Sungguh sangat memalukan. Seorang Presiden Amerika, George Walker Bush, ketika sedang pidato di pertemuan tertutup di Baghdad, dia dilempar sepatu oleh seorang wartawan Irak. Saya melihat kejadian itu dalam berita jam 9 pagi di TVOne, 15 Desember 2008 dan di MetroTV petang, pukul 6 sore.
Lucu sekali. George Bush sedang menyampaikan konferensi pers bersama PM Irak, Nuri Al Maliki. Konferensi itu bersifat terbatas, dihadiri tidak banyak orang. Saat sedang bicara seseorang wartawan TV Al Baghdadiyyah Irak, tanpa diduga-duga, melempar Bush dengan sepatu yang dia pakai. Dia melempar dua kali. Lemparan pertama, agak meleset. Bush dengan jitu bisa mengelak. Lemparan kedua nyaris mengenai Bush, tetapi masih meleset. [Mungkin Bush sering nonton film-film Kungfu Mandarin kali ye…]. Tentu saja, seketika itu pelaku pelemparan diringkus pasukan pengawal Bush dan keamanan Irak. Konon, saat ini wartawan tersebut sedang ditahan di suatu tempat yang dirahasiakan.
Kalau wartawan yang bernama Muntazhar Al Zaidi itu misalnya punya empat kaki dan masing-masing memakai sepatu, mungkin Bush akan mendapat serangan 4 kali. Jadi seperti permainan ketangkasan “melempar kepala badut” di pasar malam. Ya, jadilah peristiwa ini sebuah catatan sejarah, yang amat sangat M-E-M-A-L-U-K-A-N. Tidak ada satu pun kepala negara pernah dihinakan begini, selain Bush.
George Bush setelah itu melanjutkan konferensi pers-nya. Dia mengklaim, dirinya tidak merasa terancam akibat insiden tersebut. [Ya memang benar Pak Bush, Anda tidak usah merasa terancam. Sepatu itu kalau mengenai, tidak sehebat senjata pemusnah massal yang Anda takutkan selama ini. Tetapi masalahnya, Anda adalah satu-satunya pemimpin dunia yang dihinakan manusia dengan cara seperti itu. Jadi ini bukan soal ancaman Pak Bush, hanya soal penghinaan. Jadi, Bapak mohon jangan salah memahami ya!].
Wartawan Al Baghdadiyyah itu akhirnya dicatat oleh tinta sejarah. Dia adalah satu-satunya manusia pemberani yang sukses meruntuhkan kehormatan Presiden negara adidaya, Amerika. Seluruh dunia akan tertawa menyaksikan kejadian itu. Apalagi ia menimpa Presiden Bush yang terkenal dengan prinsipnya: “You are with us, or with terrorist?” Atau slogan lainnya, “Lu mau dikasih wortel, atau dibikin pecel? Pilih aje!” Pemuda wartawan itu setidaknya telah menolong rakyat Irak dalam mengangkat harga diri mereka di depan negara imperialis. Ini pentingnya! Andai sesudah itu dia –dengan berbagai prosesnya- harus dihukum mati, dia telah menunjukkan karya terbaiknya sepanjang hayat. Seakan dia melantunkan bait syair Chairil Anwar, “Sekali berarti, sesudah itu mati!”
Saat wartawan Irak itu digelandang keluar, mungkin dia dimaki-maki habis oleh para pengawal Bush: “Hei, monyet lu ye! Lu mau bikin malu presiden kite ye? Lu sudah bosan hidup ye? Lu mau Guantanamo apa Abu Ghraib? Lu pingin disetrum, digigit doberman, apa direndem air es? Lu sialan ye, presiden cakep-cakep dilempar sepatu. Siapa sih Mak lu? Lu dikasih makan apa sehari-hari, hah? Perbuatan lu itu sangat menghina kami. Sakit hati kami, lebih sakit ketimbang Tim Weiner bicara soal Adam Malik dan CIA. Sekarang lu pilih, mau dikirim ke kutub utara apa Indonesia? Hayo pilih cepet! Di kutub utara dingin banget, kalo di Indonesia terkenal “gak pake mikir”. Sama-sama susahnye lu! Hayo lu mau ambil yang mane…”
Coba pikirkan, bagaimana seorang penyerang bisa lolos pemeriksaan?
Ini pertanyaan serius. Untuk ikut konferensi pers super eksklusif dengan George Bush, di sebuah negeri yang sedang dilanda konflik, jelas pengamanannya amat sangat ketat. Sebagai perbandingan, saat Bush datang ke Bogor waktu itu, wilayah dalam radius 5 km dari Istana Bogor disterilkan. Dalam forum seperti di Irak itu segala aspek yang bisa “meledak” jelas akan ditutup rapat-rapat. Sebuah ide cemerlang, saat segala benda logam dilarang dibawa masuk, seseorang mempersiapkan serangan dengan memakai sepatu. Siapa sangka sepatu bisa dipakai sebagai alat offensif? Meskipun tentu targetnya adalah penghinaan citra, bukan serangan fisik. Sepatu adalah simbol pelecehan, bukan penghancuran.
Bisa jadi, suatu saat orang-orang yang hadir dalam konferensi pers Presiden Amerika akan disuruh telanjang kaki (tidak memakai sandal atau sepatu). Khawatir kejadian yang sama akan terulang. Kalau nanti ada yang menyerang memakai baju, mungkin hadirin juga dilarang memakai baju. Bagaimana kalau misalnya ada yang menyerang memakai celana? Apakah hadirin juga dilarang memakai celana? Wah, saya bisa tidak membayangkan sejauh itu. Hanya lucu saja, misalnya ada konferensi pers kenegaraan, tetapi yang hadir para “atlet renang” semua.
Di internet beredar berbagai versi kreatif tentang sejarah memalukan “Bush dilempar sepatu” ini. Ada dalam bentuk game PS, sepatu berubah menjadi bom, sepatu meleset kena kepala orang lain, dll. Sampai versi cuplikan berita “malu-maluin” seputar Bush. Semua ini menjadi wajah kehinaan lain, setelah rentetan kehinaan-kehinaan sebelumnya. Bush menjadi manusia paling dikutuk oleh seluruh dunia, karena kezhalimannya yang luar biasa. Dia ditentang di negaranya, dihina pula di dunia. Kekalahan Amerika di Irak dan Afghanistan membuat warga Amerika terus menuntut agar pasukan Amerika ditarik. Kekalahan calon Partai Republik, McCain, juga karena ulah-ulah Bush yang sangat tidak rasional. Dan krisis ekonomi Amerika yang sangat akut juga bersumber dari kezhaliman Bush Junior ini.
Dari sisi lain, justru muncul berbagai dukungan dan simpati kepada Al Zaidy. Warga Irak sangat mendukung pelemparan sepatu itu, sebagai ungkapan harga diri negara mereka di atas kezhaliman imperialis Amerika. Tim pengacara Saddam Husein menawarkan pembelaan kepada Al Zaidy. TV Al Baghdadiyyah sendiri menuntut supaya wartawannya dibebaskan. Kemudian muncul tawaran unik, ada yang bersedia membeli sepatu Al Zaidy dengan jumlah uang yang besar. Maklum, ini adalah “sepatu eksklusif”; dia satu-satunya sepatu yang pernah menghina kepada negara Amerika. Pihak keluarga Al Zaidy sendiri sepenuhnya mendukung aksi menghebohkan itu. Bahkan keponakan Al Zaidy akan membalas siapa yang menahan pamannya dengan memukulnya dengan sepatu pamannya. Warga Amerika sendiri tidak sepenuhnya menolak aksi itu, bahkan ada yang merasa ‘sangat konyol’.
Sebuah perjudian besar di balik meledaknya WTC 11 September 2001. Bush menyangka, dengan momentum hancurnya icon kota New York itu, dia akan meraup sangat banyak keuntungan bagi negara (atau company)-nya. Kenyataan berjalan lain, justru Amerika terjerumus ke lubang kehancuran lebih cepat. Akibat-akibat buruk di balik Tragedi WTC 11 September, antara lain:
Pertama, secara psikologis Amerika tersudut sebagai negara pecundang (the loser), sebab negaranya yang katanya maju, tidak mampu menahan serangan dramatik dan kolosal itu.
Kedua, secara ekonomis Amerika dianggap bukan negara yang bagus untuk investasi, sebab terbukti wilayah negaranya menjadi sasaran terorisme, dan tampak di mata publik dunia, Amerika terlalu lemah untuk menghadapi semua itu. Para investor berpikir 100 kali untuk investasi di Amerika.
Ketiga, secara materi dan korban jiwa, kerugian di balik hancurnya double tower WTC amat sangat besar. Ribuan manusia mati terbakar atau tertimbun reruntuhan; ribuan perusahaan atau jaringan perusahaan seketika “terhapus file”; jaringan bisnis yang berkaitan dengan WTC terputus seketika; data-data, informasi, benda berharga, dll di dalamnya hancur menjadi puing-puing.
Keempat, setelah mega kerugian WTC, ekonomi Amerika bukan tertolong, tetapi mereka malah menerjuni peperangan. Dua peperangan besar digelar, di Afghanistan dan Irak. Dua perang ini bukan main biayanya. Menurut Stiglitz, diperkirakan dana yang dikeluarkan Pemerintah Amerika US$ 3 triliun. Padahal dana yang dibutuhkan sebagai talangan krisis finansial saat ini, nilainya US$ 700 miliar (masih seperempat kurang dari dana perang Irak Afghanistan).
Kelima, dari sisi image internasional, Amerika bukan semakin mulia dan dihormati, justru sangat dibenci, dimaki-maki, disumpah-serapahi, dikutuk oleh banyak manusia di dunia. Bukan hanya dunia Islam, masyarakat Eropa pun sangat membenci perilaku sewenang-wenang George Bush. Bahkan warga Amerika sendiri tidak ketulungan bencinya kepada kaum neo-con (neo conservative).
Keenam, ini yang sangat berat bagi Pemerintah Amerika. Banyak ahli-ahli independen di Amerika yang tidak yakin bahwa pelaku peledakan WTC adalah Al Qa’idah dengan Usamah bin Ladin-nya. Para pakar konstruksi sipil, fisika, penerbangan, kebakaran, sampai peminat intelijen, sulit menerima bahwa pelaku peledakan WTC adalah Usamah Cs. Bahkan mereka punya analisis, bahwa yang membentur gedung Pentagon, bukan sebuah pesawat, tetapi rudal yang sengaja ditembakkan. Alasannya, kalau pesawat pasti akan terlihat bekas seretan pesawat di halaman depan Pentagon. Nyatanya, disana tidak ada bekas sama sekali. Rumput tetap hijau, lalu seketika ditutup batu-batu kerikil agar tidak tampak.
Ketujuh, hancurnya WTC yang berujung hancurnya Amerika, hal ini berpengaruh menghancurkan sistem kapitalisme yang sudah ratusan tahun diterapkan. Efeknya bukan hanya seputar Amerika, tetapi juga dunia.
Betapa benar firman Allah, “Mereka telah membuat makar, dan Allah pun membuat makar (untuk menghadapi mereka). Seungguhnya Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Ali Imran: 54).
Di tingkat dunia, penghinaan yang menimpa Bush itu amat sangat memalukan. Ia menjadi “kado terbaik” buat Bush, sebelum lengser jabatan. Sekaligus menjadi “binkisan akhir tahun” menjelang tahun baru 2009 yang tinggal 15 hari lagi. Bush pun dihantarkan menyambut masa pensiun dan hari tuanya, dengan tawa berderai ummat manusia sedunia. Saya yakin, Tony Blair sebenarnya tertawa juga, tapi dia tahan-tahan. [Iya kan Mr. Blair?]. Allah telah menunjukkan makar-Nya di hadapan makar manusia paling angkara murka di dunia. Wallahu a’lam bisshawaab.
AMW. 15 desember 2008.
Catatan: Mohon maaf atas telatnya editing Mr. George “Shoe” Bush.