* Di balik bacaan Al Qur’an, sejatinya ada RAHMAT ALLAH. Tapi kita kurang melihatnya.
* Kalau kita diminta membaca FASIH dan TERATUR seperti imam-imam masjid di Saudi. Pastilah sangat sulit. Butuh hafalan, latihan, pengalaman panjang.
* Apalagi kalau disuruh membaca Qiraah ala MTQ, pasti lebih susah lagi. Selain mengerti lagu, hafal ayat, nafas harus panjang, suara harus jernih. Ini lebih susah.
* Maka SEMUA Muslim di dunia dimudahkan membaca Al Qur’an. Sesuai kemampuan, keadaan, dan kebisaan dia melagukan masing-masing. TIDAK DIWAJIBKAN mengikuti lagu-lagu sulit yang dia tidak mampu melakukannya.
* Kaidahnya ada dalam ayat: “Faqra’u maa tayassara minal Qur’an” (bacalah apa yang Dia mudahkan dari Al Qur’an). Surat Al Muzammil.
* Di sini terdapat rahmat Allah. Kita tidak dibebani membaca dengan lagu-lagu tertentu. Bacalah yang dimudahkan bagimu. Selagi mengikuti tajwid, panjang pendek, waqaf, dan makhraj huruf…insya Allah sampai pada BACAAN AL QUR’AN yang benar.
* Melagukan Al Qur’an dengan lagu (nagham) non Arab, sangat bisa dilakukan. Bahkan mau memakai irama melayu, pop, dangdut, juga bisa. Membaca dengan model koor GEREJANI juga bisa.
* Tapi cara begitu jelas MEMAKSAKAN DIRI, mementingkan aspek hiburan, dan menyebarkan fitnah. Ya faktanya timbul keresahan sosial seperti saat ini.
* Herannya, sebagian ulama yang pakar ilmu Al Qur’an malah terkesan PERMISSIF. Apa dia tidak sadar, bahwa menyatukan Ummat itu sangat sulit, sedang memecah belah sangat mudah? Entahlah.
* Menjadi alim itu kan bukan cuma title Pak. Tapi ada amanat Allah dan Rasul-Nya di sana. Iya tidak.
* “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Surat Al Anfaal: 27).
* Mereka membolehkan bacaan Al Qur’an di atas metode lagu-lagu hiburan. Astaghfirullah…
(Mine).