semua instrumen sanksi seperti impoten, lumpuh secara kolektif. Bahkan sekali pun kesalahan tokoh elit itu berulang-ulang, hingga sampai ke titik menghujat Allah dan Rasul-Nya, ia tetap ditoleransi, dimaafkan, lalu dilupakan. Malah kalau perlu, sang tokoh digelari “pahlawan nasional”.

Sepertinya, dalam hati masyarakat kita masih ada keyakinan, bahwa kalangan elit adalah “manusia titisan dewa”. Mereka selalu benar, dan tidak boleh salah. Kalau ada yang menemukan kesalahan kaum elit, dengan fakta-fakta yang nyata dan data yang solid, bukan kesalahannya yang harus diubah, tetapi standar kebenarannya yang harus disesuaikan. Masya Allah, sangat mengerikan.

[Konsep “manusia titisan dewa” ini dipakai di berbagai tempat, termasuk dalam lingkup dakwah Islam, gerakan dakwah, partai Islam, dan sebagainya. Kalau elit yang salah, dicarikan pembenaran sebanyak-banyaknya. Kalau orang kecil yang salah, diadili sekeras-keras, dicecar sesengit-sengitnya. Peradaban kita kualitasnya baru sebatas melayani syahwat kaum elit, bukan menegakkan keadilan dan kemakmuran di tengah-tengah Ummat].

Sebagai sesama Muslim, saya menyarankan kepada al mukarram Dr. Amien Rais: “Hendaklah Bapak melakukan pembacaan ulang terhadap segala kiprah politik Bapak selama ini. Cobalah renungkan jalan demokrasi yang Bapak yakini itu, lalu komparasikan dengan missi ajaran Islam yang diamanahkan Allah Ta’ala. Apakah demokrasi versi Bapak tersebut sudah selaras dengan tujuan-tujuan Islam? Jika selaras, apa dampak perjuangan politik Bapak selama ini bagi kemaslahatan hidup kaum Muslimin? Jika tidak selaras, berarti selama ini Bapak menekuni pekerjaan sia-sia. Sesuatu yang tidak mendapat landasan di hadapan Syariat Islam, tidak dihitung sebagai amal di hadapan Allah. Andai setelah proses refleksi ini, Bapak menyadari banyak kesalahan-kesalahan yang Bapak lakukan selama ini, bersikaplah legowo untuk meminta maaf kepada Ummat Islam. Kemudian mundurlah dari gelanggang politik secara kesatria. Diam lebih baik, jika bicara akan membawa fitnah. Setelah itu mari kita sama-sama bertaubat kepada Allah atas segala dosa, sesungguhnya Dia Maha Ghafur Maha Rahiim.”

Ini adalah usulan yang bisa saya sampaikan, sebagai sesama Muslim. Usulan ini seperti “mencarikan jalan pulang” bagi Dr. Amien Rais, di usianya yang sudah senja dengan segala kiprah politiknya selama ini. Dr. Amien Rais belum seekstrem Abdurrahman Wahid, tetapi akibat-akibat kesalahan ijtihad politiknya, ada jutaan kaum Muslimin yang hidup menderita karenanya. Kasihanilah Ummat, sehingga Allah akan mengasihi Anda dan keluarga. Amin.

Kita tutup tulisan ini dengan sebuah doa: “Rabbanaghfirlana dzunubana wa li ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman, wa laa taj’al fi qulubina ghillal lilladzina amanu, Rabbana innaka Ra’ufur Rahiim.” Amin Allahumma amin.

AMW.