Cara Misionaris Syiah Menjerat Manusia!

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Cara-cara misionaris Syiah (Rafidhah) dalam menjerat manusia, agar mengikuti ajaran mereka; tak ubahnya seperti cara-cara misionaris Kristen. Mereka ini wajib dihadapi, diwaspadai, ditangkal, dan dihentikan aksi-aksi misionarisasinya. Kaum Muslimin bisa kufur kalau secara sadar mengikuti akidah mereka.

Apakah ajaran Syiah (Rafidhah) sedemikian sesat sehingga bisa menimbulkan kekufuran bagi mereka yang mengikutinya?

Banyak segi dalam ajaran Syiah itu yang bisa membuat para penganutnya kufur dari jalan Islam, antara lain:

(o) Melaknat para Shahabat Radhiyallahu ‘anhum, khususnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah, Abu Hurairah, dan lain-lain. Perbuatan melaknat ini kekufuran, sebab Allah Ta’ala sudah ridha kepada para Shahabat (At Taubah: 100).

(o) Meyakini bahwa isteri-isteri Nabi, Radhiyallahu ‘anhunna, bukan termasuk Ahlul Bait Nabi. Dalam Surat Al Ahzab ayat 33 jelas-jelas disebutkan bahwa isteri-isteri Nabi adalah Ahlul Bait beliau. Allah mengakui mereka sebagai Ahlul Bait Nabi, tetapi kaum Syiah tak mengakui. Hebat betul.

(o) Meyakini bahwa Kitab Suci Al Qur’an sudah diubah oleh para Shahabat, sehingga Al Qur’an di sisi kita selama ini dianggap palsu. Ini adalah tuduhan sangat jahat dan keji. Keyakinan ini bertentangan dengan Surat Al Hijr ayat 9, bahwa Allah akan selalu menjaga Al Qur’an.

(o) Meyakini bahwa Imam-imam Syiah adalah manusia ma’shum, terjaga dari kesalahan, kata-kata mereka merupakan dasar hukum agama. Hal ini sama saja dengan meyakini, bahwa ada syariat baru yang diturunkan Allah setelah sempurnanya Syariat Islam. Jelas ini bertentangan dengan Al Maa’idah ayat 3. Bahkan ia seperti keyakinan Ahmadiyyah yang meyakini ada Nabi lain setelah Nabi Muhammad Shalallah ‘Alaihi Wasallam.

(o) Meyakini bahwa Imam-imam Syiah memiliki sifat rububiyyah (ketuhanan) yang sebenarnya hanya layak menjadi sifat Allah Ta’ala. Ini adalah akidah kemusyrikan yang jelas-jelas bertentangan dengan TAUHID.

(o) Meyakini akidah Bada’, yaitu selalu muncul ilmu-ilmu baru yang sebelumnya belum diketahui oleh Allah Ta’ala. Dengan akidah ini, kaum Syiah bisa menampung ajaran apapun, sekalipun kekufuran yang amat sangat kufur. Karena ia dilegitimasi dengan pemikiran, “Selalu muncul ilmu Allah yang baru. Hal-hal baru, kalau menarik, boleh diambil.” Keyakinan ini sama saja dengan membuang Syariat Islam dari dasar-dasarnya.

(o) Melegalkan perzinahan melalui praktik Nikah Mut’ah. Pelaku nikah mut’ah kalau melakukan perbuatan itu karena dorongan nafsu, dengan tetap meyakini bahwa perbuatan itu haram (telah diharamkan oleh Nabi), maka masih mungkin dia akan diampuni Allah Al Ghafuur. Tetapi kaum Syiah mengklaim, nikah mut’ah itu amal shalih yang besar pahalanya. Hal ini sama saja dengan “al istihlal bi maa haramallahu bihi” (menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah). Sikap demikian termasuk jenis kekufuran.

(o) Meyakini bahwa kaum Ahlus Sunnah halal darahnya, halal hartanya, halal kehormatannya; ini adalah keyakinan bathil yang mewajibkan para penganutnya terkena hukum kekufuran. Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Kullu muslim ‘alal muslim haramun ‘irdhuhu wa maaluhu wa damuhu” (setiap Muslim atas Muslim lainnya, diharamkan kehormatan, harta, dan darahnya). [HR. At Tirmidzi].

Dengan keyakinan-keyakinan seperti di atas, maka gerakan misionaris Syiah SERUPA belaka dengan gerakan Kristenisasi. Kalau mereka berhasil memasukkan seorang Muslim ke dalam kelompoknya, itu sama seperti telah berhasil memurtadkan dia.

Disini kita perlu mengenali cara-cara kerja misionaris Syiah Rafidhah, agar kita bisa mewaspadai, menghindari, atau mematahkan cara-cara licik mereka. Hanya kepada Allah Ta’ala kita memohon ‘afiyat dan salamah. Amin.

Berikut ini cara-cara yang biasa dilakukan misionaris Syiah Rafidhah untuk menjerat manusia, antara lain:

[1]. Mereka mula-mula akan melihat calon target yang akan mereka dakwahi. Target ini bisa dikelompokkan dalam jenis: ‘alim, pertengahan, awam. Orang alim dianggap “klas A”, orang pertengahan dianggap “klas B”, dan orang awam dianggap “klas C”. Untuk masing-masing target berbeda pola dakwahnya.

[2]. Bagi orang ‘alim, misionaris Syiah akan mulai menanamkan keraguan terhadap hadits-hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Mereka akan berlagak ilmiah. Tujuannya, akan menanamkan keraguan terhadap hadits-hadits Nabi. Bagi orang pertengahan, mereka akan kemukakan hadits seputar “pentingnya mempunyai imam”. Mereka akan mengeluarkan hadits, “Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbaiat kepada seorang imam, maka matinya mati jahiliyyah.” Nanti, tafsir imam itu akan mereka arahkan untuk mengimani imam-imam Syiah (termasuk Khomeini). Bagi orang awam, mereka akan masuk dari cerita-cerita seputar penderitaan Husein bin Ali di Karbala, cerita seputar Hasan bin Ali, juga cerita seputar “Ali yang dizhalimi”.

[3]. Untuk memantapkan keyakinan kepada ajaran Syiah, mereka akan mengemukakan tentang hadits “Ghadir Khum”. Ini standar sekali. Misionaris Syiah akan mengklaim, bahwa dulu waktu Nabi menjelang wafat, beliau menyampaikan pesan, agar kaum Muslimin sepeninggal beliau selalu berpegang kepada Kitabullah dan Ahli Bait beliau (Ali, Fathimah, Hasan, Husein, dan lainnya). Menurut penelitian Prof. Dr. Ali Ahmad As Salus (penulis kitab monumental Ensiklopedi Sunnah-Syiah), tidak ada satu pun hadits seputar Ghadir Khum ini yang shahih. Rata-rata lemah atau palsu. Justru beliau menguatkan hadits Nabi, bahwa kaum Muslimin akan senantiasa selamat dan lurus, selama berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi. Melalui hadits “Ghadir Khum” itu, kaum Syiah mulai membangun rasa kekaguman, penghambaan, kehinaan diri, di hadapan sosok-sosok Ahlul Bait. Nah, praktik penyembahan Ahlul Bait dimulai dari sini.

[4]. Misionaris Syiah akan menangkal kemungkinan para pengikutnya untuk lari dari ajaran Syiah, dengan cara mengajak mereka terjerumus dalam praktik “kawin kontrak” alias nikah mut’ah. Baik laki-laki maupun perempuan akan didorong untuk melakukan nikah mut’ah. Kalau tak mau, akan dipaksa-paksa supaya mau. Kalau seseorang sudah sekali saja pernah merasakan nikah mut’ah, misionaris Syiah akan sujud syukur. Satu sisi, kalau ada pemuda/pemudi yang melakukan nikah mut’ah, dia akan terdorong untuk “lagi dong”. Kalau sudah sering, maka tidak akan ada “jalan pulang” bagi manusia-manusia malang itu. Nikah mut’ah bukan hanya sebuah keyakinan sesat, tetapi juga merupakan metode untuk menjerat pengikut agar tidak berani keluar dari kelompok mereka. Kalau ada yang berani keluar, akan ditakut-takuti, “Awas lho ya, kamu sudah melakukan ML dengan si anu dan si anu. Kalau kamu keluar dari Syiah, akan kami bongkar kedok kamu!” Dengan ancaman itu, para pengikut Syiah tersebut menjadi ketakutan.

[5]. Untuk menyempurnakan keikut-sertaan seseorang pada paham Syiah, mereka akan diberi pendalaman, misalnya berupa ajaran TASAWUF, ritual menyiksa diri, ritual mengutuk Shahabat, doktrin permusuhan kepada Ahlus Sunnah, pentingnya dakwah menyebarkan ajaran Syiah Rafidhah, dan lain-lain. Ini sudah stadium kronis. Bahkan kalau ada pemeluk Syiah yang ketahuan terkena penyakit kelamin atau HIV, hal itu harus ditutupi serapat-rapatnya.

[6]. Selain cara di atas, misionaris Syiah juga menggaet manusia melalui peluang kerja, mengisi posisi jabatan penting, memberi proyek, peluang bisnis, memberi beasiswa ke Iran, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga melakukan gerakan penyusupan kemana-mana. Mereka masuk ke MUI, ormas Islam (seperti Said Aqil Siradj di NU), masuk ICMI, Republika, masuk UIN, lembaga pendidikan Islam, partai politik (seperti PAN), komunitas ini itu, dsb.

Begitulah cara-cara yang kerap dipakai oleh misionaris Syiah untuk meruntuhkan akidah Islam, lalu membawa Ummat murtad dengan meyakini keyakinan bathil mereka. Para misionaris Syiah sebenarnya bisa dikenali dari wajah mereka yang tampak berbeda, sebagai hasil dari kebiasaan berdusta, berzina (nikah mut’ah), dan mengutuk Shahabat. Tetapi di mata orang biasa, hal ini agak sulit dikenali.

Semoga apa yang ditulis ini bermanfaat. Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi kita dari bahaya kaum Syiah Rafidhah, sebab bahaya mereka tak berbeda jauh dengan bahasa misionaris Kristen. Nas’alullah al ‘afiyah lana wa lakum, fid dini wad dunya wal akhirah. Allahumma amin.

[Abah Syakir].

6 Responses to Cara Misionaris Syiah Menjerat Manusia!

  1. […] [b]. Cara Misionaris Syiah Menjerat Manusia. […]

  2. Icad berkata:

    Mencela sahabat itu bukanlah kekufuran karena dizaman sahabat sering terjadi celaan, n peperangan diantara mereka, knapa kaum sunni nggak mau mempelajari sejarah, terlalu taklid padahal banyak hal yang bisa diambil sehingga tidak mudah menuduh kaum syiah kafir.

  3. abisyakir berkata:

    @ Icad…

    Mencela sahabat itu bukanlah kekufuran karena di zaman sahabat sering terjadi celaan, dan peperangan diantara mereka, knapa kaum sunni nggak mau mempelajari sejarah, terlalu taklid padahal banyak hal yang bisa diambil sehingga tidak mudah menuduh kaum syiah kafir.

    Komentar: Coba Anda tunjukkan mana celaan antar para Shahabat? Mana perang antar para Sahabat? Andaikan para Shahabat ada yang berbeda pendapat, mereka itu klas Sahabat, bukan klas kita sebagai manusia biasa seperti ini. Allah sudah meridhai para Shahabat Ra, maka para ulama selalu menyebut mereka di belakang mereka “Radhiyallahu ‘Anhu” (semoga Allah meridhainya). Kita harus berhati-hati dalam berkomentar. Terimakasih.

    AMW.

  4. icado berkata:

    Afwan ustad klo kata2 diatas agak kasar, z hnya membawa perkataan2 yang sering dilontarkan oleh penganut syiah.. z pernah mndapatkan bhwa mncela itu berrtingkat-tingkat, bukankah dikalangan syiah sendiri ada yg dekat dgan ahlussunnah??? bukankah ini namanya mnggeneralisisr??? skali lgi afwan jika koment ana diatas dianggap kekanakkanakan, z inggin skalie mndapatkan jawabannya… jazakallah

  5. abisyakir berkata:

    @ Icado…

    Afwan ustad klo kata2 diatas agak kasar, z hnya membawa perkataan2 yang sering dilontarkan oleh penganut syiah.. z pernah mndapatkan bhwa mncela itu berrtingkat-tingkat, bukankah dikalangan syiah sendiri ada yg dekat dgan ahlussunnah??? bukankah ini namanya mnggeneralisisr??? skali lgi afwan jika koment ana diatas dianggap kekanakkanakan, z inggin skalie mndapatkan jawabannya… jazakallah

    Komentar: Sama-sama Akhi, mohon maafkan jawaban saya yang keras dan “main kayu”. Terus-terang, setelah memberi jawaban kepada Anda itu, saya diberi masukan/teguran oleh kawan, supaya tidak menjawab dengan cara seperti itu. Ya, insya Allah akan saya ubah cara menjawabnya. Sekali lagi mohon maafkan jawaban saya juga yang keras.

    Oh ya, mencela memang disini bertingkat-tingkat. Ada yang mencela karena PERBEDAAN PENDAPAT berdasarkan dalil-dalil. Hal ini seperti para ulama hadits mencela perawi-perawi hadits dengan celaan keras. Hal itu bentuk celaan yang bisa diterima, atau dimaafkan. Kalau pun terjadi kesalahan, mungkin levelnya “salah dalam memahami” atau “salah dalam ijtihad”. Ya, intinya celaan disini karena yang bersangkutan lebih mencintai Syariat, dan ingin menghukumi kesalahan seseorang (misalnya Shahabat Ra) berdasarkan Syariat juga. Disini ada kaidah. “Al haqqu afdhalu min kulli syai’in” (kebenaran itu lebih utama dari apapun yang lain).

    Kalangan Syiah Zaidiyyah, mereka meyakini keutamaan Khalifah Ali Ra atas para Shahabat yang lain Ra. Tetapi mereka tidak sampai mencela para Shahabat, apalagi mencela Abu Bakar, Umar, Utsman Ra, dan lainnya. Mereka disebut Syiah karena lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib, bukan karena celaan-celaan mereka kepada para Shahabat Ra.

    Sedangkan kalangan Syiah Rafidhah, mereka meniadakan kebaikan-kebaikan para Shahabat Ra. Mereka melazimkan mencaci-maki para Shahabat Ra, menganggap hal itu sebagai amal shalih dan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan mereka mencela isteri-isteri Nabi Ra, mencela Malaikat Jibril As dan menuduhnya salah dalam memberikan wahyu. Dalam konteks demikian, orang-orang ini ingin meruntuhkan Syariat Islam, dengan cara mencela, menghujat, mencaci-maki para Shahabat Ra yang merupakan Khairu Ummah (sebaik-baik Ummat) yang kepadanya diberikan Syariat Islam. Mencela para Shahabat dalam konteks seperti ini adalah KEKUFURAN, sebab ia sama dengan meruntuhkan bangunan Syariat Islam itu sendiri. Kalangan Rafidhah yang paling terkenal adalah Syiah Sekte Imamiyyah Itsna Asyari (sekte Syiah yang menjadi madzhab utama negara Iran saat ini).

    Adapun kalau mencela para Shahabat Ra dengan keyakinan bahwa para Shahabat itu sudah murtad (kufur), setelah Rasulullah Saw wafat; maka tidak diragukan lagi, bahwa para pencela itu dihukumi KAFIR dan MURTAD dari jalan Islam. Kalau melihat orang Syiah, siapa saja, yang meyakini bahwa para Shahabat Ra telah murtad setelah Nabi wafat, maka dia adalah kafir-murtad.

    Semoga bisa dipahami. Jazakumullah khair.

    AMW.

  6. gunung berkata:

    Kalau mmbaca ulasan ini, pembaaa harus sadar bahwa ini artikel politik yg bisa sangat subyektif dan eosional

Tinggalkan komentar