MODUS Abraham Samad…

Mei 24, 2014

Seperti biasa, Abraham Samad Cs, berulah kembali. Mereka memainkan instrumen KPK untuk bermain politik. Bajunya para “penegak hukum”, tapi hatinya pemain politik.

Menjelang Pilpres diadakan, Abraham Cs, menetapkan pendukung Prabowo-Hatta, Suryadarma Ali sebagai tersangka korupsi di Departemen Agama RI. Katanya, kasus ini sudah beredar sejak bulan Januari, tapi “dipetik” oleh Samad Cs menjelang Pilpres.

Mungkin gak masalah ya “memetik” kasus saat kapan saja. Tapi masalahnya, bagaimana dengan keterlibatan JOKOWI dalam kasus korupsi pembelian bus Transjakarta? Apa Jokowi tidak terlibat di sana? Penggunaan dana triliunan, masak gak terlibat sih?

"Penegak Hukum atau Politisi?"

“Penegak Hukum atau Politisi?”

Sama juga soal Bank Century. Waktu awal memimpin KPK Samad janji, kasus Century kelar dalam waktu satu tahun. Satu tahun saudara. Tapi sampai kini gak kelar-kelar? Kenapa tuh Mad? Kendala hukum atau kendala politik? Aneh.

Jadi intinya, masalah korupsi di Indonesia ini bisa ditangani “sesuai kebutuhan politik”. Gak percaya? Coba ingat kasus LHI! Bagaimana hasil persidangan LHI saat ini? Apakah dia terbukti berbuat korupsi? Apakah ada uang negara dikorupsi? Gak ada. Malah sebenarnya itu masih statusnya “akan berbuat”, bukan “telah terbukti”. Orang-orang KPK stress memikirkan bukti materiil kasus LHI itu. Tapi dampaknya, kasus itu telah “membunuh” PKS dengan kejam. Beginilah modus Samad Cs.

Soal keterlibatan SDA dalam korupsi di Departemen Agama. Kami yakin SDA tidak terlibat korupsi di situ. Alasannya gini: SDA selama ini dikenal sebagai birokrat yang cukup bersih. Lagi pula dia Ketua PPP, masak berani sih lakukan korupsi? Dalam amatan kami, kasus yang dibawa Samad Cs ini semacam kasus “inefisiensi di PLN” yang melibatkan Dahlan Iskan itu lho. Negara dirugikan karena adanya pemborosan penggunaan uang, bukan maksud korupsi. Coba saja ingat, para pejabat SBY berulang-ulang membela Sri Mulyani dan Boediono dengan alasan: “Salah kebijakan tidak bisa dikriminalisasikan”. Harusnya KPK berbuat yang sama dalam melihat kasus inefisiensi di tubuh Departemen Agama.

Tapi kalo nafsunya sudah politik, ya apapun kenyataan bisa digoreng sesuka hati…

Ya tinggal memanfaatkan media-media aneh, seperti MetroTV, Media Indonesia, Kompas, Detik.com, Tempo, dan sejenisnya. Ya gampanglah, mereka kan biasa memainkan nada “korupsitainment”. Gak ada niat baik berantas korupsi sesungguh-sungguhnya.

Kalau KPK dan Samad Cs gentle, kalau gentle ya, harusnya mereka membidik para konglomerat China pendukung Jokowi itu. Tanyakan ke mereka soal dana BLBI 500-600 triliun yang mereka bawa kabur ke luar negeri. Harusnya Samad Cs main kesana, bukan nyari-nyari kasus untuk melakukan “tembakan politik”.

Kita masih ingat kasus SPRINDIK Anas yang beredar secara liar, sebelum Anas ditetapkan sebagai tersangka. Waktu itu kan Samad dianggap bersalah soal beredarnya SPRINDIK itu. Lalu penyidik meminta untuk membuka pesawat Blackberry milik dia. Ternyata dia gak mau memberikan? Aneh, dia suka menyadap komunikasi orang; tapi giliran alat komunikasi dia sendiri tak boleh disentuh aparat. Lagian kenapa gak dipaksa saja ya? Kenapa harus minta izin dulu? Wong petugas KPK itu sering kok blusukan ke rumah orang, tanpa permisi dulu.

Orang-orang semacam Samad Cs itu kayaknya perlu didoakan agar lurus jalannya; tidak berdusta; tidak berkhianat; tidak menjual murah keadilan dan pemberantasan korupsi. Kalau tidak mau jalan lurus, semoga Allah SWT benamkan mereka dalam kehancuran mendasar karena telah mengkhianati amanat kebenaran dan kehidupan rakyat.

Kami yakin SDA tidak bersalah. Tapi seandainya dia benar-benar bersalah…seharusnya Abraham Samad Cs bersikap adil dengan menetapkan Jokowi sebagai tersangka dalam kasus Bus Transjakarta dan aneka kasus korupsi di Solo.

Kamu bisa jujur Mad…?

(Abah).


Lebih Bijak Memahami Posisi Pejuang Suriah (Piagam Kehormatan Revolusi)

Mei 24, 2014

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihil kiram wa sallim ‘alaihim ajma’in. Amma ba’du.

Baru-baru pimpinan Jabhah Islamiyah Suriah, Syaiikh Hassan Aboud dan sejumlah pimpinan faksi pejuang Islam Suriah menanda-tangani teks yang disebut “Piagam Kehormatan Revolusi”. (Isi teks ini dapat dibaca pada edisi terjemahan berikut: http://www.kiblat.net/2014/05/22/tokoh-jihad-nilai-piagam-jabhah-islamiyah-diintervensi-asing/).

Setelah teks piagam ini beredar, segera mendapat tanggapan dari faksi-faksi Mujahidin, khususnya Jabhah Nushrah dan para pemimpin Jihad internasional. Jabhah Nushrah adalah sebuah gerakan Jihad Islam, telah banyak berjasa bagi Ummat ini, telah berkorban habis-habisan dalam membela Ummat di Suriah. Mereka pantas bereaksi, pantas bersikap, dan alhamdulillah pernyataan sikapnya sangat baik, tidak keluar dari ranah Syariat Islam. (Isi teks tanggapan Jabhah Nushrah bisa dibaca pada edisi terjemahan ini: http://muqawamah.com/penjelasan-sikap-jabhah-nushrah-terhadap-piagam-kehormatan-suriah.html).

Munculnya “Piagam Kehormatan Revolusi” ini bila dipahami secara tekstual, bisa menimbulkan kerugian bagi para Mujahidin, baik di Suriah atau Mujahidin secara umum. Minimal akan membuat perpecahan yang ada selama ini semakin membesar. Oleh karena itu sebaiknya kita memandang isi “Piagam Kehormatan Revolusi” itu dalam bingkai yang lebih luas; terutama berusaha menangkap pesan-pesan tidak langsung darinya.

"Jangan Tergesa Menilai. Utamakan Persatuan!"

“Jangan Tergesa Menilai. Utamakan Persatuan!”

Mari kita mulai melihat makna “Piagam Kehormatan Revolusi” ini lebih bijaksana…

[1]. Posisi Jabhah Islamiyah (di bawah pimpinan Syaikh Hassan Aboud) selama ini cukup terjepit. Mereka berada di antara dua titik berbeda, yaitu Jabhah Nushrah yang berangkat dari Irak dan kaum Muslimin Ahlus Sunnah asli Suriah. Saat Jabhah Islamiyah menandatangani piagam tersebut, bukan berarti meninggalkan Jabhah Nushrah atau membuat jarak dengannya; bukan sama sekali. Posisi Jabhah Islamiyah di sana adalah sedang dikelilingi oleh para pejuang asli Suriah yang sedang mengajukan banyak tuntutan dan tekanan. Hal demikian harus dimaklumi.

[2]. Di antara isi piagam itu memang ada yang terkait dengan posisi Jabhah Nushrah. Hal ini janganlah dipandang sebagai sikap ashabiyah kebangsaan atau kesukuan. Tapi seolah memberikan pesan, pihak-pihak internal pejuang Ahlus Sunnah di Suriah, ingin lebih dihargai, ingin memikul peran lebih besar, atau menginginkan agar Jabhah Nushrah lebih mengerem mobilitasnya. Tidak mungkin mereka menolak atau bersikap buruk kepada Jabhah Nushrah, karena memang sejak awal mereka sangat membutuhkan keberadaan para pejuang Islam dari negeri lain.

[3]. Lahirnya piagam tersebut tak bisa dipisahkan dari kejadian tragis yang menimpa mujahid Jabhah Islamiyah, Abu Miqdam rahimahullah wa taqabbalallah fihi. Tersebarnya informasi penyembelihan Abu Miqdam yang dikenal sebagai “Qanaz Dababat” sangat mengguncang para Mujahidin Suriah. Khususnya para Mujahidin Jabhah Islamiyah. Di sini muncul berbagai ketidak-percayaan mereka kepada jamaah Daulah (ISIS) dan pihak-pihak yang masih berhuhungan dengannya. Sementara itu para pejuang Suriah sangat tahu bagaimana komunikasi balas-balasan tulisan yang terjadi antara Dr. Aiman Al Zhawahiri dan juru bicara ISIS selama ini. Di sana mereka melihat, bahwa Jabhah Nushrah sedikit atau banyak masih terkait dengan ISIS. Hal itu mulai membuat kepercayaan para pejuang Mujahidin Suriah mulai melemah, meskipun mereka juga tahu bahwa Jabhah Nushrah juga sama-sama diperangi oleh tentara ISIS. Potensi fitnah ini bisa diselesaikan dengan cara pembicaraan langsung ke pimpinan-pimpinan Mujahidin Suriah, jangan melalui media. Para pejuang senior Mujahidin perlu turun untuk membendung fitnah akibat terbunuhnya Abu Al Miqdam ini.

[4]. Perlu diketahui juga, negeri Suriah berbeda dengan negeri Muslim yang lain. Mereka selama puluhan tahun ditindas oleh rezim minoritas Nushairiyah. Mereka tetap Sunni,tapi diitindas oleh minoritas Syiah. Hal ini menimbulkan kekuatan perlawanan secara luas di masyarakat Suriah, hanya saja perlawanan diam-diam. Maka itu saat terjadi konflik, banyak sekali faksi-faksi Jihad muncul dari negeri ini. Keadaan demikian berbeda dengan situasi di negeri-negeri Muslim lain ketika Jihad berkumandang, hanya kelompok Mujahidin saja yang relatif sibuk. Perlu diingat, sejak era Hafezh Assad gerakan Jihad sudah berkembang di Suriah, bersama Ikhwanul Muslimin. Bahkan mereka itu aktif berhubungan dengan kelompok perlawanan Hamas di Palestina. Maka cara kita mendekati kancah peperangan di negeri ini harus berbeda dengan negeri-negeri lain. Intinya, perlu menjaga perasaan dan kehormatan saudara yang sejak lama tumbuh di negeri perjuangan.

[5]. Selain itu, isi “Piagam Kehormatan Revolusi” itu juga terkait sikap kelompok-kelompok Jihad Suriah terhadap gerakan ISIS. Secara jelas di sana disebutkan, mereka bereaksi keras terhadap klaim murtad yang dilontarkan oleh ISIS terhadap para pejuang dan rakyat Suriah yang tidak mendukung dirinya. Secara basa-basi jubir ISIS, Abu Muhammad Al Adnani, menolak bahwa ISIS mengkafirkan kaum Muslimin. Tapi dalam statement yang berjudul “Udzran ya Amir Al Qa’idah” jelas-jelas mereka mengkafirkan negeri-negeri Muslim Arab, Mesir, dan lainnya; bahkan berniat memerangi semua itu di bawah seorang Khalifah. (Menaklukkan Nuri Al Maliki saja belum bisa, tapi mau memerangi Jazirah Arab, Mesir, Afrika, dan lainnya?). Presiden Mursi saja mereka sebut murtad. Al Adnani tak segan-segan menyebut Jabhah Islamiyah dengan sebutan “Jabhah Laa Islamiyah”. (Ada yang aneh. Al Adnani menyebut pihak tertentu sebagai kelompok “Sururiyah”; di sisi lain mereka mencela pemerintah Saudi sebagai Ibnu Salul. Padahal yang mula-mula mengenalkan istilah “Sururiyah” itu adalah ulama-ulama dukungan pemerintah Saudi. Mana ada ulama Ahlus Sunnah sedunia yang peduli dengan istilah “Sururiyah” selain yang pro pemerintah Saudi? Ini adalah fakta kecil yang bisa bermakna besar). Di titik seperti inilah banyak pihak menyimpulkan perkara khawarij pada diri mereka. Para pendukung ISIS tidak boleh marah atau mengingkari, karena ia jelas-jelas disebutkan juru bicara ISIS dalam pernyataannya. Bahkan pernyataan itu disiarkan di berbagai media pendukung, termasuk di Indonesia. Adanya pernyataan-pernyataan Al Adnani itu harus disyukuri, karena ia memperjelas posisi ISIS di mata kaum Muslimin. Menjadi hak kaum Muslimin Suriah untuk membela diri, karena dalam hadits shahih dijelaskan, siapa yang wafat karena membela harta, agama, keluarganya, dia mati dalam keadaan syahid.

[6]. Adalah suatu reaksi yang bisa dimaklumi tatkala para pejuang Suriah melancarkan perang kepada ISIS, meskipun mereka sendiri sedang diperangi Nushairiyah. Mengapa demikian? Karena selama ini mereka telah ditindas secara kejam oleh Basyar Assad, lalu mereka berjuang ingin bebas, ingin lepas, ingin merdeka dari penindasan. Tapi anehnya, saat mereka sedang berjuang melawan rezim Assad, tiba-tiba datang “penindas” lain dari arah Irak. Pakaian dan simbol mereka seperti Mujahidin, tapi maksud dan tujuan untuk menguasai negara Suriah. Kalau diumpamakan begini: Bangsa Indonesia sedang berjuang mengusir Belanda, lalu tiba-tiba datang pasukan dari Malaysia, seragam dan simbolnya sama seperti pejuang kita; tapi maksud kedatangan mereka untuk menjajah Indonesia, menggantikan Belanda. Di sini Anda bisa memahami perasaan masyarakat Ahlus Sunnah di Suriah? Mungkin ada yang akan membantah, “Jangan terpaku pada konsep batas negara menurut Sykes Picot. Lemparkan itu ke tong sampah!” Jika demikian, kami balik bertanya, “Memang batas negara ISIS itu sendiri seperti apa? Apakah ISIS punya tapal batas yang jelas? Bagaimana petanya? Bagaimana bukti penguasaan mereka atas wilayah dalam peta itu? Bagaimana wujud pemerintahan di sana?” Andaikan ISIS punya tapal batas yang benar-benar jelas, diakui oleh kawan dan lawan; apakah adil ketika mereka datang ke Suriah lalu bermaksud merebut wilayahnya, lalu memaksa rakyatnya berbaiat kepadanya? Apakah tidak sebaiknya ISIS membantu rakyat Suriah lebih dulu untuk membebaskan diri dari penindasan rezim Assad, baru setelah itu mereka memberi pilihan kepada rakyat Suriah untuk mendukung ISIS atau mandiri? Andai perjuangan ISIS di Suriah sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin di sana, pastilah mereka dengan rela akan mendukung kelompok itu. Inilah yang selalu dipertanyakan Ummat selama ini, ISIS mengklaim sebagai Daulah Islamiyah tapi tidak jelas batas dan bentuknya.

[7]. Bagi setiap Mukmin pasti sangat mendambakan sebuah Daulah Islamiyah seperti di masa-masa sejarah Islam yang sudah berlalu. Banyak gerakan-gerakan Islam modern dibangun untuk tujuan ke sana, meskipun caranya berbeda-beda. Namun Daulah ini tentulah suatu tatanan pemerintahan dan masyarakat yang membawa rahmat di muka bumi. Mereka membuka diri dari seluruh Muslim untuk berhijrah kepadanya; mereka mencintai kaum Muslimin dan tidak menuduhnya murtad; mereka menjanjikan pertolongan bagi setiap Muslim, bukan ancaman diperangi; mereka memberi keamanan dan keselamatan, bukan menebar pembunuhan, kekejaman, intimidasi; mereka menghargai kesepakatan dan perjanjian, bukan mau menang sendiri; mereka bertanggung-jawab penuh atas kesejahteraan, keamanan, dan kehidupan Umat; mereka mencintai para pejuang,memberi perlindungan, membantu keperluan, bukan memurtadkan pejuang, membunuhnya, lalu mempertontonkan kekejaman di hadapan manusia; mereka mendukung perjuangan Jihad bukan memporak-porandakan persatuan para Mujahidin; mereka memberi solusi, bukan memperparah keadaan. Kalau gambaran Daulah yang muncul itu penuh masalah, jauh dari karakter Daulah Nabawiyah; jangan salahkan kalau umat manusia meremehkan Daulah itu.

[8]. Tentang keadaan faksi-faksi Mujahidin Suriah sendiri, bisa jadi kondisi mereka saat ini sangat membutuhkan dukungan logistik, peralatan, pendanaan, dukungan politik, dan sebagainya dari internal bangsa Suriah maupun berbagai negara Muslim. Bisa jadi mereka melihat proses konflik di Suriah ini masih panjang, dibutuhkan sangat banyak bekal dan modal. Untuk itu mereka berusaha meraih simpati internal dan eksternal dengan tidak memperlihatkan permusuhan yang tegas terhadap konsep-konsep manusia seperti nasionalisme, demokrasi, sekularisme. Hal ini dipandang sebagai upaya politik, bukan sikap akidah. Betapapun faktanya negeri Suriah saat ini sudah hancur-lebur; para penduduk Suriah kehilangan negeri mereka seperti dulu; untuk membangun negeri ini kembali –sebagai suatu perkara yang memotivasi perjuangan bangsa Suriah saat ini- dibutuhkan tentusaja uluran tangan banyak pihak. Jika hanya mengandalkan modal dan kekuatan para Mujahidin, bisa jadi ada rasa kurang percaya dari diri sebagian pejuang Suriah.

[9]. Kalau dicermati tujuan “Piagam Kehormatan” ingin mencapai negara yang bebas dari penindasan, berdaulat, berkeadilan. Hal ini sebenarnya merujuk kepada konsep-konsep kenegaraan Islam, hanya dibahas dengan ungkapan yang bersifat umum. Bukankan setiap negara berdasar Syariat Islam diharamkan penindasan, rakyatnya merdeka, dan keadilan terlaksana di sana? Hal-hal demikian mesti dibaca sebagai kalimat diplomasi, bukan akidah sekuler. Tidak mungkin para pejuang Islam akan menggadaikan keyakinan dengan kekuasaan sekularisme. Mereka tidak perlu berjuang sebagai Mujahidin jika tujuannya sekularisme.

[10]. Juga perlu dipahami posisi gerakan Ikhwanul Muslimin di Suriah, sebelum pecah konflik dan sesudahnya; kemudian dikaitkan dengan posisi IM di Timur Tengah secara umum. Jabhah Islamiyah diyakini banyak didukung oleh para pejuang Al Ikhwan. Bahkan disebut-sebut, mereka adalah putra-putra para pejuang Islam di era Hafezh Assad di masa lalu. Al Ikhwan saat ini menghadapi tekanan sangat hebat dari pemerintah Saudi, Mesir, UEA, Bahrain, Israel, dan lainnya. Syaikh Al Qaradhawi sampai pindah ke Tunisia, setelah posisi Al Ikhwan di Qatar terdesak. Faksi-faksi Jihad yang berafiliasi ke Al Ikhwan di Suriah berada pada posisi sulit. Maka itu, satu sisi mereka terus mendukung perjuangan untuk menggulingan Bashar Assad, di sisi lain mereka tidak mau membuat musuh baru dari negara-negara di Timur Tengah dan lainnya. Kebijakan pemerintah As Sisi di Mesir benar-benar membahayakan posisi Al Ikhwan, terutama setelah penangkapan tokoh-tokoh seniornya. Bukan hanya itu, asset kekayaan, saluran dana, komunikasi, dll. juga banyak dibekukan. Kalau dikatakan lahirnya piagam itu karena “tekanan eksternal”, mungkin saja. Sebab bagaimanapun, yang berjasa memperpanjang umur gerakan perlawanan Suriah, sebagian besar dari luar.

Demikian, semoga pandangan seperti ini bisa memberikan nuansa lebih bijak tatkala kita melihat realitas perjuangan di bumi Syam yang diberkahi Allah dan didoakan Sayyidul Mursalin SAW. Amin Allahumma amin. Terimakasih.

(Mine).


Bolehkah Membaiat Pemimpin Ahli Bid’ah ?

Mei 18, 2014

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Baru-baru ini datang sebuah e-mail ke alamat “langitbiru” kami. Isi e-mail ini menanyakan tentang boleh tidaknya membaiat pemimpin ahli bid’ah. Kami akan coba berikan jawaban. Berikut isi e-mailnya.

PERTANYAAN: Assalamu’alaikum ustadz. Afwan saya mau tanya tentang masalah yang cukup serius. Moga ustadz bisa membantu. Beberapa waktu lalu sempat ramai tentang isu baiat kepada sebuah jamaah dakwah di negeri Timur Tengah. Ada pro dan kontra. Ada yang mendukung dan langsung ikut membaiat, ada juga yang menolak. Pihak pendukung beralasan, “Ini kan sebuah Daulah Islamiyah, jadi tunggu apa lagi, hayo segera bai’at. Kalau tidak, nanti kamu mati dalam keadaan jahiliyah.” Ada juga yang berpandangan lain, “Jangan dibaiat, itu kan orang Khawarij, kita gak boleh bai’at orang Khawarij karena mereka ahli bid’ah.” Begitulah pro dan kontra. Ustadz mohon diberi penjelasan sekaligus share untuk pencerahan Umat. Jazakumullah khoiron katsiron atas perhatiannya. (Nurhadi, Depok).

JAWABAN:

"Jangan Mendukung Eksistensi Sistem Ahli Bid'ah".

“Jangan Mendukung Eksistensi Sistem Ahli Bid’ah”.

Dengan memohon pertolongan dan ilmu kepada Allah Rabbul Jalali wal Ikram, kami memberikan jawaban sebagai berikut:

[1]. Mula-mula harus dibedakan antara pemimpin ahli bid’ah di atas sebuah sistem (manhaj) ahli bid’ah; dan pemimpin ahli bid’ah di atas sistem Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Kedua hal berbeda dan ada dalam sejarah Islam. Para ulama pun menyikapi berbeda.

[2]. Para ulama menjelaskan, bahwa sekte ahli bid’ah yang dikenal sesat dan keluar dari Ahlus Sunnah Wal Jamaah, setidaknya ada 7 kelompok, yaitu: Khawarij, Syiah Rafidhah, Mu’tazilah, Murji’ah, Jahmiyah, Jabbariyah, dan Qadariyah. Sering terjadi kesesatan suatu sekte menular atau dianut oleh sekte-sekte lainnya. Di era modern, kaum ahli bid’ah ini ditambahkan, yaitu: Liberal (orientalisme), Ahmadiyah, Inkarus Sunnah, pengikut Nabi-nabi palsu modern. Para ulama Ahlus Sunnah sepakat bahwa kelompok-kelompok di ataslah yang menyimpang dari Syariat dan keluar dari manhaj Ahlus Sunnah.

[3]. Secara umum, suatu pemerintahan yang menganut paham ahli bid’ah tidak dianggap sebagai pemerintahan Islam, atau pemerintahan berdasar Syariat Islam, tetapi ya dianggap sebagai pemerintahan ahli bid’ah. Karena secara hakiki paham ahli bid’ah bukanlah paham Islam, tapi paham yang menyimpang. Dengan sendirinya kita kaum Muslimin tidak boleh membaiat suatu pemerintahan ahli bid’ah. Jika pemerintahan ahli bid’ah boleh dibaiat, maka kita harus membaiat pemerintahan Syiah Rafidhah di Iran; pemerintahan Syiah Nusairiyah di Suriah; pemerintahan Syiah Shafawiyah di Iran dan Syiah Ubaidiyah di Mesir, pada masa lalu; juga pemerintahan Qaramithah yang sesat dan kufur. Para ulama Ahlus Sunnah sejak dulu sampai kini tidak melakukan hal itu.

[4]. Pemimpin ahli bid’ah di atas sistem Ahlus Sunnah masih memungkinkan dibaiat, dengan asumsi sang pemimpin tidak mengubah sistem pemerintahan menjadi sistem ahli bid’ah. Di zaman Imam Ahmad rahimahullah, pemerintahan Abbassiyah sempat dipimpin Khalifah ahli bid’ah dari kalangan Mu’tazilah. Ketika itu kepemimpinannya tidak di-makzulkan dan Imam Ahmad sendiri menolak memberontak kepadanya. Jadi pemimpin ahli bid’ah di atas sistem Ahlus Sunnah, masih memungkinkan dibaiat.

[5]. Lalu bagaimana dengan pemimpin di atas sistem Khawarij, bolehkah kita membaiatnya? Kalau benar-benar sistem itu memang mengadopsi ciri-ciri Khawarij, maka kita tidak boleh membaiatnya. Justru terhadap ahli bid’ah harus diingatkan, diluruskan, diperbaiki, bukan didukung di atas bid’ahnya. Dulu kaum Haruriyah di zaman Khalifah Ali RA, mereka tidak dibaiat atau didukung; tapi diminta taubat dan kembali kepada manhaj Ahlus Sunnah. Ketika tak mau taubat, mereka diperangi di Nahrawan. Sangat jelas sikap Ahlus Sunnah dari perbuatan Khalifah Ali RA.

[6]. Di antara ciri pemerintahan (kepemimpinan) Khawarij antara lain: a. Menganggap kebenaran di pihaknya, sementara Muslim lain tak berhak atas kebenaran; b. Mengkafirkan kaum Muslimin yang berada di luar kelompoknya; c. Memisahkan diri dari Jamaatul Muslimin dan membuat tafsiran “Jamaatul Muslimin” sesuai versi mereka sendiri; d. Terang-terangan memerangi kaum Muslimin yang lain, setelah sebelumnya menganggap mereka sebagai murtadin; e. Berbangga dengan kekejaman yang dilakukan atas orang-orang yang menyelisihi manhajnya. Hal itu pernah dilakukan kaum Khawarij ketika mereka membantai Shahabat Khabab bin ‘Arrat RA, juga isterinya yang sedang hamil. Mereka dibantai hanya karena berbeda pendapat.

[7]. Perbuatan kaum Khawarij benar-benar menyalahi Syariat Rasulullah SAW, antara lain sebagai berikut: a. Nabi SAW mengutamakan persatuan kaum Muslimin, sedangkan Khawarij mengutamakan perpecahan dan konflik; b. Nabi SAW menerima, mengakui, dan memuliakan orang yang masuk Islam; sedangkan Khawarij merasa gembira dengan menuduh Muslim di luar kelompoknya sebagai kafir dan murtad; c. Rasulullah SAW menyebarkan ilmu, hidayah, akhlak; sedangkan Khawarij menyebarkan pembunuhan, ketakutan, menyalahi janji, kekejaman; d. Rasulullah SAW lembut kepada Ummat, lembut kepada para Shahabat RA; sedang Khawarij arogan, kasar, menumpahkan darah Ummat; e. Rasulullah SAW memerangi kaum kufar, sedangkan Khawarij memerangi sesama Muslim yang berbeda pendapat; f. Rasulullah SAW menepati janji dan tidak berkhianat, sedangkan Khawarij berkhianat demi memenuhi nafsu sendiri. Demikianlah, banyak segi perbedaan antara sifat dakwah Rasulullah dan kaum Khawarij.

Dari semua ini bisa disimpulkan, kita tidak boleh membaiat kepemimpinan (pemerintahan) ahli bid’ah. Baiat terhadap mereka sama dengan mendukung penyimpangan atas Syariat Islam; mengekalkan bid’ah; serta dikhawatirkan baiat itu akan membuat yang bersangkutan ikut memikul dosa-dosa yang mereka lakukan. Nas’alullah al ‘afiyah.

Semoga jawaban ini bisa membantu memahami persoalan yang ada. Mohon dimaafkan jika ada kesalahan dan kekurangan. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, wallahu a’lam bisshawab.

(Mine).


DKM MMR Bekasi dan KUDETA…

Mei 14, 2014

Tahukah Anda…

Tahukah Anda, apa yang sama dari peristiwa yang menimpa DKM lama Masjid Muhammad Ramadhan, dengan Presiden Mursi di Mesir?

Ya, kedua belah pihak, DKM lama MMR dan Presiden Mursi sama-sama mengalami tindakan kudeta dari pihak-pihak yang tidak menyukainya. Bener gak sih…

Mirip banget. Presiden Mursi dikudeta oleh Marsekal Abdul Fattah As-Sisi yang notabene adalah menterinya Mursi sendiri. Sedang kesuksesan kudeta atas Masjid Muhammad Ramadhan, karena atas rekomendasi Yayasan Al Anshar yang justru berasal dari masjid itu sendiri. Mirip kan…

"Kudeta Menimpa Siapa Saja (yang Muslim)"

“Kudeta Menimpa Siapa Saja (yang Muslim)”

 

Tapi ada lho bedanya? Mau tahu? Jamaah, mau tahu? Tunggu yang satu ini dulu…

Bedanya: Presiden Mursi dan FJP terlibat dalam politik demokrasi: sedang DKM MMR lama, sama sekali tidak terlibat politik demokrasi.

Katanya “yang sialan melulu” para pelaku politik demokrasi? Tapi ini fakta nyata, bahwa yang tidak masuk demokrasi pun dikudeta. Iya gak…

Tapi baiklah… coba kami sebutkan fakta-fakta lain sebagai perbandingan…

[1]. Masjid Babri di Ayodya India dihancur-leburkan oleh para ekstremis Hindu, sampai hancur. Bukan hanya dikudeta, tapi dimusanahkan, tinggal puing-puing saja. Terjadi pada 6 Desember 1992.

[2]. Masjid Merah (Masjid Lal) di Islamabad diserbu pasukan Pakistan, karena dianggap sebagai sarang Jihadis. Para pelajar dari Madrasah Hafshah dan Madrasah Faridia bangkit melawan. Tragedi besar 10 Juli 2007. Korban meninggal 70 orang, 30 di antaranya wanita.

[3]. Masjid Nurul Ikhlas di Cihampelas Bandung, dikudeta oleh PT KAI, dengan dibantu preman-preman. Kejadian 5 Mei 2014. Berita di media-media Islam.

[4]. Sekitar tahun 2002, aset-aset Yayasan Al Haramain, asal Saudi, dibekukan oleh aparat negara, karena tuduhan mendanai terorisme. Yayasan Haramain akhirnya “angkat koper” dari kegiatan dakwah di Indonesia. Belakangan, mereka memenangkan kasus hukum di pengadilan internasional Swiss. Tapi sudah terlanjur “dikudeta”.

[5]. Pemerintahan Islam Thaliban di Afghanistan tahun 2001 dikudeta oleh Amerika Cs, lalu mereka munculkan pemerintahan baru di bawah Karzai. Musibah ini sangat-sangat parah dan menyedihkan.

[6]. Pedagang-pedagang emperan di Pasar Tanah Abang dikudeta oleh Pemda DKI (Jokowi-Ahok), ratusan pedagang, menimbulkan masalah ekonomi bagi pedagang kecil.

[7]. Ratusan pedagang kecil di stasiun Jadebotabek digusur oleh PT. KAI (KCJ) dibantu ratusan aparat marinir dan sekuriti setempat. Bukan hanya dikudeta, tapi di-emek-emek tempat usaha mereka.

[8]. Ada masjid namanya Al Falah di kawasan Geger Kalong Bandung, sekitar 100 m dari Pesantren Daarut Tauhid Aa Gym. Dulunya masjid milik masyarakat Muslim biasa, tapi sejak awal 1990 dikudeta secara diam-diam oleh orang Syiah (Yayasan Al Jawad). Akhirnya kini jadi masjid “milik” Syiah.

Kalau dipikir-pikir…yang mengalami kudeta bukan hanya pelaku demokrasi saja. Coba perhatikan, Pemerintah Thaliban saja dikudeta.

Jadi kesimpulan?

Simpulkan sendiri dah…

(Abah).

 

 

 


Sebuah Humor Unik

Mei 12, 2014

Alhamdulillah, saat dalam tekanan, gelisah, jadwal bertumpuk, kadang Allah menghibur dengan hal-hal lucu. Contohnya, sebuah humor di bawah ini. Dikutip dari seorang kawan di Facebook; dia copas dari sumber Idjon Janbi. Semoga bermanfaat dan menghibur ya.

__________________________________________________________

 

ANAK CERDAS DARI JEPANG

Sebuah SMU di Amrik, saat kelas Sejarah, disitu ada seorang siswa baru dari Jepang yang bernama Suzuki Yamaguchi.

Ibu Guru : “Anak-anak, siapa yang terkenal dengan pernyataan ‘Kebebasan atau Kematian’…?” Suasana kelas hening 1 menit dan tiba-tiba Suzuki mengangkat tangannya : “Patrick Henry, tahun 1775 di Philadelphia…”

Ibu Guru :”Bagus sekali, Suzuki!

"My Name Clever Boy..."

“My Name Clever Boy…”

Dan siapa yg mengatakan ‘Negara ini dan Bangsa ini tidak akan pernah mati’…?” Suasana hening lagi.

Suzuki angkat tangan lagi : “Abraham Lincoln, tahun 1863 di Washington.”

Ibu guru memandang murid-muridnya : “Kenapa kalian ini? Suzuki orang Jepang, tetapi tahu sejarah Amerika dari pada kalian.”

Semua murid terdiam, tiba-tiba dari belakang ada yang teriak : “Pergi kamu, Jepang sialan!!”

Ibu Guru : “Hey…siapa yang mengatakan itu?”
Kembali Suzuki langsung mengangkat tangannya: “Jendral Mc Arthur, tahun 1942 di Guadalcanal…”

Suasana kelas semakin rame dan gaduh, tiba-tiba ada yang teriak : “Suzuki sialan, brengsek!”

Bu Guru : “Hey….siapa yang mengatakan itu?!”
Eeh…Suzuki malahan menjawab : “Valentino Rossi di Rio de Janeiro, Brazil, pada Motor Grand Prix tahun 2002…”

Ibu Guru semakin gusar dan berkata : “Sekali lagi kalian berbicara, akan kugantung kau di Monas…!!”
Suzuki menjawab : “Anas Urbaningrum, tahun 2012, pada kasus Hambalang di Indonesia!”

Ibu guru mengelus dada sambil geleng-geleng : “Waduuhh… Saya prihatin…”
Suzuki berteriak : “SBY presiden Indonesia ke 6!”

Ibu Guru semakin stress, lalu tepok jidat: “Wis aku ra popo…”
Suzuki berdiri dan berteriak : “Jokowi, calon Presiden Indonesia 2014!!”

He he he…

Sebuah humor lucu, menarik, memakai referensi. Alhamdulillah.


5 Rahasia Politik Nasrani di Indonesia

Mei 6, 2014

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Kehidupan bangsa Indonesia ini tak bisa dilepaskan dari urusan politik. Politik adalah “seni menguasai kekuasaan lalu mengelolanya”. Kalangan Nasrani (Protestan, Katholik, dan aneka sekte lainnya) selalu bersemangat memasuki gelanggang politik, berbeda dengan Ummat Islam yang banyak konflik tatkala berbicara politik.

Kalau merunut perjalanan waktu, maka politik Nasrani di Indonesia dimulai dari era KOLONIALISME Belanda. Sebagian pribumi murtad dari agamanya, lalu menjadi pemeluk Katholik, Protestan, dan lainnya. Eksistensi Nasrani di Indonesia diawali oleh Kolonialisme, karena merekalah yang membawa agama itu ke Tanah Air. Slogan lama yang mereka elu-elukan: Gold, Gospel, Glory. Dan ternyata, di zaman modern ini karakter politik Nasrani tidak berubah jauh dari akar eksistensinya.

Menjelang Pileg April 2014 yang lalu, menjelang Pilpres Juli 2014, kembali geliat politik Nasrani menggeliat, terutama melalui lembaga gereja, media-media seperti Kompas, Suara Pembaharuan, dan lainnya; juga melalui gerakan politisi, calon legislatif, aktivis gereja, dan seterusnya. Mereka tidak mungkin akan melupakan urusan politik (kekuasaan) ini, terlepas seberapa besar apapun hasil yang mereka dapatkan dari usaha-usaha politik itu.

"Kuda Troya untuk Memuluskan Kolonialisme Dunia"

“Kuda Troya untuk Memuluskan Kolonialisme Dunia”

Kita sebagai Ummat Islam harus memahami karakter politik Nasrani ini, sebab sekian lama politik demikian selalu menjadi trouble maker bagi kehidupan Ummat Islam, bahkan menjadi sumber masalah bagi kehidupan rakyat Indonesia secara umum.

Berikut ciri-ciri politik Nasrani dari waktu ke waktu di Indonesia:

[1]. Karakter dasar politik Nasrani ialah ISLAM PHOBIA atau ANTI ISLAM. Hal itu sama dan sebangun dengan missi anti Islam yang dianut para kolonial klasik dan modern. Karena itulah mereka mati-matian memadamkan tumbuhnya kesadaran Islam, dengan berbagai cara. Seperti Kompas, mengapa media ini membuka hati dan dirinya kepada pemikir-pemikir Liberal? Ya karena tujuan paham Liberal itu adalah DEISLAMISASI, atau menghancurkan konsep Islam dari dasar-dasarnya. Media-media Nasrani akan mendukung apa saja yang destruktif bagi ajaran Islam.

[2]. Politik Nasrani bersifat ELITIK. Jangan bayangkan bahwa semua warga Nasrani, kaum Nasrani, rakyat Nasrani terlibat dalam urusan politik semacam ini, atau kebencian kepada Islam dan Ummatnya. Politik demikian hanya dijalankan oleh kaum elit-elit gereja, oleh media-media semacam Kompas, oleh politisi-politisi Nasrani, juga oleh para aktivis Nasrani yang bekerja dengan pamrih tertentu. Mereka ini sering memprovokasi dan mengagitasi rakyat Nasrani untuk melancarkan kebencian, memusuhi Islam, dan seterusnya. Logika yang selalu mereka kembangkan, kurang lebih begini: “Kalau Islam berkuasa di Indonesia, nanti kaum laki-laki Nasrani akan disunat, kaum wanitanya akan dijadikan isteri poligami, gereja akan ditutup, kebaktian akan dilarang, orang yang murtad akan dihukum mati, dan seterusnya.”

[3]. Politik Nasrani sebenarnya tidak peduli dengan nasib rakyat Nasrani di bawah. Ini fakta dan nyata. Jangankan kita berharap mereka akan peduli kepada kaum Muslimin, wong kepada kaum mereka sendiri saja, mereka juga tak peduli. Tujuan Kristenisasi sendiri adalah sangat politik. Misionaris Nasrani akan berusaha melakukan berbagai cara untuk mengubah data KTP seseorang. Jika semula agama tertulis Islam, Hindu, atau Budha, mereka akan berusaha agar keterangan agama berubah menjadi Kristen atau Katholik. Mereka akan memberikan fasilitas apa saja, agar kaum lain berubah data KTP-nya. Kalau sudah berubah, ia dianggap sebagai data politik; kalangan gereja akan segera mengklaim bahwa mereka punya umat Kristiani sekian-sekian, sesuai KTP yang mereka kumpulkan. Sedangkan tanggung-jawab untuk memperbaiki kondisi kehidupan warga Nasrani itu, memperbaiki ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan, dan seterusnya, TIDAK MEREKA LAKUKAN.

Mengapa kita melihat banyak aktivis Sosialis (Komunis) yang background keluarganya Nasrani? Bisa jadi, mereka adalah mantan-mantan penganut PKI di masa lalu, kemudian masuk Nasrani untuk berlindung. Tapi bisa jadi pula, mereka menjadi aktivis Sosialis (Komunis) karena sangat kecewa dengan sifat elitis gereja. Bahwa gereja selalu memprovokasi umatnya dengan hasutan kebencian kepada Islam dan kaum Muslimin; pada saat yang sama mereka tidak peduli dengan kehidupan umat Nasrani itu sendiri. Kalau para politisi Nasrani itu jujur, sebenarnya mereka sudah punya pengikut besar di dunia; jika demikian, mestinya mereka berdayakan umat itu sebaik-baiknya, bukan dibiarkan. Singkat kata, politik Nasrani itu hanya menguntungkan sejumlah kecil elit-elitnya saja. Tidak banyak manfaat untuk mengangkat derajat kaum Nasrani di bawah. Sejatinya rakyat Nasrani di bawah masih sangat banyak yang miskin, terlilit hutang, pengangguran, dan sebagainya.

[4]. Politik Nasrani sejatinya hanyalah merupakan kepanjangan tangan dari politik Kolonialisme. Hal itu tak diragukan lagi. Saat kapan saja bangsa ini berusaha menjadi baik, berusaha lebih berdaya, berusaha lebih kuat; maka kalangan elit-elit Nasrani tidak akan menyukainya. Mereka lebih menyukai Indonesia selalu berada di bawah kekuasaan Kolonial, seperti di era Belanda di masa lalu. Apa yang terjadi saat ini, penguasaan 70 % ekonomi nasional di tangan asing, tak lepas dari hasil perjuangan para politisi Nasrani. Kita masih ingat bagaimana Soeharto terus didesak oleh media-media Nasrani agar meminta bantuan IMF, sehingga hasilnya negeri ini hancur-lebur. BJ. Habibie diserang oleh Forkot, Fordem, Famred, dan seterusnya sehingga gagal menjadi presiden kembali. Di era Megawati, yang didukung banyak anggota legislatif Nasrani, menjuali aset-aset negara dengan harga murah. Begitu juga munculnya SBY dan berkuasa 10 tahun di negeri ini, juga berkat bantuan pencitraan media-media Nasrani. Kini politik Nasrani merapat ke Jokowi, karena memang tidak suka jika bangsa ini menjadi mandiri, berdaulat, dan hidup dalam kesejahteraan seperti diharapkan.

[5]. Politik Nasrani pada dasarnya sangat merugikan kehidupan bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya kaum Muslimin atau aktivis Islam saja. Politik mereka sudah membahayakan NKRI itu sendiri, tidak sesuai dengan konsep Pancasila, Pembukaan UUD 1945, bahkan berpotensi membuat sengketa antar elemen-elemen bangsa Indonesia. Bukan hanya Syiah Rafidhah yang harus diwaspadai, atau Liberal Neolib, tapi juga politik Nasrani ini.

Satu momen penting perlu diingat, tentang Tragedi Ambon 1999. Peristiwa ini bisa menjelaskan karakter politik Nasrani di Indonesia. Tragedi Ambon sangatlah di luar dugaan masyarakat Ambon sendiri. Mereka tidak membayangkan antar pemeluk Nasrani dan Muslim saling memerangi, saling membunuh, dan menghancurkan. Padahal semula mereka, meskipun beda agama, diikat oleh konsep toleransi Pella Gandong. Sebelum terjadi tragedi itu, para preman asal Ambon yang ada di Jakarta, diminta pada pulang kampung. Mereka dari kalangan Nasrani dan Muslim saling bergaul, bercanda, ngobrol di atas kapal, menuju Ambon. Ketika sampai di darat, sudah berkumpul dengan warga masing-masing, para preman ini tiba-tiba menjadi bermusuhan. Sangat kelihatan kalau tragedi itu telah diatur sebelumnya. Ketika kaum Muslimin melakukan reaksi dengan menyurakan Jihad Fi Sabilillah, media-media Nasrani teriak-teriak penuh khawatir. Dan lucunya, elit-elit Nasrani memprovokasi rakyatnya sehingga terjadi konflik berat, tapi kemudian mereka mau cuci-tangan setelah konflik menimbulkan kerugian-kerugian besar. Warga Ambon terus bertanya-bertanya, mengapa terjadi Tragedi Berdarah 1999, padahal sebelumnya mereka bersaudara?

Ayat yang sering dibaca kaum Muslimin adalah ini: Wa lan tardha ankal yahudu wa lan nashara hatta tat-tabi’a millatahum (tidak akan pernah rela kepadamu -wahai Muhammad- orang Yahudi dan Nasrani, sampai kamu mengikuti jalan mereka). Surat Al Baqarah: 120.

Menariknya, dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain dijelaskan bahwa kaum Muslimin itu dekat dengan kaum Nashrani, sedangkan kaum Yahudi dekat dengan kaum musyrikin. Contoh, ketika terjadi perang antara Persia dan Romawi, kaum Muslimin menyukai kemenangan bagi Romawi, sedangkan kaum musyirikan Makkah menyukai kemenangan Persia yang sama-sama paganis. Ketika terjadi Perang Ahzab, kaum musyrikin bersekutu dengan kabilah-kabilah Yahudi di Madinah, untuk menikam Islam dan Ummatnya. Sedangkan Nabi SAW merestui hijrah para Shahabat ke negeri Nasrani, Habasyah (Ethiopia). Bahkan diceritakan, Kaisar Heraklius sendiri sebenarnya bersimpati kepada Nabi Muhammad SAW dan Islam, hanya saja orang-orang di sekitarnya tidak setuju atas simpati beliau.

Ternyata, Nasrani itu tidak ganas semua, tidak anti Islam semua. Yang anti Islam dan ganas, adalah Nasrani yang KONSEP AGAMA-nya telah DISETIR oleh Yahudi. Kalau Nasrani yang murni, merujuk kepada nilai-nilai Injil klasik yang belum dikontaminasi oleh tangan-tangan Yahudi, seperti Injil Barnabas; mereka bersikap baik kepada Ummat Islam. Coba perhatikan ayat Al Baqarah 120 di atas, kata Yahudi disebutkan lebih dulu, lalu diiringi kata Nasrani; hal ini mengisyaratkan satun makna, bahwa Nasrani yang ganas itu adalah hasil provokasi Yahudi, atau hasil campur-tangan Yahudi atas agama mereka.

Jujur kami sendiri juga merasa heran. Di antara semua jenis sekte dan agama di luar Islam, sebenarnya yang dekat dengan kita adalah kaum Nasrani. Bahkan sikap Islam kepada mereka jauh lebih baik dan tidak memaksakan. Masih ingat bagaimana sikap warga Nasrani Yerusalem ketika pasukan Khalifah Umar RA ditarik dari Yerusalem? Mereka menginginkan pasukan kaum Muslimin tetap berada di Yerusalem, bahkan bersedia memberi tambahan upeti (dana keamanan) jika pasukan Islam mau bertahan. Mereka bersikap begitu, karena pasukan Islam menghormati gereja-gereja mereka, tidak melanggar kehormatan dan hak-hak kaum wanita mereka, tidak menganiaya mereka.

Seharusnya muncul dari kalangan Nasrani di Indonesia orang-orang yang mau memperbaiki kondisi ini. Mereka harus berani bersikap tegas dan kritis kepada politik Nasrani yang selama ini lebih mengabdi Kolonialisme dan menyia-nyiakan kehidupan bangsa. Sudahlah, kalau mereka tak mau melihat umat Islam, lihat bangsa Indonesia! Toh kita semua peduli dengan negeri ini. Mereka harus tahu, tidak mungkin dan tidak akan kaum Muslimin berbuat kekerasan kepada kaum Nasrani, kecuali sebagai reaksi atau jika terjadi kezhaliman-kezhaliman. Karena perbuatan kekerasan tanpa alasan tidak dibenarkan dalam Islam, dan tidak ada realitasnya dalam sejarah Islam selama ribuan tahun.

Demikian, semoga tulisan sederhana ini bermanfaat. Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. Wallahu a’lam bisshawab.

(Mine).


Prabowo dan Kesempatan Terakhir NKRI

Mei 1, 2014

(Edited version).

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Sebenarnya yang menjadi masalah di negeri kita ini adalah sifat KHIANAT. Itu masalah laten, sejak zaman perjuangan dulu. Banyak orang kita ini wajahnya, pakaian, bahasa, cara bergaul seperti kita. Tapi hati di pihak musuh. Inilah yang selalu menjadi sumber masalah bangsa ini.

Kalau Jokowi terpilih sebagai presiden RI, ya dapat diperkirakan kehidupan bangsa ini akan semakin hancur-lebur. Jaringan mafia China akan semakin merajalela; penguasaan sumber-sumber energi dan tambang oleh Amerika, negara-negara Eropa; potensi pasar akan dimonopoli produk Jepang, Korea, dan produk asing lainnya; format keuangan negara akan terus bergantung ke hutang luar negeri; subsidi ke rakyat akan terus dikurangi, karena uang APBN dipakai untuk membayar hutang dan bunganya; dan tentu saja jaringan pasar domestik akan dikuasai mall-mall, hyper market, minimarket sejenis Alvamart, Indomaret, dan lainnya. Bahkan dunia pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan pun akan dikuasai usahawan-usahawan China. Hal semacam ini sudah tergambar jelas di depan mata.

Ayo Bekerja Selamatkan Masa Depan Bangsa.

Ayo Bekerja Selamatkan Masa Depan Bangsa.

Nanti secara sosial kita akan dapati banyaknya aliran-aliran sesat gentayangan; kaum hedonis dan homoseks semakin menjadi-jadi; kehidupan masyarakat dikuasai oleh TV yang berani menghina agama dan simbol-simbol kesuciannya; peredaran narkoba, seks bebas, pornografi, pelacuran, dan seterusnya akan semakin menjadi-jadi. Termasuk tentunya bencana alam akan terus melanda sebagai “bonus kehidupan”.

Ancaman yang paling parah, negeri Indonesia atau NKRI ini akan terpecah-belah. Ya alasannya sederhana, ketika Jakarta tidak bisa memperbaiki keadaan negara, ya rakyat di daerah akan semakin realistik. Mereka akan berpikir: “Buat apa mengandalkan Jakarta, sementara mereka tidak peduli dengan kita di daerah? Sudahlah merdeka saja!” Dalam keadaan gerakan separatis marak dimana-mana, anggota Kopassus dan Brimob akan sangat sibuk bekerja.

Jadi intinya, masa depan NKRI dipertaruhkan di bawah ancaman kepemimpinan Jokowi nanti. Ya semua ini merupakan konsekuensi dari dipilihnya PRESIDEN BONEKA yang menghamba pengkhianatan dan kehancuran. Jokowi adalah sosok terbaik untuk missi tersebut.

Kini di hadapan kita ada sosok Prabowo Subianto sebagai pilihan. Orang ini sebenarnya masih banyak kekurangan dan kelemahan, layaknya tokoh-tokoh politik yang lain. Tapi kita percaya dengan tekad dan niat baiknya untuk mengarahkan haluan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik. Dia tidak disukai oleh siapapun yang kini mati-matian mendukung Jokowi, seperti jaringan Mafia China, Amerika, Singapura, negara-negara kapitalis Eropa, dan sebagainya.

Dalam pandangan kami, posisi Prabowo sangat strategis. Ia merupakan kandidat yang kuat untuk melawan pencitraan Jokowi. Dia punya kemampuan dalam memimpin dan bersikap. Dia juga punya program-program menuju kedaulatan bangsa, seperti layaknya Hugo Chavez dan Eva Morales. Kalau misalnya dalam dirinya ada kekurangan-kekurangan, maka para kandidat dari komunitas Muslim juga punya kekurangan, yaitu tingkat popularitas dan elektabilitas yang kurang dibandingkan sosok Jokowi. Misalnya seluruh suara partai Muslim 32 % merapat ke sosok tersebut; masalahnya, bagaimana dengan 68 % sisanya? Ini kan Pilpres, bukan Pileg lagi. Kalau 60 % suara masuk Jokowi, jelas dia akan menjadi RI-1. Cobalah gunakan nalar politik yang agak baik.

Kini carilah jalan untuk memperjuangkan kesempatan terakhir NKRI. Kami sendiri hanya sekedar memberi saran dan masukan.

Ada yang mengingatkan kami, “Hati-hati, jangan terlalu keras menyerang Jokowi. Kalau nanti dia menjadi presiden, bisa bahaya Anda.” Kami katakan: justru para pengecut itu yang bahaya nasibnya. Mereka tidak dibutuhkan dalam kehidupan ini. Alam semesta, manusia, dan Rabbul ‘alamiin tidak menyukai kaum pengecut. Malah orang-orang yang teguh hati, kuat dalam sikap, dan berpihak kepada Ummat, insya Allah akan selalu baik-baik saja. Kalau pun dia meninggal dalam perjuangan, itu ditakar sebagai kematian syahid, insya Allah.

Kami tidak gentar menghadapi masalah serumit apapun di negeri ini. Rabb kami adalah ALLAH TA’ALA, yang menguasai jagad raya. Agama kami adalah Islam yang sempurna, ideal, penuh berkah. Rasul kami adalah Sayyidul Mursalin, Muhammad SAW. Panduan hidup kami adalah Al Qur’an. Dengan keempat wasiat ini, apa yang harus ditakutkan? Kami tidak akan gentar menghadapi apapun, karena alam raya ini, termasuk Indonesia di dalamnya, adalah milik Allah Ta’ala, Rabb kami.

Rasul SAW mengingatkan: “Laa tatamannau liqa’al ‘aduw, was’alullaha al ‘afiyah; wa in laqitumuhum fashbiruu, wa’lamuu annal jannata tahta zhilalis suyuf” (janganlah kalian merindukan bertemu musuh, tetapi mintalah keselamatan kepada Allah; namun bila kamu sudah menghadapi musuh, bersabarlah; ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah naungan pedang).

Semoga bermanfaat! Amin ya Sallam.

(Mine).