Beberapa Pemikiran BJ. Habibie

Tadi malam, menjelang hari “H” pencontrengan Pemilu 2009, saya menyaksikan dialog BJ. Habibiie di MetroTV dalam acara Save Our Nation. Disana mencuat beberapa ide pemikiran yang layak kita renungkan, sekaligus sebagai kilas balik melihat perjalanan bangsa ini.

Dalam konteks menyelamatkan arah perjalanan Indonesia ke depan, pemikiran-pemikiran Habibie masih layak diperhitungkan. Meskipun beliau sendiri sudah lama tidak terjun dalam kiprah politik praktis. Di titik ini, tidak mengapa kita menempatkan dia sebagai BAPAK BANGSA. Dibandingkan Abdurrahman Wahid, Habibie memiliki modal untuk disebut sebagai Bapak Bangsa. Habibie memiliki khazanah pemikiran-pemikiran konstruktif, dia tidak berkepentingan terhadap jabatan, dan tidak mendendam secara emosional kepada lawan-lawan politiknya. Dan satu lagi, Habibie memiliki jasa-jasa besar bagi bangsa ini yang tidak sanggup dicapai oleh pemimpin-pemimpin politik manapun di era Reformasi (pasca Pemilu 1999).

SOSOK HABIBIE

Sebelumnya, sedikit kita bahas sosok Habibie. Nama beliau Bacharuddin Jusuf Habibie. Dari namanya kelihatan beliau lahir dari keluarga yang melek nilai-nilai Islam. Di mata masyarakat, beliau dikenal dengan sebutan Pak Habibie. Namun di mata para kolega dekatnya, beliau dipanggil Rudy. Mungkin itu diambil dari kata “Ruddin” pada namanya. Pak Habibie juga dikenal sebagai Mr. Cracker, karena beliau sangat ahli dalam masalah retakan pesawat. Beliau memiliki rumus teoritik yang dapat menghitung potensi retakan di tubuh pesawat berdasarkan faktor -faktor yang mempengaruhinya.

Habibie lahir dari keluarga campuran, Bugis dan Jawa. Ayahnya dari Bugis, ibunya dari Jawa. Beliau pernah satu tahun kuliah di ITB, lalu meneruskan studi ke Jerman, sampai pulang sebagai seorang doktor di bidang teknologi. Selama 20 tahun Habibie menjadi Menristek di era Orde Baru, lalu menjadi Wapres di akhir regim Orde Baru. Dan puncaknya beliau menjadi Presiden RI pertama di jaman Reformasi, tanpa didampingi Wapres, memerintah selama 17 bulan. Habibie mengembangkan kiprah politik dengan wadah ICMI, dan membangun The Habibie Center setelah dia turun dari jabatan Presiden.

Dalam kiprahnya di bidang teknologi, Habibie mengenalkan teori “lompatan kodok”. Maksudnya, untuk menguasai teknologi, sekalian saja kuasai teknologi yang paling sulit. Nanti, kalau yang tersulit sudah bisa dikuasai, maka teknologi yang tingkat kesulitannya di bawahnya akan lebih mudah dikuasai. Teknologi pesawat terbang (aeronautika) adalah yang tersulit di bawah teknologi antariksa dan bersaing dengan teknologi energi nuklir. Karena itu di jamannya Pak Habibie serius membangun IPTN. Jika IPTN bisa ditangani dengan baik, maka teknologi seperti otomotif, elektronik, senjata, manufaktur, dll. akan jauh lebih mudah dikuasai.

Hanya karena di Indonesia ada semacam ketentuan yang berlaku sangat kuat, yaitu: BANGSA INDONESIA TIDAK BOLEH MAJU. Maka segala jalan yang akan membawa bangsa ini kepada kebangkitan, kemandirian, dan lepas dari eksploitasi asing dihalang-halangi. Cukuplah bangsa Indonesia menjadi bangsa bodoh, miskin, banyak hutang, bertengkar terus, amoral, maniak hiburan, dan sebagainya. Jadi, hadirnya orang-orang seperti Habibie akan dipandang sebagai ISYARAT KUAT bahwa Indonesia ingin lepas dari penjajahan. Dan hal itu sangat dilarang oleh para kolonialis.

Namun kadang, kondisi bangsa Indonesia juga yang menjadi penghalangnya. Ide-ide Habibie dapat ditangkap dengan baik oleh orang-orang yang mau memahami (dan bisa memahami). Sementara, masyarakat secara umum kesadarannya belumlah matang.

Disini kita akan singgung sebagian pemikiran Habibie yang terlontar dalam acara Save Our Nation itu. Tujuannya tentu bukan untuk melebih-lebihkan pemikirannya, tetapi mengambil sisi-sisi tertentu yang bermanfaat dalam kehidupan dan layak diapresiasi. Terhadap pemikirannya yang tidak positif, ya sudah semestinya ditinggalkan.

MENCERMATI IDE HABIBIE

[1] Dalam dialog tersebut, Habibie antara lain mengatakan, (kurang-lebih): “Saya tampak emosional kalau berbicara, ekspressif seperti yang Anda lihat. Tetapi dalam berpikir saya tidak emosional. Saya berpikir secara sistematik. Bedanya dengan orang-orang sekarang, bicaranya tenang, tetapi cara berpikirnya emosional.

Komentar: Demikianlah adanya. Di hari ini kita melihat sangat banyak orang “pintar bicara”, tetapi “kurang terampil berpikir”. Bukan hanya rakyat kecil, tetapi juga para pakar, akademisi, pejabat birokrasi, mahasiswa, dan media-media massa.

Sebagai contoh, gerakan mahasiswa 1998, mereka menuntut 6 tuntutan, antara lain: Amandemen UUD 1945; demokratisasi; otonomi daerah; penegakan hukum; pemberantasan korupsi; pengadilan atas diri Soeharto.

Kalau mau jujur, berbagai kebijakan politik dan UU Politik yang lahir saat ini adalah berangkat dari 6 tuntutan mahasiswa itu (selain pengadilan atas diri Soeharto). Di mata mahasiswa, begitu enaknya menuntut ini itu, menuntut hal-hal yang tampak ideal. Tetapi dalam konteks negara, tidak mudah memenuhi tuntutan-tuntutan itu, sebab satu tuntutan saja sudah berkaitan dengan UU, mekanisme birokrasi, penempatan SDM, pengerahan anggaran (APBN/APBD), aturan inter departemen, sistem pelaporan, sistem supervisi, sistem pengamanan, dan sebagainya.

Ketika demokratisasi disetujui, ada Pmilu demokratis, multi partai, Pilpres, Pilkada, dan lainnya. Berapa banyak aturan, SDM, anggaran, dan segala macam energi yang dibutuhkan untuk itu. Nah, hal ini baru membuktikan satu hal, yaitu: Banyak orang berpikir emosional.

[2] Habibie juga menyayangkan ketika bangsa Indonesia saat ini tidak memiliki GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara). Katanya, “Segala yang berbau Orde Baru ingin dihapuskan. Maunya kita ini ingin seperti Amerika.” Kurang lebih seperti itu.

Komentar: Saya setuju sekali. Bangsa Indonesia saat ini seperti “bangsa gila” (maaf, saya berkata terlalu kasar). Bayangkan, mereka membangun dengan tak memiliki arah sama sekali. Negara ini mau kemana, apa saja tujuannya, bagaimana caranya, bagaimana strateginya, apa saja langkah-langkahnya, bagaimana cara mengawasinya, semua itu tidak ada sama sekali.

Betapa liberalnya bangsa ini. Segala hal menyangkut arah perjalanan bangsa sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme Pemilu demokratis. Betul-betul liberal dan sangat irrasional. Hai bangsa Indonesia, kalau Jerman, Perancis, Inggris, Amerika, dll. mereka bisa menjalankan mekanisme pemerintahan berdasarkan selera pasar (sesuai hasil Pemilu), sebab struktur sosial mereka sudah maju, dan infrastrukturnya sudah mapan. Nah, kita bangsa Indonesia? Sampai sekarang saja masih puluhan juta orang susah “mencontreng”, padahal hanya mencontreng saja!

Andai bangsa Barat sudah bisa take off dengan mulus, karena mereka telah membangun sistemnya sangat lama. Kita kondisi payah, ekonomi morat-marit, tetapi gaya hidup mau seperti orang Barat. (Tidak sekalian saja, Anda hijrah ke negeri-negeri Barat itu, biar puas sepenuhnya dengan segala mimpi-mimpi Anda!).

[3] Di mata Habibie, pembangunan bangsa itu harus seperti dua sayap pesawat terbang. “Sayap sebelah kanan adalah iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sayap kiri adalah pembangunan ilmu dan teknologi. Keduanya harus ada, tidak bisa hanya salah satunya tidak saja.”

Komentar: Nah, inilah dua sisi yang hilang sejak Reformasi. Partai-partai politik (termasuk PKS di dalamnya) hanya berebut kekuasaan, tidak ada satu pun yang komitmen mengembangkan ilmu dan teknologi, padahal hal itu sangat dibutuhkan siapapun yang sedang membangun. Begitu pula komitmen dengan iman dan takwa, wah jauh-jauh. Bayangkan, dalam setiap kampanye kemarin, hampir setiap partai menggelar hiburan dangdut dengan goyangan erotis. Padahal hal ini banyak dikritik oleh TV-TV.

Pernyataan Habibie di atas, seperti mirip dengan ungkapan tokoh-tokoh lain yang menggunakan analogi serupa. Amien Rais pernah mengatakan, kita harus melakukan amar makruf nahi munkar. Keduanya harus dilakukan, ibarat sayap pesawat terbang; kalau amar makruf saja, atau nahi munkar saja, pesawat seperti terbang dengan satu sayap.

Atau ada ungkapan lain dalam bidang manajemen perusahaan. Ibarat mobil, satu sisi adalah gas untuk memacu kendaraan, di sisi lain adalah rem untuk menahan laju kendaraan. Kalau gas terus, mobil akan nabrak-nabrak. Kalau rem terus, mobil tidak akan jalan-jalan.

Atau ungkapan lain, dari Ibnul Qayyim Al Jauziyyah: “Mengibadahi Allah itu membutuhkan tiga hal, rasa harap (raja’), rasa takut (khauf), dan rasa cinta (mahabbah). Rasa harap ibarat satu sayap burung, rasa khauf ibarat sayap satunya lagi, dan mahabbah ibarat kepala burung. Jika salah satu dari ketiganya lenyap, maka burung itu tidak akan bisa terbang.”

Analoginya mirip-mirip, dengan substansi berbeda-beda, tetapi arahnya sama, yaitu BUTUH KESEIMBANGAN.

[4] Habibie mengusulkan agar nanti diperbolehkan munculnya calon-calon pemimpin di luar partai politik. Bisa dari mana saja, asalkan dia memang layak untuk memimpin. Para pemimpin itu jangan dimonopoli oleh partai politik semua.

Komentar: Ya, sebaiknya seperti itu. Harus diakui, selama ini bangsa Indonesia hancur justru karena ambisi para partai-partai politik itu. Mereka berebut “kepanitiaan” mengurus negara. Sebagai panitia, jelas dapat anggaran, honor, komisi, konsumsi, akomodasi, termasuk di dalamnya mendapat peluang tender, proyek, dsb.

Ya, kita selama ini disuguhi persaingan orang-orang yang berebut menjadi panitia mengurus negara. Tidak ada satu pun yang terpanggil untuk membenahi bangsa ini dengan cucuran keringat, air-mata, bahkan darahnya. Semuanya minta fasilitas, jabatan, keistimewaan, dan sebagainya. Kerja untuk suahwat diri nomer satu, setelah capek baru memikirkan rakyat. Itu pun kalau ada kasus saja. Kalau tidak ada kasus, cari kesenangan masing-masing. Sungguh tercela moral para politisi Indonesia saat ini.

[5] Habibie juga bercerita. Sekarang China dan Vietnam hebat, padahal dulu mereka tidak ada apa-apanya. Utusan China pernah datang ke Indonesia, lalu diajak melihat IPTN, Batam. Mereka belajar dari konsep Indonesia. Begitu juga jendral dari Vietnam datang ke Indonesia. Dia bilang, Vietnam 30 tahun berperang, sekarang tidak bisa apa-apa. Bertani saja tidak bisa. Mereka minta Indonesia mengajari teknik pertanian. Habibie lapor ke Soeharto minta petunjuk. Maka Soeharto perintahkan supaya Vietnam diajari cara-cara bertani. Dulu Vietnam belajar bertani ke Indonesia, sekarang Indonesia banyak membeli beras ke Vietnam. Habibie merasa sangat malu jika teringat kenyataan seperti itu. Indonesia yang dulu mengajari, sekarang malah terpuruk.

Komentar: Alhamdulillah, beliau masih memiliki rasa malu. Itu tandanya, beliau masih manusiawi. Masih beriman, sebab tanda orang beriman itu salah satunya memiliki rasa malu. Lalu bandingkan dengan elit-elit politik jaman sekarang. Siapa di antara mereka yang masih memiliki rasa malu? Sulit, sulit menemukannya. Kebanyakan sudah “muka tembok”, bahkan mungkin “muka badak”. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Indonesia saat ini berada dalam masa-masa sulit. Bangsa ini dipimpin oleh sistem yang sangat buruk, yaitu para politisi yang hanya memikirkan diri sendiri, melupakan kewajiban-kewajibannya. Tidak heran jika banyak sumpah-serapah dialamatkan kepada elit-elit politik itu.

Teringat sebuah hadits Nabi Saw, “Sebaik-baik pemimpin di antara kalian, adalah yang mencintai kalian dan kalian mencintainya, dia mendoakan kalian dan kalian mendoakannya. Seburuk-buruk pemimpin di antara kalian, adalah yang membenci kalian dan kalian membencinya, dia mengutuki kalian dan kalian ganti mengutukinya.” (HR. Muslim).

Saya mengira, hadits ini juga berlaku bagi elit-elit politik itu. Bukan hanya pemimpin dalam arti personal. Masyarakat terus menyumpah-nyumpahi mereka, dan mereka terus melecehkan martabat masyarakat.

KECELAKAAN SEJARAH

Sampai saat ini saya tidak bisa mengerti, mengapa tahun 1999 lalu kaum Muslimin Indonesia lebih memilih Abdurrahman Wahid sebagai ganti Habibie? Saya benar-benar tidak mengerti. Apakah kaum Muslimin sudah sedemikian hancur akal dan nuraninya? Wallahu A’lam.

Pengangkatan Wahid adalah kecelakaan sejarah paling memilukan. Secara fisik, dia lumpuh dan buta. Dalam kaidah Ahkam Sulthaniyyah, cacat seperti itu membatalkan hak seseorang menjadi pemimpin. Belum lagi, Wahid kerjanya selalu menyakiti kaum Muslimin, lebih pengasih kepada non Muslim daripada kepada Ummat Islam. Termasuk kata-katanya mencla mencle, susah dipegang. Bahkan Wahid itu tidak memiliki pengalaman satu tahun pun dalam memimpin birokrasi. Luar biasa, sangat mengerikan. Kok bisa Ummat Islam waktu itu memilih Wahid? Dan Wahid itu pula menjadi jalan bagi terbukanya sistem serba liberal seperti saat ini.

Perlu diingat yang mendorong Wahid menjadi Presiden RI dan mencegah Habibie mencalonkan lagi sebagai Presiden adalah Amien Rais dan Poros Tengah. Kemudian, setelah Wahid terbukti kepemimpinannya mengerikan, Amien Cs. juga yang melengserkannya. Karena Amien sudah merasa kehilangan muka, dia nekad mendorong Megawati menjadi pengganti Wahid. Karena terpojok, Mega pun tidak apa-apa. Dan di jaman Mega banyak sekali aset-aset bangsa yang dijual ke luar negeri untuk nomboki program “sembako murah”.

Sekitar seminggu sebelum Sidang Umum MPR RI bulan Oktober 1999 untuk memilih Presiden RI, saya menulis sebuah artikel analisis, berisi perbandingan kepemimpinan Habibie, Mega, dan Wahid. Tujuannya, untuk memperlihatkan kepada masyarakat dan anggota MPR tentang perbandingan rasionalitas antara tiga calon presiden itu. Artikel saya kirim ke Republika melalui wartawan biro Bandung. Saya sampai mencari-cari alamat Republika Bandung di kawasan Jl. Supratman dalam kondisi hari mulai gelap. Esok harinya, wartawan Republika mencari rumah saya karena ada kesalahan tulis tertentu yang perlu dibetulkan, sebelum artikel dikirim. Harapan saya, jika artikel itu sampai di Republika sebelum SU MPR, insya Allah ada pengaruhnya untuk mengarahkan langkah para elit politik.

Ya Ilahi, ternyata sampai SU MPR selesai artikel itu tidak pernah dimuat Republika, bahkan tanpa ada jawaban apapun dari mereka. Di kemudian hari saya mendengar bahwa di tubuh Republika pun sebenarnya banyak para pengkhianat yang kerap merugikan perjuangan Ummat.

MANUSIA “SEMPURNA”…

Sungguh, di mata saya Pak Habibie itu bukan manusia sempurna, dan tidak ada satu pun manusia sempurna di muka bumi ini, selain para Nabi dan Rasul yang dijaga oleh Allah Al Hafizh. Habibie bukanlah sosok majestic yang layak diagung-agungkan. Beliau adalah manusia biasa yang memiliki salah dan kekurangan.

Di antara kelemahan Pak Habibie, beliau mungkin terlalu pintar, sehingga kadang kurang memberi kesempatan orang lain mencerna pemikiran-pemikirannya. Hal ini mengesankan, beliau cenderung mendominasi. Kemudian, Pak Habibie sangat concern dengan demokrasi. Mungkin beliau percaya bahwa demokrasi adalah sistem terbaik. Di mata saya, demokrasi adalah seperti roti pahit yang harus ditelan. Demokrasi bukanlah sistem yang baik, tetapi kita terpaksa menerimanya karena merasa tidak ada alternatif lain. Ibarat diberi pilihan, memakan roti pahit, atau tidak makan apapun. Siapapun tidak mau makan roti pahit, tetapi kalau tidak ada pilihan lain selain itu, demi menyambung kehidupan, terpaksa harus diterima.

Adapun tiga hal yang saya kagumi dari konsep Habibie, yaitu: [1] Pembangunan berdasarkan prinsip Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; [2] Pembangunan sains dan teknologi; [3] Pemberdayaan SDM yang handal. Bisa dibilang, beliau master di bidang prinsip-prinsip ini, meskipun tentu dalam aplikasinya ada kekurangan-kekurangan tertentu.

Demikian yang bisa ditulis. Semoga menjadi ibrah berharga. Ternyata, kehidupan itu tidak semudah yang kita bayangkan. Penuh liku-liku, nuansa, dan dinamika. Teringat pesan seorang alim dari Mesir, “Hendaklah kalian mengalir bersama Sunnatullah. Janganlah kalian melawan Sunnatullah, sebab kalian pasti akan dikalahkan.”

Wallahu A’lam bisshawaab.

Bandung, Hari Pencontrengan Nasional

AMW.

15 Responses to Beberapa Pemikiran BJ. Habibie

  1. Mantap. Tadi malam juga di metro tv pak habibi tampil dalam acara save our nation.
    Teruskan perjuangan mu..

  2. hendra w berkata:

    Assalamualaykum….
    Saya kagum dengan tulisan anda…semoga Indonesia dan kita semua dilindungi oleh Allah SWT…amin….

  3. David berkata:

    INI BUKTINYA : PUTUSAN SESAT PERADILAN INDONESIA

    Putusan PN. Jkt. Pst No.Put.G/2000/PN.Jkt.Pst membatalkan demi hukum atas Klausula Baku yang

    digunakan Pelaku Usaha. Putusan ini telah dijadikan yurisprudensi.
    Sebaliknya, putusan PN Surakarta No.13/Pdt.G/2006/PN.Ska justru menggunakan Klausula Baku

    untuk menolak gugatan. Padahal di samping tidak memiliki Seritifikat Jaminan Fidusia, Pelaku

    Usaha/Tergugat (PT. Tunas Financindo Sarana) terindikasi melakukan suap di Polda Jateng.
    Ajaib. Di zaman terbuka ini masih ada saja hakim yang berlagak ‘bodoh’, lalu seenaknya

    membodohi dan menyesatkan masyarakat, sambil berlindung di bawah ‘dokumen dan rahasia negara’.
    Statemen “Hukum negara Indonesia berdiri diatas pondasi suap” (KAI) dan “Ratusan rekening liar

    terbanyak dimiliki oknum-oknum MA” (KPK); adalah bukti nyata moral sebagian hakim negara ini

    sudah terlampau sesat dan bejat.
    Permasalahan, kondisi seperti ini akan dibiarkan sampai kapan??
    Sistem pemerintahan jelas tidak berdaya mengatasi sistem peradilan seperti ini.
    Lalu siapa yang mau perduli?

    David
    HP. (0274)9345675

  4. jumino berkata:

    Bagus…
    Sebuah konsep terkadang mudah dibuat dan di cipta dengan indah dan bagus, namun dalam perjalanannya ketika konsep tersebut diimplementasikan ternyata tak bisa mempertahankan konsistensinya.Mudah berubah dan keluar dari konsep yang telah ditentukan.

  5. bangkitlah bangsaku berkata:

    [quote=”Admin”]Adapun tiga hal yang saya kagumi dari konsep Habibie, yaitu: [1] Pembangunan berdasarkan prinsip Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; [2] Pembangunan sains dan teknologi; [3] Pemberdayaan SDM yang handal. Bisa dibilang, beliau master di bidang prinsip-prinsip ini, meskipun tentu dalam aplikasinya ada kekurangan-kekurangan tertentu.[/quote]

    Saya sangat setuju dengan 3 hal ini.Semoga di tahun 2009 ini kita mempunyai Presiden yg bisa memenuhi 3 hal ini.
    Ada satu hal yg menarik dari pembicaraan Pak Habibie yaitu tentang masalah iklan Caleg di media TV ataupun Spanduk yg mahal yg bisa menghabiskan uang jutaan rupiah dan dalam beberapa hari terakhir di media2 memberitakan banyak yg stress bahkan meninggal dunia karena perhitungan suaranya tidak sesuai yg di harapkan.
    Pak Habibie menyarankan jangan pernah lagi memakai cara2 tersebut utk kampanye yg ujung2nya kl udah jadi pejabat akan menghisap uang rakyat.
    Ini link contoh poster2/spanduk2 caleg yg menurut saya ada yg sangat kelewatan.

  6. dasa berkata:

    Saya juga kagum dengan pak habibie, krn dia mampu jadi presiden tanpa wapres. Jikalau ada partai yang terpikir paket Pak Habibie dan wiranto / prabowo / Hidayat NW sebagai capres alternatif.

  7. Yusuf KS berkata:

    Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

    Akh AMW, ana juga pernah punya keinginan membuat artikel tentang beberapa sisi pandang B.J. Habibie di weblog ana, tapi karena qadarullah ana belum mendapatkan waktu luang yang pas dan juga karena antum sudah membuat tulisan tentang pemikiran B.J. Habibie ini, ana membatalkan keinginan tersebut dan ana memutuskan untuk menambah sedikit tentang pemikiran B.J. Habibie di tulisan antum ini.

    Berikut ini beberapa pemikiran B.J. Habibie berdasarkan apa yang ana dengar dari radio 88.80 FM tanggal 31 Maret 2009 yang pada saat itu terdapat acara bincang-bincang dengan B.J. Habibie :

    ~ B.J. Habibie menyatakan bahwa pemilu tahun ini terlalu boros. Pada tahun 1999 biaya pemilu 35 M, tahun 2004 biaya pemilu 3 T, dan tahun 2009 kira-kira 14 T.

    Komentar YKS : Biaya triliunan itu jika diberikan untuk pengembangan orang-orang Indonesia, terutama kelompok menengah ke bawah, secara nyata pasti akan lebih bermanfaat, Insya Allah.

    ~ B.J. Habibie menyarankan supaya pemerintah lebih memperhatikan perusahaan-perusahaan kecil (mikro) dan menengah, perusahan-perusahaan ini tidak diwakili di bursa. Yang krisis adalah perusahaan yang ada di bursa. Perusahaan-perusahaan kecil (mikro) dan menengah tidak terkena efek global, tetapi mereka tidak mendapat perhatian legislatif dan eskekutif, pimpinan negeri dan daerah.

    Komentar YKS : Pemerintah seharusnya memang memperhatikan perusahaan-perusahaan kecil (mikro) dan menengah daripada perusahaan besar. Tanpa perusahaan kecil dan menengah, maka tidak akan ada perusahaan besar.

    ~ B.J. Habibie menyarankan supaya pemerintah memperbaiki prasarana ekonomi masing-masing wilayah –> Misal : kereta listrik (PLN) tanpa minyak dari Jakarta-Surabaya dengan kecepatan kereta 300km/jam. PLN harus mengembangkan listrik dari panas bumi, karena pengangkutan yang paling murah di bumi adalah panas bumi.

    Komentar YKS : Kereta listrik cepat model shinkansen kayak Jepang sebenarnya bisa dibuat di Indonesia kalau mau, apalagi jika orang-orang seperti B.J. Habibie ikut berperan langsung. Listrik dari panas bumi jika dijalankan dengan baik dapat membuat listrik terjangkau ke lebih banyak pelosok nusantara dengan biaya yang murah.

    Tentang sisi negatif, ana juga sependapat dengan antum tentang B.J. Habibie yang sangat perhatian dan sangat yakin dengan demokrasi. Mungkin itu karena B.J. Habibie belum sempat mempelajari tentang siyasah Islamiyyah. Semoga B.J. Habibie, dan juga umat Islam Indonesia pada umumnya, diberikan lebih banyak pemahaman tentang agama Islam (termasuk siyasah) oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

    Akhir kalimat : tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.

    Wassalamu ‘alaikum,

    YKS.

    p.s. @ dasa : Pak B.J. Habibie pernah ditanya tentang hal tersebut, tetapi ia tidak mempunyai keinginan menjadi presiden lagi, alasannya menurut dia sendiri karena ia tahu diri, 73 tahun, sudah sepuh.

  8. abisyakir berkata:

    @ Yusuf KS.

    Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakaatuh. Syukran jazakumullah Akhi atas tambahan dari Antum, semoga semakin menambah manfaat bagi wawasan Ummat. Amin. Sekali lagi, jazakallah khair. Masih aktif nge-blog kan? Selamat berjuang dan berkorban. Wa’alaikumsalam warahmatullah.

    AMW.

  9. fariz hamzah berkata:

    kapan ya ada habibie II,III,dst?
    manusia seperti beliau pasti bisa bertindak “jauh lebih cepat dan jauh lebih baik” daripada calon-calon sekarang..
    tapi ada pertanyaan selanjutnya, sanggupkah masyarakat kita dipimpin manusia cerdas seperti beliau?ataukah mau begini-begini saja dari tahun ke tahun?

  10. Soemadi berkata:

    Habibie pahlawan kesiangan. Dia memiliki waktu selama 25 tahun untuk memajukan Indonesia. Apakah hasilnya selama 1/4 abad ? Hanya kroni dan keluarga besar Habibie yang menjadi kaya raya. Apa yang diungkap oleh Habibie sekarang ini, abang becak, penjual soto-pun bisa memikirkannya. Bedanya siabang becak dan penjual soto tidak diberi kesempatan, sedangkan Habibie mempunyai kesempatan dan kekuasaan.
    Begitu bodohkah rakyat Indonesia, sehingga harus mengagungkan kepandaian Habibie. Anak2 Habibie semuanya multi millioner, darimanakah uang itu asalnya ?

  11. Kami ingin mengembangkan Habibie Corner di Perpustakaan BPPT. Terimakasih atas bantuan buku-buku terkini terbitan Habibie Center. Jika ada yang baru mohon dikirim ke kami.
    Salam. Perpustakaan BPPT. Jl. M.H. Thamrin No. 8, Gedung II Lantai 4. Jakarta Pusat 10340

  12. muh isra sulfikar berkata:

    ass.
    saya kagum yang anda tulis tentang habibie’
    “hanya orang yang bodoh yang tidaK menerima pemikiran dan pola pikir habibie karena beliau sanggup memberdayakan SDM yang handal bahkan pertanian di indonesia pada zaman soeharto yang sangat kondusif itu bisa dirubah oleh beliau menjadi lebih baik dan stabil terutama di indonesia timur dan satu hal yang perlu di ketahui beliau pengaggas teknologi di indonesia salah satu bukti IPTN DAN PAL serta lembaga independen yang ia rintis bersama istrinya dan bukan modal dari negara

  13. POlan berkata:

    di antara ke 6 presiden RI ,bagi kami petani dan nelayan ,hanya pak habibie yg paling baguss….

  14. ridwan berkata:

    Bagi saya habibie adalah petuah yang harus kita ambil pemikirannya dan juga seandainya indonesia menerima pemikirannya dan memfasilitasi apa yang beliau inginkan maka sekarang ini indonesia tidak banyak tergantung kepada negara asing.. betul jika negara ini ingin seperti amerika sama hal ingin menjadikan negara yang amburadul….
    terimakasih yang terhormat pak habibie atas pemikiran yang briliannya pak,,, semoga apa yang diinginkan pak habibie untuk negara ini bisa terkabulkan oleh pejuang/atau generasi muda kedepannya.. amiiin yarabbal alamiin.

  15. abisyakir berkata:

    @ Ridwan…

    Ya memang hidup di negeri kita tak mudah. Banyak jalan untuk menghambat kekuatan mandiri bangsa; dan banyak tangan yang terus menguatkan kekuatan egois dari pihak luar bangsa. Sayang sekali. IPTN dirobohkan anak bangsa sendiri, demi kemajuan bangsa-bangsa lain. Sedih.

    Admin.

Tinggalkan komentar